HEADLINE

Latest Post
Loading...

26 Februari 2025

Bahtera yang tak kurindukan

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Di alunan malam yang meliput lara

Terlihat cahaya indah di ujung sana

Di mana cakrawala di penuhi bintang bintang di angkasa malam.

Aku bertanya pada gelisah bisakah 

Redam walau sejenak, tetapi dia malah memancing setitik amarah di balik api

Jiwa ini terus bersenandika seolah mencari penawar di tengah berisiknya kepala dimana ia hanya menggenggam erat penguat yang ia sebut "ketenangan"

Ada apa di ujung laut sana seolah di peluk erat oleh senja, kita menganggap bahwa mereka begitu dekat dan serasi dengan panorama nya terlihat sangat erat, berdampingan, bahkan saling melengkapi 

Nyatanya sangat jauh begitu jauh bahkan tak nyata.

Namun aku sadar bahwa bentala tidak salah jika dia tidak bisa memeluk semesta bukan, namun tidak bisa ku pungkiri bahwa

Atmaku Masi terbelunggu dan tenggelam dalam kisah pilu itu. 

Dan bukan salah bulan jika cahayanya redup di kala malam karna sejatinya ia tau 

Bahwa keindahan itu terkadang tidak harus dengan di lihat melainkan di rasakan.


Karya: Salsabella Rizki

25 Februari 2025

Ramadan Tanpa Kehilangan

Foto: Pixabay.com
www.lpmalkalam.com-

Tuhan, jika boleh aku meminta,

biarkan Ramadan ini tetap sama.

Tak berkurang satu pun wajah di meja,

tak ada kursi yang tiba-tiba hampa.

Aku ingin sahur masih lengkap,

dengan suara yang ramai, canda yang akrab.

Aku ingin berbuka masih bersama,

melihat senyum mereka, mendengar doa mereka.

Setiap tahun, aku ingin begini,

Ramadan yang hangat, lebaran yang penuh arti.

Tak ada air mata karena perpisahan,

tak ada kehilangan yang meninggalkan kesepian.

Tuhan, jika Kau menambah, aku terima,

asal jangan Kau kurangi yang ada.

Biar rumah ini tetap utuh,

biar kasih ini tak pernah runtuh.

Aku ingin lebaran tanpa tangis,

tanpa hati yang terasa manis tapi pahit.

Aku ingin Ramadan selalu begini,

dalam dekapan keluarga yang tak terganti.

Jagalah mereka dalam genggaman-Mu,

panjangkan usia, sehatkan tubuh.

Karena Ramadan tanpanya bukan lagi Ramadan,

dan lebaran tanpanya hanya jadi kenangan.

Tuhan, biarkan kami tetap lengkap,

biarkan rumah ini tetap hangat.

Satu tahun lagi, dua tahun lagi,

selamanya, jika Kau izinkan terjadi.


Karya: Putri Ruqaiyah

24 Februari 2025

Langkah Tanpa Arah

Foto: Pixel.com

www.lpmalkalam.com- 

Berjalan tanpa arah,

Mengepakkan sayap yang rapuh,

Namun tak jua mampu terbang.

 

Siang dan malam tak bertepi,

Gelap merangkul tanpa henti.

Waktu berlalu,

Namun hidup tetap sunyi,

Kosong tanpa warna, tanpa cahaya.

 

Entah ke mana sinar itu bersembunyi,

Tiada celah untuk menjangkaunya.

Semakin kelam, semakin dingin,

tersesat dalam kesunyian.

 

Langkah terus terayun,

Tanpa tahu ke mana menuju,

Mencari makna dalam kehampaan,

Menyelami luka dalam diam.

 

Angin berbisik lirih,

Membawa kisah yang hilang,

Tentang mimpi yang pudar,

Tentang harapan yang karam.

 

Namun di balik malam yang pekat,

Mungkin ada cahaya yang menanti.

