Foto: Pexels.com |
HEADLINE
01 March 2024
09 December 2023
Permainan Takdir
Foto: Pexels.com |
Desir anila membangunkan ku
Mengingat kembali begitu banyak anca didalam hidupku
Selaksa tikaman yang tak ada habisnya
Dera nya tak pernah berhenti
Bekasnya tak pernah hilang
Jejal rasanya segala lara yang menimpaku
Pancarona yang hanya kelabu
Cukup untuk menggambarkan ku
Jiwaku yang gusir penuh luka membiru
Setiap langkahku yang terasa seberat batu
Menumpangi trauma di masa lalu
Meski terus tersenyum bibirku
Sayang nya tak dapat mengobati hatiku
Hati kecil yang membeku dari waktu ke waktu
Kehidupan ringan milikku
Ku jalani dengan penuh semangat palsu
Begitulah takdir bermain dengan hidup ku
Sesekali ia bersimpati untuk ku
Membantu hingga menyentuh kalbu
Kemudian ia menertawai ku
Mengambil arah untuk merundung ku
Didalam sanubari ku
Tanpa sadar ku
Ia diam diam mulai memakan ku
Ia lahap akan tangisku
Bahagianya atas setiap luka diriku
Memanjakan dirinya ditengah sendu hidupku
Semulanya Ina bertamu hingga senja menunggu
Begitu pula dirinya
Ia teguh selaksa belenggu
Hingga habis temaram masa ku
Ia masih Bertahan meredum dihidupku
Oleh: Ismi Saydina (Magang)
13 November 2023
Untuk Seorang Wanita
Foto: IST |
Ada yang tak terucap
Ketika bibir tak henti berbincang kata
Menunggu kesempatan demi kesempatan
Kesempatan yang seharusnya dicipta
Lirik mata semanis madu
Tak peduli se-kesal apa hatinya
Tatapan matanya adalah narkotika paling candu
Panggil saja aku pemabuk bila perlu
Apa yang harus aku deskripsikan? nona
Ketika seluruh kata indah menjelma dirimu
Aku berani bertaruh pada taman berbunga
Tak akan ada kelopak mawar yang seindah kelopak matamu
Api panas di bulan sabit wajahmu
Menggetarkan sesuatu di dalam jiwaku
Ntah apa yang kurasa saat metapnya
Melelehkan setembok besi dalam diri
Suara sehalus bulu
Menina bobokan seluruh gengsi
Alunan nada indah dari seorang bidadari
Se-elok kicau burung pada pagi hari.
Jatuh raga
Jatuh rasa
Jatuh cinta?
Oleh: M. Sony
Prodi: Hukum Tata Negara
Semester 7
Mengejar Mimpi
Foto: Pexels.com |
Pagi ini matahari tersenyum seperti biasa
Menemani insan merajut asa
Sebuah angan yang sederhana
Namun memberi dorongan untuk bahagia
Dan karsa untuk menggapai cita
Kulangkahkan kaki dengan pasti
Menuju visi yang terpatri
Megahnya gunung bisa terdaki
Lengangnya lautan bisa diarungi
Bukankah mungkin untuk meraih mimpi?
Dari canda tawa hingga menangis
Kulalui dengan semangat yang Takkan menipis
Aku sadar bahwa fase hidup tak selalu manis
Dan kenyataan kadang tak logis
Namun, ambisi menebal tanpa pesimis
Ragam taktik dan strategi kulampai
Banyak kerikil tajam kutemui
Tak sedikit badai menerjang diri ini
Tapi tak sedikitpun rasa rendah diri
Untuk mengejar mimpi
Sampai raga ini tak berdaya lagi
Oleh: M. Sony
Prodi: Hukum Tata Negara
Semester 7
10 November 2023
Sepi, Kuharap Pelukan Hampa Kita Selaras
Foto: Pexels.com |
Malam sendu datang tanpa salam.
Membawa kenangan yang kusebut rindu.
Mengusik jiwa tenang dengan serpihan luka.
Menitipkan gausar ditengah cakrabuana.
Diam dalam kehangatan yang membisu.
Perlukah engkau tau??
Hampa terlukis di tengah kalbu.
Kemanakah engkau pergi??
Menghilang dari sanubariku.
Mengarungi samudera tanpa pemberitahuan.
Hingga rasa sepi itu berlabuh.
Mengayun dirinya pada ruang hati ini.
Tak akan kusalahkan sepi.
Haknya pantas menari dalam kehidupan.
Haknya juga bersemi dengan apa adanya.
Sepi yang tak akan pernah bersua.
Ia bertempat dalam lautan kesedihan.
Indah pada tatapan.
Asing pada sentuhan.
Damai ketika searah.
Akan kunikmati kehanyutannya.
Di dalam aliran ombak tak berirama.
