Ibu, Ayah,
Di balik teduh kasih yang kau semai,
Ada aku yang kadang lalai,
Melepas sabar dari genggam,
Membuat luka tanpa kusadari dalam diam.
Maafkan aku,
Yang sering lupa pada pengorbananmu,
Sikapku yang tajam,
Melukai lembut hatimu yang penuh pelukan hangat.
Kadang suaraku meninggi,
Membelah sunyi di antara cinta yang tak pernah mati.
Padahal aku tahu, di setiap teguranmu,
Ada kasih yang tak akan berkhianat waktu.
Ayah, maaf untuk keras kepalaku,
Untuk hari-hari yang kuisi dengan keluh dan amarah.
Aku lupa pada peluhmu yang membasahi tanah,
Pada langkah beratmu yang tak pernah menyerah.
Ibu, maaf untuk tatapan matamu,
Yang kadang kutepis dengan egoku.
Padahal dari sanalah aku tahu cinta,
Yang tak pernah meminta balasan apa-apa.
Kini, aku menyesal,
Seperti rintik hujan yang tak mampu menghapus debu di jalan.
Namun aku berharap,
Doa-doaku mampu menghapus sakit yang pernah kubuat.
Ibu, Ayah,
Maaf untuk semua kata yang menyakitimu,
Untuk sikap yang tak mencerminkan rinduku.
Aku janji, aku belajar menjadi lebih baik,
Mencintai dengan cara yang kau ajarkan dalam setiap detik.
Semoga pelukku,
Walau kecil dibanding pengorbananmu,
Bisa menjadi penawar luka,
Menjadi sinar di hari-harimu yang penuh doa.
Karya:Putri Ruqaiyah (Magang)