Portal Berita Al-Kalam

Klasik Goes to SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu Raih Antusias Siswa Pelajari Cara Penulisan Berita

Foto: Nurul Fadilah   www.lpmalkalam.com - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) L...

HEADLINE

Latest Post

01 November 2025

HMJ HTN Gelar Workshop Mastering Constitutional Argument

Foto: IST

www.lpmalkalam.com- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Syariah (FASYA) menggelar Workshop Mastering Constitutional Argument di Aula Lantai 3 Fakultas Syariah (Fasya) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe pada Kamis (30/10/2025).

Acara workshop ini mengambil tema “Merancang Argumen Konstitusional yang Kuat: Strategi dan Teknik Menyusun Permohonan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi.” Dengan mendatangkan T. Muhammad Nurdhia Ikhsan, S.H., M.H., yang merupakan seorang advokat dan praktisi hukum konstitusi sebagai pemateri. Acara secara resmi dibuka oleh Ketua Jurusan HTN, Dr. Taufiqul Hadi, Lc., M.A.

Kemudian, Rivaldi Saputra selaku Ketua Panitia dalam kata sambutannya mengutarakan, “Hadirnya workshop ini adalah wujud komitmen bagi mahasiswa untuk terus mengasah kemampuan berpikir kritis dan argumentatif, khususnya dalam bidang Hukum Tata Negara dan Siyasah Dusturiyah.” Rivaldi juga menyampaikan terima kasih dan rasa syukur kepada seluruh jajaran panitia, para hadirin, tamu undangan, dan sponsor yang telah berpartisipasi.

Foto: IST

Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi yang dipandu oleh moderator, T. Mutmtazul Fikri. Nurdhia membawakan materi dengan judul Trik dan Tips Mengajukan Yudisial Review pada Mahkamah Konstitusi; Jurus Jitu Beracara di Mahkamah Konstitusi. Nurdhia menjelaskan mulai dari dasar hukum dan kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK), jenis sengketa, Judicial Review, prosedur pendaftaran perkara di MK, hingga strategi dalam pengajuan bukti hukum.

Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Total tiga mahasiswa memberikan pertanyaan kepada pemateri. Acara ditutup dengan penyerahan plakat oleh Ketua Jurusan HTN kepada pemateri sebagai bentuk apresiasi.


Reporter: Najwa Aulia Putri

Editor: Zuhra

 

31 Oktober 2025

Keadaan di Kota Lhokseumawe

Foto: Muhammad Iftal (Magang)

www.lpmalkalam.com- Pagi menyapa Kota Lhokseumawe dengan semilir angin dari Laut Ujong Blang. Di tepi pantai, para nelayan mulai menyiapkan perahu. Burung camar berputar di udara, seolah ikut menyemangati mereka. Suara azan Subuh dari masjid-masjid kecil menggema di udara, mengiringi awal hari yang baru di kota kecil di pesisir utara Aceh ini.

Di tengah kota, jalan-jalan mulai ramai. Pedagang kaki lima membuka lapak di pinggir Jalan Merdeka, menjual sarapan khas Aceh: nasi gurih, lontong, dan kopi hitam yang harum. Di warung kopi, para lelaki berkumpul, membahas berita dan berbagi cerita. Bagi warga Lhokseumawe, kopi bukan sekadar minuman, melainkan simbol kebersamaan dan tempat bertukar pikiran.

Namun, di balik keseharian yang tampak damai itu, banyak hal telah berubah. Dahulu, kota ini dikenal dengan julukan Kota Petro Dollar karena kejayaan industri gas alam di Arun. Perekonomian berputar cepat, dan banyak orang datang mencari rezeki. Kini, pipa-pipa besar yang dulu berdiri megah mulai berkarat. Aktivitas industri berkurang, dan sebagian masyarakat kehilangan pekerjaan.

Rahmat, seorang pemuda lulusan universitas, merasakan langsung perubahan itu. Setelah lulus, ia kesulitan mencari pekerjaan tetap. Setiap hari ia mengantar ibunya berjualan di Pasar Inpres, sambil berharap ada lowongan di kantor pemerintahan atau perusahaan kecil yang masih bertahan.

“Sabar saja, Mat,” kata ibunya lembut. “Kota ini masih punya harapan, asal kita tak menyerah.”

Sore hari, Rahmat sering berjalan di sekitar Masjid Islamic Center— bangunan megah yang menjadi kebanggaan warga Lhokseumawe. Di sana, ia melihat anak-anak mengaji, para pedagang menjajakan jajanan, dan wisatawan mengambil foto di halaman masjid. Kehidupan tetap berjalan, meski perlahan.

Di tepi jalan, ia melihat remaja-remaja nongkrong sambil memainkan gitar. Mereka bernyanyi tentang tanah kelahiran, tentang laut yang tenang dan angin yang membawa harapan. Lagu sederhana itu membuat Rahmat tersenyum. Ia sadar, meski kota ini tak lagi sepadat dulu, semangat warganya masih sama. Hangat dan pantang menyerah.

