![]() |
| Foto: IST |
Dalam wawancara bersama LPM Al-Kalam pada Selasa (11/11/2025), Koordinator Lab BKI, Minda Septiani, SST., M.K.M., menjelaskan bahwa laboratorium tersebut telah berdiri sejak 2020 dan tetap aktif hingga kini, meski sempat vakum sekitar lima hingga enam bulan karena proses perubahan status kampus. “Waktu itu kita harus menunggu pimpinan baru terbentuk setelah perubahan dari IAIN ke UIN,” jelasnya.
Minda juga menerangkan mekanisme pendaftaran Asisten Laboratorium (Aslab) yang telah dibuka beberapa waktu lalu. “Untuk pendaftar Aslab, kami hanya menerima mahasiswa semester lima. Aslab bersifat tidak tetap, berlaku satu tahun, dan setiap tahunnya akan diganti dengan asisten baru,” ujarnya.
Selain Minda sebagai koordinator, Lab BKI juga memiliki seorang konselor, Zirlia Anggraini, M.Psi., Psikolog, serta delapan Aslab. “Setiap tahun kita melakukan perekrutan baru dengan kuota sekitar enam hingga sembilan orang, tergantung kebutuhan lab. Tahun lalu ada enam Aslab, sementara tahun ini delapan,” tambahnya.
Secara umum, perbedaan antara Lab BKI saat masih berstatus IAIN dengan saat ini di bawah UIN tidak terletak pada fungsi pokok, tetapi pada skala kegiatan, fasilitas, dan peluang pengembangan diri asisten yang kini lebih luas. “Kami berharap fasilitas lab semakin meningkat setelah perubahan status menjadi UIN,” tutur Minda.
Lab BKI berperan sebagai wadah praktik dan pengembangan keterampilan konseling Islami. Tidak hanya tempat mempelajari teori, tetapi juga ruang untuk melatih keterampilan nyata yang dibutuhkan calon konselor. Adapun fungsi utama Lab BKI meliputi:
1. Tempat praktik keterampilan konseling
2. Sarana penerapan teori ke lapangan
3. Pusat riset dan pengembangan media konseling
4. Tempat pembinaan karakter dan etika profesi
5. Wadah pengabdian masyarakat berbasis konseling
Sebelum mengakhiri wawancara, Minda mengingatkan mahasiswa BKI bahwa Lab BKI bukan hanya tempat praktikum, tetapi juga ruang tumbuh untuk menjadi konselor Islami yang profesional. “Harapan saya, dari laboratorium inilah akan lahir konselor Islam yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional. Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan laboratorium ini sebaik-baiknya tidak hanya saat praktikum, tetapi juga sebagai wadah berlatih, berinovasi, dan mengasah keterampilan konseling,” pungkasnya.
Reporter: Tiara Khalisna
Editor: Putri Ruqaiyah


