HEADLINE

Latest Post
Loading...

05 December 2023

Tanah Kudeta

Foto: pexels.com

Indahnya tanah kudeta. Pamanku memiliki sawah yang luasnya terbentang, namun sayang itu hanya tanah hasil ganyang. 

Sesekali aku membayang, kenapa dan untuk apa pamanku bertindak seperti bumerang, arogan saat ia datang, tanah rampasan akan didapat dan ia kan menghilang. 

Tanah yang indah ini kini dihiasi ilalang dan tempat anak anak bermain layang. Pagi dihiasi kumbang, malam dihiasi kunang kunang. 

Tak peduli apa kata orang, tanah kudeta yang akan tetap dikenang. Tanah rampasan atas dasar menang.


Karya: Fathin Syifa (magang)

17 November 2023

Anak-Anak Desa Naman Jahe Antusias Ikuti Bimbel Ceria

Foto: IST

www.lpmalkalam.com-  Kamis, (16/11/2023), anak-anak desa Naman Jahe mengikuti BimBel (Bimbingan Belajar) Ceria yang diadakan oleh mahasiswa KPM kelompok 54 IAIN Lhokseumawe yang bertempat di Mesjid Raya Naman Jahe, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

BimBel Ceria diadakan setiap dua kali dalam seminggu. BimBel ini merupakan perwujudan pengabdian terhadap masyarakat sebagai program kerja dari KPM kelompok 54 yang bertugas di desa Naman Jahe, Langkat.

Dalam BimBel Ceria, anak-anak diajarkan berbagai hal salah satunya yaitu mengaji. Untuk mengaji, anak-anak dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Iqra' dan Al-Qur'an. Selain itu, anak-anak juga belajar bahasa Arab yang diajarkan langsung oleh mahasiswa KPM kelompok 54 IAIN Lhokseumawe.

Foto: IST

Salah Satu anak didik bernama Sarah yang masih berumur 4 tahun begitu tertarik mengikuti BimBel Ceria ini, "suka sekali ikut diajarin kakak-kakak, biasanya cuma ngaji tapi sekarang diajarin bahasa Arab dan bernyanyi juga lagi", ungkapnya.

Saiful Bahri selaku guru mengaji anak-anak  mengharapkan, "semoga dengan adanya BimBel Ceria ini dapat menambah kecintaan anak-anak terhadap Al-Qur'an dan menumbuhkan semangat keislaman", harapnya.


Reporter: Yuli Damayanti

Editor: Redaksi

30 January 2023

Mahasiswa IAIN Lhokseumawe Ziarah ke Makam Tgk Chik Awe Geutah, Ulama Sufi Pada Masanya

Foto: IST

www.lpmalkalam.comPada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2022 jam 11.30 WIB, kami berziarah ke makam Tgk Chik Awe Geutah yang terletak di Gampong Awe Geutah, Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Di kesempatan kali ini kami bertiga Muhammad Rizky Azdillah, Eka Munanda dan Firza Humaira yang merupakan mahasiswa IAIN Lhokseumawe. Tujuan kami ke makam Tgk Chik Awe Geutah yaitu untuk berziarah dan juga untuk mengetahui sedikit banyaknya sejarah masa hidup beliau.

Lokasinya sekitar 6 Km dari jalan raya Medan-Banda Aceh. Di makam tersebut ada keturunan ketujuh dari Tgk Chik Awe Geutah yang memandu siapa saja yang berziarah kesana. Awalnya kami dikira ingin mengambil tarikat, namun setelah kami jelaskan barulah kami bertanya jawab seputaran kisah hidup Tgk Chik Awe Geutah.