Oleh: Indira Ulfa Rizkya (Magang)
29 October 2023
Swastamita Kala Itu
Foto: pexels.com |
Wangi yang muncul dari berbagai arah mengingatkan ku padamu
Ragaku terbawa oleh deraian ombak serentak
Anila yang sentiasa menerbangkan rambutku tanpa henti.
Melihat lautan lepas
Aku berpikir, akankah buana dan antariksa tau aku merindukan-mu!
Akankah engkau merasa hal yang sama tuan?
Kau ingat kala itu?
Berlarian ditepi pantai
Rambutku selalu terbawa angin tak tentu arah
Aku dan kamu menatap saling senyum
Kau ingat kala itu Tuan?
Ya....
Kita duduk ditepi pantai
Menatap swastamita dan bergandeng tangan....
Penuh asa untuk bersama
Tapi dimana Tuanku?
Aku terduduk sendiri dibawah langit swastamita
Akankah kau kembali Tuanku?
Aku, swastamita dan buana selalu merindukanmu
Oleh: Ririn Dayanti Harahap (magang)
28 October 2023
Buta Akan Diri Sendiri
Foto: pexels.com |
Keegoisan yang tiap kali muncul,
Ketidaktahuan diri harus bertindak seperti apa,
Diri yang mengalami kebutaan tujuan yang diinginkan,
Isi kepala yang mulai berkecamuk,
Dan isi kepala yang berperang melawan pertanyaan yang kerap kali muncul
Sebenarnya, apa yang harus kulakukan
Diam? Mungkin hanya itu yang terlintas di kepala
Diam menghadapi isi kepala yang mulai berisik
Sedangkan diri memaksa melawan dan ingin tahu jawabannya
Rumit,
Ternyata rumit harus mengetahui apa maunya diri Si Tidak Penahu ini
Si Tidak Penahu ini bingung,
Bingung harus bagaimana...
Aku, Si Tidak Penahu yang buta akan diri sendiri
Oleh: Alya Nadila (magang)
12 May 2023
Bersama AJI Lhokseumawe, LPM Al-Kalam Peringati Hari Kemerdekaan Pers Sedunia
Foto: Fathanah |
Foto: Fathanah |
08 February 2023
MUBES LPM Al-Kalam Ke-IV, M. Akbar Dipercayai untuk Memimpin Kembali
Foto: Maulidiyatul Ukhra/lpmalkalam.com |
Foto: Maulidiyatul Ukhra/lpmalkalam.com |
Reporter: Intan Nuraini
Editor: Redaksi
12 August 2022
Pamit
Oleh: Rayhanun Jannah/lpmalkalam.com |
Delapan tingkat silam
Kita bersama
Menggoreskan tinta
Tak cemas, ditelan masa
Kini, saatnya melepas pena
Pulang
bersama air mata
Pilu
terasa haru
Meski belum jelas arah dituju
Hai! Semua yang berjuang !!!
Selamat
tinggal, aku pamit pulang
Terimakasih,
diizinkan singgah di kelas anda
Pahlawan tanpa tanda jasa
Kasihku bertanya “Mengapa pulang?”
“Bunda,
sudah saatnya meniti masa depan”
Delapan
tingkat kemarin
Hari ini “Terimakasih untuk segalanya”
Ayah… bunda…, aku tahu
Selama
bernapas, belum pernah tertoreh ‘bangga’
Selama
berucap, selalu mengikis rasa
‘Maaf’,
ucapku kesekian kalinya.
27 January 2020
Hanya Bayangan - Puisi Hasanun Basri (Hasbas)
(Foto: Geubrina Ginting) |
Hanya bayangan,
Tapi sepertinya khayalan
Muncul khayalan, tiba bayangan
Membayang-bayangi, angan
Palsu sepertinya, kayal-khayalan
Bayangan yang kasat terlihat
Tak dapat menutupi kerinduan
Apalagi mengobati, sangat tidak akan
Cuma ada satu langkah untuknya
Temui dia bersama wujud aslinya
Hanya khayalan
Terus berkhayal, walau bukan aslinya
Berharap yang benar² ada, kau akan menua
Menunggu bayangannya tiba kesana
Terlalu lambat ia mampirnya, kadang
Ketika senja bersua ia akan hilang seketika
Tanpa disuruh, untuk pindah arahnya
kegelapan akan menyelimutinya
Hanya bayangan
Hanya angan terbayang
Bayangan tetaplah warna
Mungkin saja ia jelas
Bisa jadi sangat tidak pasti
Bayangan tetaplah angan
Angan tetaplah bayangan
Sebelum wujud asli di temui
Banyak khayalan, banjir imajinasi
Banjiri hidup di lembah imajinasi
Agar genangan itu terus membanjiri
Penuhi hidup dengan genangan suci
Genangan ide yang asli dan berarti
Hasanun Basri (Hasbas)
Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
IAIN Lhokseumawe-Aceh
26 July 2018
Perantauan
Oleh: Devi Inayatsyah/ www.lpmalkalam.com |
Retorika Penguasa
Oleh: Devi Inayatsyah/ www.lpmalkalam.com |