Malam datang perlahan. Lampu-lampu jalan menyala, memantulkan cahaya di genangan air setelah hujan sore tadi. Suara kendaraan mulai berkurang, digantikan oleh deru ombak yang terdengar dari kejauhan. Di rumahnya, Rahmat duduk di teras, memandangi langit Lhokseumawe yang cerah.

“Kota ini sudah berubah,” pikirnya, “Tapi perubahan bukan berarti kehilangan.”

Ia menatap jauh ke arah laut. Di sana, masa lalu dan masa depan seakan bertemu. Lhokseumawe mungkin tak lagi semegah dulu, tetapi kota ini tetap hidup dalam kerja keras, kesabaran, dan harapan orang-orangnya.

Angin laut berhembus lembut, membawa aroma asin dan suara malam yang tenang. Di bawah langit biru yang perlahan gelap, Lhokseumawe tetap berdiri sederhana, kuat, dan penuh kehidupan.


Penulis: Muhammad Iftal (Magang)

Editor: Putri Ruqaiyah
 

Kenangan Waktu Masa SMA

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com

Di gerbang sekolah, langkah dimulai,

Masa SMA penuh warna dan mimpi.

Seragam putih abu-abu saksi setia,

Kenangan terukir, takkan terlupa.

 

Kelas berisik, canda tawa menggema,

Belajar bersama, suka duka dirasa.

Guru-guru sabar membimbing kami,

Membuka cakrawala ilmu, tanpa henti.

 

Kantong bolong, jajan bareng di kantin,

Mie ayam dan es teh jadi andalan.

Saat ulangan, saling contek diam-diam,

Kenakalan remaja, penuh keceriaan.

 

Cinta monyet bersemi di koridor,

Surat cinta diselipkan di loker.

Malam minggu, nongkrong di kafe,

Mencari jati diri, penuh semangat.

 

Pramuka, PMR, OSIS, dan ekskul lainnya,

Mengasah bakat, mengembangkan diri.

Lomba-lomba, semangat kompetisi,

Meraih prestasi, bangga di hati.

 

Perpisahan sekolah, air mata berlinang,

Janji setia, takkan saling melupakan.

Kenangan SMA, terukir selamanya,

Dalam hati dan jiwa, abadi sentiasa.

 

Kini waktu telah berlalu,

Namun kenangan SMA tetap membara.

Sahabat sejati, guru tercinta,

Kenangan indah, takkan pernah sirna.


Penulis: Muhammad Iftal (Magang)

Editor: Putri Ruqaiyah 
 

Langit Nahrasiyah

Foto: Daffa Alkausar (Magang)

www.lpmalkalam.com

Di tanah Serambi Mekkah yang bersujud pada pagi,

berdiri megah kampus peradaban,

UIN Sultanah Nahrasiyah,

mutiara ilmu yang tak ternilai,

tempat di mana iman bertemu dengan kecerdasan,

dan akhlak berpadu dengan kemajuan zaman.


Langit Darussalam menjadi saksi,

tiap langkah mahasiswa membawa doa dan cita.

Mereka meniti jalan ilmu seperti para ulama masa lalu,

dengan hati yang tunduk dan pikiran yang merdeka.


Di ruang-ruang kuliah, kata dan makna beradu,

antara logika dan wahyu,

antara sains dan tafsir kehidupan—

semuanya berpadu dalam simfoni pengetahuan.


Di sini bukan hanya gelar yang dicari,

tetapi nilai yang diwariskan.

Bukan hanya cerdas berpikir,

melainkan juga lembut dalam sikap dan perilaku.


UIN Sultanah Nahrasiyah,

engkau bukan sekadar kampus,

engkau taman peradaban,

tempat akar iman menegakkan batang ilmu,

dan ranting amal berbuah keberkahan.


Di bawah rindangnya pepohonan kampus,

terdengar suara semangat mahasiswa memulai perkuliahan

 

Penulis: Daffa Alkausar (Magang)

Editor: Putri Ruqaiyah 

30 Oktober 2025

HMJ HKI Gelar Workshop Perkembangan Hukum Keluarga Islam

Foto: IST 

www.lpmalkalam.com- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah (FASYA) menyelenggarakan Workshop Perkembangan Hukum Keluarga Islam di Aula Lantai 3 Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe dengan mengusung tema “Pembaharuan Hukum Keluarga Islam di Era Digital.” Kegiatan ini berlangsung pada pukul 14.00 WIB hingga selesai, Selasa (29/10/2025).

Pemateri dalam kegiatan ini adalah Putri Munawwarah, S.Sy., M.Si., yang merupakan Hakim pada Mahkamah Syariah Lhokseumawe.

Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa kasus perceraian di era digital meningkat pesat akibat penggunaan gawai (gadget) yang memudahkan terjadinya perselingkuhan. Ia juga menuturkan bahwa pernah terdapat kasus perceraian yang diajukan karena suami melakukan VCS (Video Call Sex). “Perceraian paling banyak di era digital ini disebabkan oleh penggunaan gadget yang tidak bijak,” ujar Putri Munawwarah dalam materinya.

Foto: IST
Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa secara lebih mendalam dengan mendengarkan langsung pemaparan dari pakarnya, agar mahasiswa semakin menguasai bidang Hukum Keluarga Islam.

Rangkaian acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, shalawat, menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan “Hymne Aceh”, serta pembacaan doa.

Acara dibuka secara resmi oleh Machzumi, S.H.I., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah UIN SUNA Lhokseumawe.

Workshop ini turut dihadiri oleh Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI) Dr. Bastiar, S.H.I., M.H., Sekretaris Jurusan HKI Iswandi, M.H., pengurus HMJ HKI, serta mahasiswa dan mahasiswi Jurusan HKI yang tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam laporannya, Ketua Panitia Hari Nurhidayat menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini terus berlanjut.

“Acara ini diikuti oleh lebih dari 100 mahasiswa dan mahasiswi Jurusan HKI. Semoga dengan terlaksananya kegiatan ini, ke depannya akan terus hadir kegiatan-kegiatan inspiratif yang semakin memperkuat karakter mahasiswa HKI,” ujarnya.


Rilisan
Editor: Putri Ruqaiyah

Fakta Unik Bumi Samudera, Aceh Utara: Masyarakat Masih Sering Menemukan Koin Emas Dinar dan Piring Cap Naga Milik Kerajaan?

Foto: Razwa Syuib (Magang)

www.lpmalkalam.com- Dalam menjalankan masa magang, Kelompok Tiga Calon Kru (Cakru) Magang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam mengunjungi Kompleks Makam Sultan Malik As-Shalih di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara pada Jumat (17/10/2025). 

Berbagai fakta unik dan menarik di temukan dari cerita sang pemandu, Marzuki. Penjaga makam bersama tiga orang lainnya mengaku tidak digaji langsung oleh pemerintah. Namun, keempatnya tetap menjalankan tugas tersebut menganggap sebagai kewajiban yang harus dijaga.

Samudera Pasai, nama sebuah kerajaan yang terletak di Aceh Utara pada tahun 1270-1297 Masehi. Dulunya, Kerajaan Samudera Pasai dikenal sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia, nomor dua di dunia setelah Arab. Samudera Pasai dikenal dengan sejarah sosok Raja pendiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia. 

Makam Sultan Malik As-Shalih dikenal sampai ke penjuru dunia. Banyak keistimewaan di tempat tersebut. "Namanya juga seorang yang alim, ya. Jadi Allah mengistimewakan mereka walaupun sudah tiada. Ramai orang datang berziarah untuk meminta doa di sini, dengan mengharapkan keberkahan beliau mereka berdoa. Alhamdulillah, semuanya terkabulkan," ujar Marzuki.

Samudera Pasai memiliki kekayaan yang luar biasa dimana alat tukar barangnya (uang) terbuat langsung dari emas yang disebut dinar. Dinar sebutan koin emas sebagai alat transaksi di Arab. Raja Samudera (Meurah Silu) berasal dari Yaman dan merupakan yang membawa Islam dari Arab. "Mungkin kalian pernah baca di internet bahwa Meurah Silu membangun kerajaan ini setelah masuk Islam. Itu perspektif yang salah. Beliau bukan keturunan orang biasa, tetapi sangat dimuliakan bahkan dari buyutnya," tambahnya.  

Foto: Razwa Syuib (Magang)

Sampai saat ini, masyarakat Samudera masih memiliki harta koin tersebut. "Kami biasanya ketemu di tambak, atau di tanah kalau ada pembangunan. Masyarakat jual ke saya, harganya menurut ukuran. Kalau kecil bisa satu juta lima ratus atau dua jutaan. Nanti kami jual ke luar negeri," jelasnya.

Menjual koin dinar yang ditemukan sudah menjadi sumber ekonomi warga sekitar. Awalnya mereka tidak paham untuk menjual ke luar negeri. "Dulu, waktu kecil-kecil kami gak paham tentang barang yang ditemukan begitu. Sering kita ketemu barang antik seperti piring cap Naga, biasanya dipakai oleh raja dan keluarga. Banyak manfaat dari piring tersebut salah satunya bisa menghilangkan racun pada makanan. Dulu, kalau ada musuh bisa saja diracun. Nah, keluarga raja menggunakan piring tersebut jadinya tidak beracun," lanjut Marzuki.

