![]() |
Foto: Pexels.com |
Beberapa faktor utama menyebabkan tingginya prevalensi glossophobia di kalangan mahasiswa. Pertama, pengalaman traumatis di masa lalu, seperti kegagalan dalam presentasi atau mendapat kritik tajam dari audiens, seringkali meninggalkan bekas yang mendalam. Pengalaman ini memicu rasa takut yang terus berulang setiap kali mahasiswa dihadapkan pada situasi yang sama.
Kedua, kurangnya latihan atau keterampilan berbicara di depan umum turut berkontribusi. Mahasiswa yang jarang diberi kesempatan untuk berbicara di hadapan orang banyak cenderung merasa tidak siap dan rentan mengalami kecemasan. Rasa takut akan penilaian negatif dari dosen dan teman sebaya juga memperburuk kondisi ini. Terakhir, budaya perfeksionisme yang sering kali melingkupi dunia akademik dapat menekan mahasiswa untuk tampil sempurna, sehingga mereka merasa takut gagal atau membuat kesalahan.
Glossophobia memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan akademik mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami ketakutan berlebihan dalam berbicara di depan umum akan cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan presentasi, sehingga menghambat perkembangan keterampilan komunikasi mereka. Hal ini juga dapat mempengaruhi nilai akademik, terutama dalam mata kuliah yang menekankan pada kemampuan presentasi.
Selain itu, glossophobia dapat menurunkan rasa percaya diri mahasiswa. Ketakutan akan berbicara di depan umum sering kali berdampak pada persepsi diri yang negatif, sehingga mahasiswa merasa tidak kompeten dan kurang percaya diri dalam berinteraksi sosial. Dampak psikologis ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental, dengan munculnya kecemasan berlebihan dan stres yang berkelanjutan.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi glossophobia pada mahasiswa. Latihan berbicara di depan umum secara rutin adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri. Mahasiswa dapat berlatih dengan kelompok kecil atau memanfaatkan kesempatan di kelas untuk berbicara lebih sering. Teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam juga dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan sebelum melakukan presentasi.
Dukungan dari teman sebaya dan dosen juga penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi mahasiswa yang mengalami glossophobia. Kampus sebaiknya menyediakan bimbingan konseling atau pelatihan keterampilan berbicara untuk membantu mahasiswa mengatasi ketakutan mereka. Selain itu, mahasiswa juga perlu belajar menerima bahwa rasa takut adalah hal yang wajar dan dapat diatasi dengan latihan bertahap dan konsistensi.
Glossophobia adalah tantangan psikologis yang dihadapi oleh banyak mahasiswa dan dapat berdampak negatif pada performa akademik serta perkembangan pribadi mereka. Mengatasi glossophobia memerlukan kesadaran diri, dukungan dari lingkungan sekitar, serta keterampilan khusus yang dapat dikembangkan melalui latihan dan pendekatan yang tepat. Dengan pemahaman dan strategi yang baik, mahasiswa dapat mengatasi ketakutan ini dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum, yang pada akhirnya akan mendukung kesuksesan akademik dan profesional mereka di masa depan.
Oleh: Halifah Tarisah Hani (Magang)