Informasi yang kami peroleh bahwa Tgk Chik Awe Geutah mempunyai hubungan erat dengan Tgk Chik Tanoh Abee, Jantho, Kabupaten Aceh besar, Banda Aceh. Beliau mengatakan jika ingin memperoleh informasi yang lebih maka alangkah baiknya juga berziarah ke makam Tgk Chik Tanoh abee.
Foto: IST
Di area pemakaman tidak diperbolehkan untuk memfoto dan memvideokan keadaan disana. Pada hari itu, Banyak orang yang berziarah ke makam Tgk Chik Awe Geutah dengan tujuan untuk menunaikan nazar. Ternyata banyak orang yang bernazar di makam ini. Disamping makam terdapat balee khalut (balai khalut) yang sudah berusia 1000 tahun lebih, disampingnya juga terdapat sumur yang airnya boleh diambil untuk diminum, cuci muka dan menyembuhkan penyakit. Sebelum pulang kami juga sempat meminumnya dan membawa pulang. Pengambilan air sumur ini harus cucu beliau yang menimbanya.
Foto: IST
Di luar area makam juga terdapat  beberapa rumah adat Aceh. Satu diantaranya yang masih terawat, usia rumah tersebut lebih kurang 700 tahun sedangkan yang lain pembangunannya terhenti dan belum siap. Di depan rumah adat Aceh ini kami diperbolehkan untuk berfoto. Di rumah ini menetap keturunan-keturunan dari Tgk Chik Awe Geutah. Letak makam beliau di bawah rumah yang beliau tempati semasa hidupnya. Karena rumahnya model panggung atau Rumoh Aceh, jadi di bawah rumah tersebut beliau dimakamkan. 


Penulis: Muhammad Rizky Azdillah (Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam semester V)
Editor: Redaksi


17 December 2022

Menguak Sejarah di Museum Kota Juang

Foto: IST

www.lpmalkalam.comPada Sabtu, 3 Desember 2022 pukul 14.30 WIB kami mengunjungi Museum Kota Juang yang terletak di Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen. Di kesempatan ini kami bertiga yaitu Muhammad Rizky Azdillah, Eka Munanda dan Firza Humaira yang merupakan mahasiswa IAIN Lhokseumawe memutuskan untuk mengunjungi Museum Kota Juang ini bersama demi mengetahui langsung mengenai sejarah yang ada di Kota Bireuen.

Disana kami memperoleh informasi dari narasumber di Museum tersebut, diantaranya yaitu: Museum ini dibangun pada tahun 2019 dan diresmikan pada tahun 2021. Makanya banyak orang yang belum mengetahui bahwa di Bireuen ada museum yang terletak di Jl. T. Pulo Kiton, Gampong Baro, Kec. Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh. Bireuen pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia selama seminggu ketika kedatangan Presiden Soekarno ke Bireuen.

Di dalam museum juga terdapat sejumlah foto tokoh-tokoh yang berjasa di Bireuen. Foto tersebut merupakan hasil lukisan yang dipajang di dalam museum. Museum ini berbentuk rumah Aceh atau rumah panggung yang dibawahnya dilengkapi dengan alat-alat tradisional seperti kroeng pade, jeungki dan peuneurah plik. Terdapat pula sejumlah koleksi dari ibu Hj. Noor Balqis, S.Psi, beliau merupakan perempuan Aceh pertama yang menjadi anggota DPR-RI dan juga sebagai penggagas berdirinya museum ini. Koleksinya berupa cinderamata dari berbagai negara khususnya Turki, dikarenakan ibu Noor Balqis merupakan keturunan Turki dan Portugis yang tinggal di Aceh. Ayah beliau H. Abu Bakar bin Ibrahim bin Salem Bey mempunyai jasa besar terhadap Kabupaten Bireuen.

Di dalam rumah Aceh ini terdapat berbagai macam barang antik nan unik, seperti guci yang dipakai zaman dahulu untuk menyimpan asam sunti, piring-piring antik bahkan ada yang berasal dari dinasti Ming, berbagai jenis rencong dari ukuran kecil sampai besar, alat musik tradisional Aceh yaitu rapa’i. Dan tak kalah menarik di dalam museum terdapat pelaminan adat Aceh yang bisa digunakan untuk berfoto-foto.