Meski redup, meski jauh,

Ia tetap setia menunggu fajar.

 

Maka aku terus melangkah,

Meski tak tahu ke mana menuju,

Menyusuri gelap yang membelenggu,

Agar tak selamanya tersesat.

 

Karya: Maulidiyatul Ukhra

Cinta yang Tak Terucap, Kasih yang Terasa

Foto: Pixabay.com

 www.lpmalkalam.com-

Di rumah ini, kata “sayang” bukanlah hal biasa,

tak ada ucapan mesra yang terucap setiap hari.

Namun, aku tahu, aku merasakannya,

cinta mereka nyata, tak perlu diungkap dengan kata.

Saat tubuhku lemah, diselimuti sakit,

ayah duduk di samping, dalam doa yang khusyuk.

Air matanya tak jatuh, tapi suaranya bergetar,

seolah ingin memindahkan perihku ke dalam dirinya.

Saat aku murung, terdiam dalam sunyi,

mama datang dengan senyum dan cerita lucunya.

Ia tertawa, bercanda, menggoda tanpa lelah,

agar aku yang lesu kembali menemukan cahaya.

Kami bukan keluarga yang pandai berkata "maaf,"

tapi kami tahu bagaimana saling memahami.

Tak ada kata, tak ada janji,

hanya obrolan yang tiba-tiba lebih hangat, lebih lama,

isyarat bahwa kesalahan telah dimaafkan tanpa diminta.

Di malam hari, ada kebiasaan yang selalu ada,

ayah dan ibu mengetuk pintu kamar, duduk di sudut.

Mendengarkan kakakku berbagi kisah sepulang kerja,

tak tergesa, tak bosan, hanya menunggu hingga cerita usai.

Barulah mereka kembali ke kamar, dengan hati yang penuh,

menyimpan cinta dalam diam yang tak pernah mati.

Saat aku terhimpit, di tengah kesulitan,

mereka tak banyak bertanya, tak mengeluh.

Meski mereka pun kekurangan,

mereka tetap mencari, tetap mengusahakan,

seolah dunia tak boleh membiarkanku jatuh.

Tindakan-tindakan kecil ini membuat kami tumbuh,

dalam kepercayaan, dalam kasih yang tulus.

Cinta di rumah ini bukan sekadar kata,

bukan janji, bukan rayuan mesra.

Namun dalam perhatian yang tak terlihat,

dalam kehadiran yang tak tergantikan,

dan dalam doa yang selalu menyertai, meski tanpa suara.

Aku bahagia berada di sini,

di rumah yang tak butuh banyak kata,

karena kasihnya telah nyata dalam setiap tindakan.

Semoga harmoni ini tetap ada selamanya.

Love you, keluargaku.


Karya: Putri Ruqaiyah

22 Februari 2025

Lentera Praja

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- 

Di kegelapan istana, harapan menyala bagai lentera

Bukan mentari yang membuatnya bersinar

Melainkan kegelapan itu sendiri

Kegelapan menyaksikan ketidakadilan membelenggu jiwa praja

Kemiskinan merenggut mereka yang semestinya dirawat

Bukankah itu tanggung jawab moral sang prabhu?  

Janji-janji hampa bertebaran seperti debu

Janji kenyang sesaat, akankah menutupi kelaparan yang abadi?

Saat ini…

Seniman kritis yang merefleksikan realita dibungkam

Suaranya terendam

Sementara yang menghibur mendapat singgasana dihiasi pujian

Suara praja menggema besar dipagar istana

Untuk mengingatkan akan tanggung jawab sang prabhu

Namun suara kebenaran tak terdengar oleh prabhu

Ouh Mungkin Karena terendam dengan suara hiburan di istana

Praja cemas

Akankah istana mampu membawa mereka pada masa emas

Banyak praja yang pindah ke istana yang lain

Hanya untuk mendapatkan Cahaya hangat

Namun praja tetap berharap Bagai lentera

Semoga kebijakan sang prabhu akan menjadi matahari yang menyinari praja

Memberikan kehangatan, keadilan, dan kesejahteraan

Menghantarkan negeri ini ke masa keemasan yang gemilang


Karya: Zahira Putri Meola

21 Februari 2025

Jebakan Rasa

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Indahnya Sinar senja, telah hilang digantikan oleh sinar rembulan.