Saat Aceh dilanda tsunami pada tahun 2004, pesisir Aceh Utara termasuk Samudera juga terkena bencana tersebut. Namun, uniknya pembatas Makam Sultan Samudera Pasai tidak tersentuh air sedikitpun. Sementara itu, warga sekitar bisa menangkap ikan yang berserakan di dekat makam akibat terbawa air laut. "Banyak orang yang tidak tau kalau sebenarnya Sultan Malik Adh-Dhahir tidak dimakamkan. Itu yang ada disamping makam ayah beliau, Sultan Malik Ash-Shalih hanya monumen sebagai bukti bahwa beliau patut dikenang. Beliau tidak syahid, tetapi raib saat hendak dibunuh oleh musuh sampai sekarang tidak ada berita tentang beliau. Itulah kelebihan orang alim," terangnya.

Marzuki berharap agar anak muda mau mengulik kembali sejarah para leluhur, terutama tentang agama dan keimanan.


Penulis: Annisa Maulianda (Magang)

Editor: Tiara Khalisna

 

Makam Sultanah Nahrisyah: Saksi Kejayaan Islam dan Peran Perempuan dalam Sejarah Aceh

Foto: Chalisa Najla Safira (Magang)

www.lpmalkalam.com- Kompleks Makam Putroe Nahrisyah merupakan salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Samudra Pasai yang menjadi bukti kejayaan Islam pada masa lampau dan masih tertinggal hingga kini. Kompleks ini terletak di Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Untuk mewawancarai langsung, Kelompok Satu Calon Kru (Cakru) Magang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe melakukan kunjungan pada Minggu (26/10/2025).

Sultanah Nahrasiyah binti Zainal Abidin bin Ahmad bin Muhammad bin Malikussaleh. Sultanah Nahrasiyah merupakan keturunan ke-4 dari Sultan Malikussaleh. Ia dikenal sebagai pemimpin perempuan bijaksana dan berpegang teguh pada ajaran Islam. Batu nisannya dihiasi dengan ukiran kaligrafi Arab yang mengandung doa serta ayat-ayat Al-Qur’an. "Salah satu ukiran yang ada di Makam Sultanah Nahrasiyah itu ukiran Surah Yasin. Ukiran itu dibuat untuk melambangkan kepemimpin perempuan yang berhasil mencapai kejayaan Islam dengan keemasan dan gemilang," jelas pengurus makam.  

"Yang besar ini merupakan monumennya yang didatangkan langsung dari Gujarat, India, sedangkan kuburnya yang asli ada di sampingnya. Disampingnya adalah makam ayahnya Zainal Abidin. Sama juga, yang besar ini monumennya dan makamnya ada di samping," tambahnya.

Menurut penuturan pengurus makam, hingga saat ini masih banyak pengunjung yang datang ke Makam Sultanah Nahrasiyah, mulai dari siswa SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. Mereka berkunjung untuk melihat secara langsung dan mempelajari nilai sejarah serta edukasi yang terdapat di makam tersebut.

Dengan renovasi, semoga makam ini dapat terus menjadi tempat edukasi, penelitian, dan wisata sejarah yang memperkenalkan peran penting perempuan dalam sejarah Islam khususnya di Aceh.


Penulis: Chalisa Najla Safira (Magang)

Editor: Tiara Khalisna
 

Kelompok Satu Cakru Magang LPM Al-Kalam Kunjungi Kompleks Makam Putroe Nahrasiyah

Foto: Zahratul (Magang)

www.lpmalkalam.com- Kelompok Satu Calon Kru (Cakru) Magang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe melakukan kunjungan sejarah ke Kompleks Makam Putroe Nahrasiyah di Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara pada Minggu (26/10/2025).

Dalam kunjungan tersebut, para peserta disambut oleh pengurus makam yang menjelaskan sejarah Sultanah Nahrasiyah dan makam-makam lain di area tersebut. Menurut pengurus, makam ini dikenal sebagai salah satu makam terindah di Asia Tenggara karena keutuhan struktur dan keindahan ukirannya.

Pengurus juga mengungkapkan bahwa sebenarnya makam tidak dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Namun, ia tetap menerima tamu dengan ramah. Selain memberi penjelasan sejarah, pengurus juga menyampaikan harapan agar pagar makam dapat segera diperbaiki oleh pemerintah.

“Kami berharap pemerintah mau memperbaiki pagar makam, supaya hewan ternak warga tidak lagi masuk dan merusak makam,” ujarnya. Kunjungan ini menjadi bagian dari edukasi untuk memperkuat pemahaman sejarah lokal, sekaligus keterampilan peliputan langsung di lapangan bagi Cakru Magang LPM Al-Kalam.


Reporter: Zahratul (Magang)

Editor: Tiara Khalisna
 

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam UIN SUNA Lhokseumawe, 0823-6508-3003 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.