Di samping museum terdapat replika dari Meuligoe Bupati Bireuen yang  sekarang sering digunakan untuk tempat foto prewedding. Desain replika Meuligoe ini sangat indah dan Persis seperti aslinya meskipun ukurannya agak kecil. Meuligoe Bupati yang asli memiliki empat kamar, sedangkan ini hanya terdapat tiga kamar. Di Meuligoe Bupati inilah bapak Presiden Soekarno tinggal saat beliau berkunjung ke Bireuen.

Di depan museum terdapat berbagai replika monumen yang terdiri dari monumen Kerajaan Jeumpa, Radio Rimba Raya dan Tugu Bireuen. Di depan museum juga dihiasi dengan berbagai tanaman cantik yang membuat suasana sangat asri.
Foto: IST
Di sana, kami disambut dengan baik oleh petugas museum yang akrab disapa Kak Nora. Kami juga sempat berjumpa langsung dengan ibu Hj. Noor Balqis, S.Psi dan shalat ashar di dalam rumah replika Meuligoe Bireuen. Kami juga membawa pulang pin dan gantungan sebagai kenang-kenangan dari Museum Kota Juang Bireuen.

Kami merasa sangat antusias sekali dengan hal-hal yang kami dapati pada kunjungan kali ini. Kami berharap kedepannya museum ini dapat menjadi tujuan para pengunjung yang ingin pergi ke Kota Bireuen. Karena selain tempatnya yang menarik juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan seputar sejarah Aceh dan Kota Bireuen. Sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme serta cinta budaya. 


Penulis: Eka Munanda (Mahasiswa Semester 5 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Lhokseumawe)

Editor: Redaksi


22 January 2022

Presiden Mahasiswa IAIN Lhokseumawe Serukan Pentingnya Sejarah Keacehan

 
Foto : IST

www.lpmalkalam.com - Presiden Mahasiswa IAIN Lhokseumawe menyerukan agar pemerintah Aceh memberikan edukasi terbaik kepada generasi-generasi yang sedang dibanjiri oleh era digitalisasi, Sabtu (22/01/2022).

Hari ini Aceh menjadi pusat sejarah sekaligus sebagai pusat peradaban Islam yang dikemuka, bahkan berdatangan banyak orang dari segenap penjuru dunia ke tempat-tempat bersejarah yang ada di Aceh. Kita melihat hari ini bagaimana perkembangan Aceh yang begitu pesat baik pembangunan fisiknya maupun pembangunan sumber daya manusianya.

Kita berharap Aceh menjadi pusat sejarah selamanya, tidak hanya situs-situs yang berharga yang ditinggalkan tetapi ada manusia-manusia yang mampu meneruskan kehebatan, kegagahan dan kemegahan Aceh di masa depan.

Seluruhnya apa-apa yang bisa kita elaborasikan dan persiapkan selain dari pada pembangunan fisik semata, namun kita juga harus mempersiapkan generasi-generasi yang bisa memberikan kebermanfaatan baik kepada lingkungan sekitarnya maupun kepada Aceh khususnya.

Hari ini sebagian besarnya kita tidak mengenal sejarah masa lalu, sejarah kegemilangan Aceh dan bahkan nyaris di sekolah-sekolah dalam buku-buku pelajaran tidak pernah diceritakan penuh bagaimana Aceh di masa dulu.

"Saya sendiri sampai hari ini masih banyak yang perlu dipelajari dari sejarah aceh," ujar Maulana selaku Presiden Mahasiswa IAIN Lhokseumawe.

Perjuangan-perjuangan pahlawan yang telah mendahului kita yang sangat berharga mestilah diajarkan kepada seluruh masyarakat Aceh khususnya bagi pelajar, mahasiswa, dan pemuda. Jika sejarah tidak pernah diajarkan maka kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju di masa yang akan datang sebab tidak punya role model dalam menata dan melangkah. Orang yang tidak mengenal sejarah maka tidak pernah mengenal siapa dirinya, sejarahlah yang membuat secara simbolis kita menjadi bangsa yang punya martabat di mata dunia.