Munculnya rembulan, menciptakan satu sinar warna dan menutupi beragam warna senja.

Mungkin, hal itu cukup menjadi pengungkap rasa yang pernah membuat canda tawa bahagia namun tiba-tiba dipaksa untuk berhenti dan menutupnya.

Hinggap hanya untuk pergi.

Menepi di tepian hanya untuk kembali berlayar. 

Kembali mendarat namun ternyata hanya bertahan dalam waktu yang bisa dihitung jari saja.

Begitulah kiranya, hanya bisa Menaruh rasa, sekedar untuk sementara saja.

Sebenarnya, rasa itu boleh saja untuk diperpanjang agendanya.

Namun, apakah sudi kiranya menahan rasa yang tidak tau kapan pasti akan berjumpa?

Katamu sanggup untuk menahanya?

Bahkan Lidah yang tergigit saat kamu makan saja, merupakan sebuah gambaran yang tepat untuk menceritakan tentang bagaimana kamu bisa gagal meskipun kamu punya puluhan tahun pengalaman dalam melakukannya. 

Berhentilah berharap, karena senja hanya bisa dimiliki langit.

Jika perasaan itu memang benar-benar hinggap dikedua pelakunya 

Maka ia akan tinggal, bukan hanya sekedar tempat menepi saja. 

Dari rasa yang selalu ada untuk penantian yang taktau kapan berakhirnya.


Karya: Fitdaturrahmi

20 Februari 2025

Hirap Tak Dirindukan

Foto: Pixabary.com
www.lpmalkalam.com- 

Seorang pecundang datang padaku.

Mengais hati seorang gadis.

Mengajak pujangga hati merayakan semuanya.

Tak sadar asmoraloka kian membentuk  setiap celah perayaan.

Berjalan bersama menuju tempat itu,

Bahagia, ceria, seakan bumantara berpihak pada kita.

Semuanya terlalu manis untuk hirap.

Tak ada alasan untuk meninggalkan.

Aku, kamu, serta agoman itu.

Anala yang kian menyala akan tiap pertemuan.

Menjadikan kita satu pada arah.

Pilau itu tak bergerak sebagai mestinya,

Mengapa kita tuan? Ada apa dengan kita?

Akankah hubungan diandam karam?

Tak ada Atma pada asmaraloka.

Tiada ada menggerakkan pilau itu.

Tak perlu pengharapan nirmala hadir saat ini. 

Saban hari aku berpikir untuk menggerakkan pilau.

Saban hari juga kau berpikir memutuskan asa itu.

Anitya berpihak pada kita.

Kau pergi membawa api asmara.

Lantas aku menunggumu ditepi laut memandang swastamita.

Pada-Nya aku mengatakan, kau hirap yang tak kurindukan. 

Namun, renjana akan selalu dalam dekap.


Karya: Ririndayanti Harahap

02 Januari 2025

Dunia kelam

Foto: Pixabary.com

www.lpmalkalam.com- Malam Jumat 23 Desember 2004 seluruh penjuru Nanggroe Aceh Darussalam melantunkan ayat-ayat-Nya.

Disebuah bilik tampak seluruh anggota keluarga mengatakan "Allahu Akbar," lantas beribadah kepada Rabb-Nya.

Tak lama sesudah itu seorang anak melantunkan sebuah doa "Aku ingin hidup lebih lama."

25 Desember 2004 tepat perayaan Natal tiba.

Umat Kristiani menuju gereja, berdoa kepada Tuhan-nya. 

Seorang umat itu mengatakan "Ya Tuhan, berikan aku kesempatan hidup di masa akan datang."

Malam Minggu, 25 Desember 2004 

Semua orang bergembira, penuh kasih kepada sanak saudaranya

Seakan tak terlintas gelombang besar hendak menghancurkan semua

Minggu, 26 Desember 2004

Di ufuk timur fajar memeluk Aceh

Cahaya pagi menjanjikan keindahan 

Hamparan laut menjadi saksi

Akan Gelombang kelam masa itu 

Melodi indah bergemuruh syahdu diiringi isak tangis bayi

Menggores luka, menggeliat, tercipta pilu, tak berkesudahan

Harapan baru melenggu jiwa yang tertinggal

Kenangan mengunci mereka pada hari itu

Pada pukul yang merampas segalanya

Doa tercipta ditengah puing-puing reruntuhan

Seolah menggantung tanpa arah, menjadi harapan semu 

Tangan yang menggenggam, menadah, menggantungkan suatu harapan

Keindahan Aceh seakan tergarap habis

Gelombang setinggi 30 meter 

Menghantam daratan luas 

Membawa kisah kelam yang tidak pernah mereka bayangkan

Tiap puing bergeming dalam bisu

Ruang yang tidak berisi irama

Dengan tubuh gemetar, menuju hamparan gelap kala terang 

Melihat aceh lenyap dihantam gempa dan tsunami 

Sebuah kapal terseret jauh dari perairan

Rumah hancur tak berkeping

Mayat berhamburan tanpa nama

Isak tangis menyelimuti seluruh penjuru Aceh

Luka tak berkesudahan

Mati menelan kenyataan

Doa-doa mulai tergantung dilangit

Menciptakan kenangan kelam tak terlupakan

Selang kejadian para keluarga mencari keluarga nya

Seorang anak bertanya pada ibunya

"Ibu, dimana letak pusara ayah aku hendak berkunjung."

Dengan suara parau sang ibu menjawab "nak, pusara ayah tak bertempat namun ayah berada disamping-Nya."


Karya: Ririn Dayanti Harahap & Halifah Tarisah Hani 

05 Desember 2024

Rintik Penyesalan di Pelupuk Waktu

www.lpmalkalam.com- 

Ibu, Ayah,

Di balik teduh kasih yang kau semai,

Ada aku yang kadang lalai,

Melepas sabar dari genggam,

Membuat luka tanpa kusadari dalam diam.

Maafkan aku,

Yang sering lupa pada pengorbananmu,

Sikapku yang tajam,

Melukai lembut hatimu yang penuh pelukan hangat.

Kadang suaraku meninggi,

Membelah sunyi di antara cinta yang tak pernah mati.

Padahal aku tahu, di setiap teguranmu,

Ada kasih yang tak akan berkhianat waktu.

Ayah, maaf untuk keras kepalaku,

Untuk hari-hari yang kuisi dengan keluh dan amarah.

Aku lupa pada peluhmu yang membasahi tanah,

Pada langkah beratmu yang tak pernah menyerah.

Ibu, maaf untuk tatapan matamu,

Yang kadang kutepis dengan egoku.

Padahal dari sanalah aku tahu cinta,

Yang tak pernah meminta balasan apa-apa.

Kini, aku menyesal,

Seperti rintik hujan yang tak mampu menghapus debu di jalan.

Namun aku berharap,

Doa-doaku mampu menghapus sakit yang pernah kubuat.

Ibu, Ayah,

Maaf untuk semua kata yang menyakitimu,

Untuk sikap yang tak mencerminkan rinduku.

Aku janji, aku belajar menjadi lebih baik,

Mencintai dengan cara yang kau ajarkan dalam setiap detik.

Semoga pelukku,

Walau kecil dibanding pengorbananmu,

Bisa menjadi penawar luka,

Menjadi sinar di hari-harimu yang penuh doa.