Pemuda-pemuda hari ini ini sibuk melayani diri sendiri. Pertanyaanya apakah mereka peduli bagaimana Aceh di masa depan?

Era disrupsi ini telah menghadirkan mesin-mesin digital yang serba canggih sehingga kita berkembang karena kita bergantung pada alat.

"Saya berharap kepada seluruh elemen yang ada di Aceh untuk kembali memberikan edukasi terbaik kepada generasi Aceh yang akan datang," seru Maulana.

Ada banyak hal yang perlu dituntaskan dan diselesaikan tidak hanya pembangunannya tetapi juga yang paling sakral adalah manusianya. Perlu adanya edukasi terbaik sehingga mampu memberikan output terbaik bagi Aceh nantinya. Selaku mahasiswa, Maulana mengaku menginginkan adanya kurikulum keacehan khususnya yang di dalamnya terdapat banyak sejarah Aceh yang bisa diakses sampai pelosok-pelosok.

Tanggung jawab kita bersama bangsa aceh untuk memperkenalkan siapa Aceh dan bagaimana Aceh di masa depan. "Saya berharap literasi sejarah tidak hanya historis tetapi juga secara sentralistis bisa dijangkau dengan mudah oleh setiap generasi gemilang aceh," tutupnya.


Sumber : Rilis

Editor : Redaksi

DEMA IAIN Lhokseumawe Turut Memperingati Wafatnya Tgk Abdullah Syafi’i

Foto : IST
www.lpmalkalam.com - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Lhokseumawe turut memperingati hari wafatnya panglima Gerakan Aceh Merdeka Tengku Abdullah Syafi’i, Sabtu (22/01/2022).

Maulana, selaku Presiden mahasiswa IAIN Lhokseumawe menghimbau kepada seluruh rakyat Aceh agar mengenang kembali tokoh-tokoh perjuangan Aceh di masa silam, yang mana pada saat itu kita pernah berjaya mulai dari kerajaan sampai timbulnya gerakan-gerakan pembaharuan di Aceh yang dengan itu telah mewarnai Aceh dengan variasi yang baru.

Aceh pernah mempunyai raja yang membawa pengaruh bagi Aceh yang berdaulat dan bersahaja. "Saya begitu mengagumi Syiah Kuala, Iskandar Muda, Sultan Malikussaleh dari tokoh perjuangan Teungku Muhammad Daud Beureueh, Tengku Hasan di Tiro," ujar Maulana.

Bertepatan tanggal 22 Januari 2002 Tengku Abdullah Syafii kembali kepada yang kuasa. Beliau wafat dalam perjuangan dan meninggalkan marwah perjuangan dan beribu-ribu harapan kepada kita semua. Duka cita yang besar ini pada saat berkabung Aceh 44 hari, di mana Aceh berduka telah kehilangan tokoh bangsa yang telah membersamai perjuangan Aceh pada waktu itu.

Melalui ini kita perlu mempelajari kembali sejarah Aceh di masa silam sebagai tonggak untuk  melangkah ke masa depan.

Kepada pemerintah Aceh terkhusus, seharusnya memberikan edukasi terbaik kepada generasi-generasi tentang bagaimana perjuangan Aceh di masa dahulu. Sampai hari ini kita menginginkan perubahan-perubahan besar tetapi juga kita harus memperbaiki sejarah masa lalu untuk memperkenalkannya kepada seluruh rakyat Aceh secara menyeluruh.

Sejarah ini bisa ditemukan dalam buku-buku sejarah dalam lembaran-lembaran manuskrip kuno yang ada di Aceh dan kita tidak bisa melupakan hal tersebut, karena sejarah itu adalah marwah yang harus kita jaga, yang harus kita proteksi bersama agar orientasi Aceh bisa kembali berdaulat seperti di masa silam.


Sumber : Rilis

Editor : Redaksi

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.