Karya:Putri Ruqaiyah (Magang)

 

Ayah, Tulang Punggungku

Foto: Pixabary.com

www.lpmalkalam.com-

Di bawah langit yang biru dan luas,

Ada cerita yang kau bawa tanpa putus.

Langkah-langkahmu mengukir jejak pasti,

Menembus batas hari demi hari.

Kau bangun sebelum fajar merekah,

Menyambut dunia dengan napas yang lelah.

Namun, tak pernah kau keluhkan hidup,

Hanya senyum yang tersisa, meski tubuh tertunduk.

Ayah, engkau adalah dinding yang kokoh,

Yang melindungiku dari angin dan amarah.

Meski tak sering bicara, kasihmu nyata,

Tertanam dalam setiap tindakan sederhana.

Aku ingat tanganmu yang kasar,

Namun sentuhannya selalu lembut, benar.

Dari keringatmu mengalir kehidupan,

Dari usahamu terbitlah harapan.

Engkau menahan langit agar tak runtuh,

Menggenggam dunia dengan kedua tanganmu.

Beban berat tak kau biarkan jatuh,

Karena kau tahu, keluargamu bergantung padamu.

Ayah, tulang punggung rumah ini,

Dalam diam, kau berjuang tanpa pamrih.

Terkadang aku lupa melihat lelahmu,

Terkadang aku alpa memahami pilumu.

Kini aku mengerti, setiap langkah yang kau lalui,

Adalah doa yang kau panjatkan untuk kami.

Setiap lelah yang kau rasa di tubuh,

Adalah tanda cinta yang tak pernah berubah.

Ayah, doaku untukmu tak akan pudar,

Semoga bahagia senantiasa mendekapmu hangat.

Kau adalah pahlawan dalam hidupku,

Tulang punggungku, selamanya aku rindu.


Karya: Putri Ruqaiyah (Magang)

Anak Mandiri

www.lpmalkalam.com-

Aku berjalan dengan langkah tegap,

Meski kadang goyah, tak pernah lelap,

Dalam sepi, dalam gelap,

Kupeluk erat mimpi yang kudekap.

Tak ada tangan yang selalu menggenggam,

Tak ada bisikan yang selalu meredam,

Namun dalam sunyi, aku belajar bertahan,

Menempa diri, tanpa ragu dan beban.

Kupahami dunia tak selalu ramah,

Kadang menantang, kadang pasrah,

Namun di setiap luka yang merekah,

Kutemukan kekuatan, tumbuh tanpa keluh kesah.

Aku anak mandiri,

Yang tak gentar walau sendiri,

Berlari mengejar apa yang pasti,

Mengukir masa depan dengan tangan ini sendiri.

Dengan tekad yang kukuh, tanpa pamrih,

Aku melangkah, takkan letih,

Dalam perjalanan ini aku temukan arti,

Bahwa aku kuat, aku mampu berdiri.


Karya: Juramaida Ziliwu (Magang)

29 November 2024

Ku Ukir Kata Maaf

Foto: Pexel.com

www.lpmalkalam.com- 

Goresan waktu yang selalu terbayang

Cintamu yang tak pernah pudar

Meskipun air laut terus menerjang menuju pantai

Menyapu aksara-aksara yang telah ku gores

Ibu

Begitu banyak ukiran-ukiran mimpi yang kau tabur

Begitu banyak harapan-harapan kau impi

Namun, aku tak pernah mewujudkan

Maafkan aku ibu

Anak ini belum bisa membalas jasamu

Anak ini belum bisa membanggakanmu

Namun, aku akan selalu berusaha untuk kebahagiaanmu

Walau masih banyak luka yang ku beri

Ibu, maafkan aku

Jika masih banyak buliran-buliran bening yang jatuh

Dari matamu akibat ulahku

Jika masih banyak kebahagiaan

Yang masih tertunda dariku

Maafkan aku ibu


Karya: Fika Munayya (Magang)

16 November 2024

16 November: Sejarah dan Relevansi Hari Toleransi Internasional

Foto: RRI.co.id

www.lpmalkalam.com- Setiap tahun, tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional, sebuah momen yang mengingatkan kita semua tentang pentingnya saling menghormati di tengah perbedaan. Pada tanggal 16 November, dunia memperingati Hari Toleransi Internasional.Hari ini dicanangkan oleh UNESCO pada tahun 1995, sebagai bagian dari upaya memperingati ulang tahun ke-50 organisasi tersebut.karna ini tidak hanya sekadar perayaan simbolis, tetapi juga pengingat pentingnya toleransi sebagai fondasi bagi masyarakat yang damai dan harmonis. Deklarasi ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya intoleransi, diskriminasi, dan konflik yang melanda berbagai penjuru dunia.

Peringatan ini berakar dari Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi yang diadopsi oleh negara-negara anggota UNESCO pada 16 November 1995. Deklarasi tersebut mendefinisikan toleransi sebagai: “Penerimaan, penghormatan, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya, bentuk ekspresi, dan cara-cara manusia dalam menjalani kehidupan.”

UNESCO menegaskan bahwa toleransi bukan berarti menyerah pada keyakinan pribadi, tetapi mengakui hak orang lain untuk berbeda. Deklarasi ini juga menyerukan pendidikan sebagai alat utama dalam memupuk toleransi, khususnya bagi generasi muda.

Meskipun sudah hampir tiga dekade sejak deklarasi ini dibuat, tantangan intoleransi tetap ada. Konflik berbasis agama, diskriminasi rasial, dan ujaran kebencian terus meningkat di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, Hari Toleransi Internasional tetap relevan sebagai ajakan untuk menghormati perbedaan dan membangun dunia yang lebih inklusif. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai-nilai toleransi harus terus diperjuangkan.

Hari Toleransi Internasional menjadi momen refleksi bagi setiap individu, komunitas, dan negara untuk Meningkatkan Kesadaran, menghargai Perbedaan, beraksi Nyata. 

Bagaimana Kita Bisa Berkontribusi?

Melalui Pendidikan: Mengajarkan anak-anak dan remaja pentingnya toleransi sejak dini.

Menggunakan Media Sosial Secara Positif: Menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan menghormati perbedaan.

Berpartisipasi dalam Kegiatan Lokal: Bergabung dalam acara lintas budaya atau dialog antaragama.

Hari Toleransi Internasional adalah ajakan untuk bertindak. Dengan merayakan keberagaman dan memupuk toleransi, kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai dan inklusif. Pada akhirnya, toleransi bukan hanya tentang menerima orang lain, tetapi juga tentang menghormati hak asasi manusia yang kita semua miliki.

Mari jadikan 16 November sebagai momentum untuk terus melangkah menuju masa depan yang lebih harmonis.


Oleh: Amanda Zuhra (Magang)

Editor: Redaksi

12 November 2024

Berlayar Dalam Bisik Rindu Hujan

Foto: Pixelab.com
www.lpmalkalam.com- 

Hujan perlahan turun membelai  

wajahku Membasahi tanah yang lama tandus

Butiran air pecah saat menyentuh bumi

Mengalir rindu dalam setiap jatuhnya

Pandanganku terbang jauh ke masa silam

Di saat aku tanpa malu melompat  di punggung kokohmu

Meminta mainan dengan polos tanpa beban

Kenangan di kala senja masih menyimpan damainya senyummu

Suaramu tegar namun penuh kehangatan

wajahmu tegas dengan rahang kuat menambah ketampanan

Lenganmu kekar menggendong tubuh kecilku

Aku mengingatnya

Ayah....

Kini, aku titipkan rindu ini padamu menyatu dalam setiap bulir hujan

Tak perlu risau, aku di sini dalam damai dan tenang

Tak usah pula kau bimbang, senyumku masih untukmu

Berbahagialah Ayah


Oleh: Halifah Tarisah Hani

08 November 2024

Aku Belajar Darimu Ibu

Foto: Pexels.com

Aku belajar tentang cinta darimu

Melihat kepedulian kamu

Aku belajar tentang kebahagiaan dari kamu

Di hari kemarin yang menyenangkan.


Darimu aku belajar memaafkan

Kesalahan baik besar maupun kecil.

Aku belajar apa yang aku ketahui tentang hidup darimu

Saat kamu memberikan hidupmu seutuhnya.


Teladan yang kamu berikan masih ada padaku

Aku tidak akan pernah menginginkan yang lain.

Aku bersyukur atas semua yang kamu ajarkan padaku

Dan aku diberkati untuk memanggilmu “Ibu”


dan aku juga akan melakukan yang sama..

mengajarkan kepada anak anak ku tentang kehidupan...

aku sangat bersyukur karena adanya dirimu ibu..

dan semoga kamu bersyukur memiliki anak sepertiku..


Oleh: Putri Ruqaiyah (Magang)

Kebersamaan

 

Foto: Pexels.com

Kebersamaan suasana memang penting dalam keluarga..

Engkau seperti penyempurna keluarga..

Lama sudah rasanya, bosan..

Untukku merasakan kebersamaan itu…

Aku sangat ingin merasakannya..


Ramainya suasana yang hangat, telah menambah riang hati..

Gelap yang kurasakan, bila tak ada rasa itu..

Andai aku bisa merasakan semua ini

Kemanakah engkau harus kucari..

Wahai kebersamaan…

Berikanlah aku sekali saja rasa itu..


aku juga ingin merasakan seperti orang orang..

disayangi dan dimanjai..

mereka sangat beruntung...

memiliki orang orang yang menyayangi mereka tanpa pamrih...

wahai kebersamaan...

datanglah sesekali kepadaku...

aku juga ingin merasakan kebersamaan...


Oleh: Putri Ruqaiyah (Magang)

31 Oktober 2024

Dibalik Topeng Demokrasi

Sumber: Pexels.com


Dibalik ideolisme demokrasi

Tersimpan realitas yang kelam

Sistem pemilu berkilau

Namun suara dikendalikan

Oligarki dan politik uang

Menutupi hakikat keadilan 

Kesenjangan sosial merintangi

Partisipasi yang seharusnya setara

Hukum, penjaga yang dipertanyakan

Sering jadi alat represi

Mengabaikan aspirasi rakyat

Prinsip-prinsip demokrasi

Hanya formalitas yang hampa

Kebebasan pendapat terkurung

Keadilan sering ternodai

Mari kita kritis dan evaluasi

Agar hak asasi dan keadilan

Tak sekedar topeng belaka

Tapi cahaya harapan yang nyata

Membangun masyarakat yang berkeadilan


Oleh: Arahmadan Berutu

Ayah, Ibu

Sumber: Pexels.com

Ayah, di wajahmu gurat letih,

Namun tak pernah kau mengeluh sedikitpun.

Di bawah sinar matahari atau di hujan deras,

Langkahmu tak pernah terhenti,

Mencari nafkah demi kami di sini.

Ibu, di tangan lembutmu kisah kami tertulis,

Kau peluk duka kami dengan senyummu yang tulus.

Di malam yang hening, kau bisikkan doa-doa

Ayah, ibu

Gadis kecil mu

Yang dulu manja

Merengek – rengek minta sesuatu 

Ayah,ibu

Kini gadis kecil mu 

Jauh dari pandangan mata

Tak tergapai oleh tangan mu

Doa mu penerang hidupku 

Ayah, ibu

Betapa besarnya perjuangan mu 

Lelah mu tak pernah kau perlihatkan 

Senyum mu yang selalu kau taburkan 

 Ayah, ibu

Kalian adalah cahaya penerang jalanku

Tanpa kalian aku hanyalah kegelapan

Ayah, ibu

Jasad kalian fana, tapi cinta kalian abadi

Apa yang telah kalian tanam, Kini menjadi tuaianku

Ayah, ibu

Kalian berikan segalanya tanpa pamrih

Menjadikanku lebih kuat dan tangguh

Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim

Jadikanlah tetesan air mata

dan butiran keringat orang tuaku

Sebagai lautan pahala

Yang tiada bertepi



Oleh: Ishfa Naisila (Magang)

17 Oktober 2024

Teman Sejati

Foto: Pexels.com


Di setiap langkah dan hariku berjalan,

Ada sosokmu yang selalu menemaniku,

Tak peduli hujan atau panas terik datang,

Kita bersama, hadapi dunia tanpa ragu.


Senyummu adalah cermin semangatku,

Saat lelah menguasai hati yang rapuh,

Kata-katamu laksana angin lembut,

Menghapus beban, memberi harapan penuh.


Sahabat, kaulah cahaya di kegelapan,

Dalam hening, engkau hadir dengan tawa,

Membawa damai dalam kesunyian malam,

Mengisi kekosongan dengan cinta tanpa cela.


Walau jarak kadang memisahkan,

Hati kita tetap terikat erat,

Tak ada kata yang bisa memudar,

Sahabat sejati, abadi sampai akhir hayat.


Selalu bersama, dalam suka dan duka,

Kau adalah anugerah yang tiada tara.


Dalam setiap cerita yang kita tulis bersama,

Ada kenangan manis yang tak terlupakan,

Petualangan hidup yang penuh warna,

Membuat ikatan kita semakin dalam.


Tak perlu kata-kata untuk saling mengerti,

Cukup tatapan mata, kita sudah paham,

Bahasa hati yang hanya kita berdua mengerti,

Menjadi rahasia indah persahabatan.


Kau mengajarkanku arti ketulusan,

Memberi tanpa mengharap imbalan,

Dalam dirimu kutemukan cerminan,

Jiwa yang murni, tanpa kepalsuan.


Bersama kita belajar dan tumbuh,

Melewati cobaan, merayakan kemenangan,

Tak ada beban yang terlalu berat untuk dipikul,

Saat kita bersama, semua terasa ringan.


Terima kasih, sahabat, untuk segalanya,

Untuk tawa, tangis, dan semua momen berharga,

Ku bersyukur memilikimu dalam hidupku,

Sahabat sejati, harta terindah sepanjang masa.


Semoga persahabatan ini terus bersemi,

Mekar indah hingga akhir nanti,

Menjadi kisah yang tak lekang oleh waktu,

Abadi dalam ingatan dan hati yang setia.



Oleh: Ishfa Naisila (Magang)

13 Oktober 2024

Benci

Foto: Pexels.com


Hingga kini

Tak mampu kutemui tawa yang memberi tanpa pernah mengharapkan balas budi

Sampai pada akhirnya aku benci

Benci jika harus berada ditengah-tengah ramai yang tak pernah menjadi diri sendiri


Menjadi benci

Membuatku satu langkah kehilangan arti dari memberi

Membuatku lupa jika bunga tetap harus disirami

Walau mungkin dapat layu dan mati

Tak menyisakan keindahannya untuk kunikmati

Kepada diri sendiri


Terima kasih telah sadar kembali...

Terima kasih untuk terus bangkit dari setiap patah yang begitu perih...

sampaikan salamku kepada diriku yang kemarin...

Kirimkan pesan kepadanya jika aku akan pergi...

Menuju pagi dimana dapat kudatangi sunyi dan berbincang kepada tenang perihal hari ini....


Oleh: Putri Ruqaiyah 

Mengenai Saya

Foto saya
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnaslis muda yang berada di lingkungan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam IAIN Lhokseumawe, 0831 6327 5415 (Pimpinan Umum) 0895 1601 7818 (Pimpinan Redaksi) 082268042697 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.