![]() |
| Foto: Pexels.com |
Di lembar-lembar makalah yang mulai lusuh,
Kutemukan jejak tinta yang menggigil lelah.
Ada coretan, ada silang merah, dan tak jarang, sisa air mata yang diam-diam luruh.
Di sana juga tertempel sisa-sisa semangat,
Tak terlihat, tapi melekat.
Hanya mataku yang mampu membaca luka-luka itu,
Sebab mata lain terlalu sibuk menilai angka,
Kucari inspirasi dalam debu buku-buku tua,
Kubuka lembar-lembar baru yang masih wangi tinta.
Kubaca bait demi bait,
Mengejar pemikiran di antara catatan kaki.
Wahai referensi...
Bisakah sekali saja kau lahir dari hatiku,
Bukan dari halaman yang dipaksakan?
Agar nanti kukatakan pada dosen,
"Bu, biarkan ini jadi ilham, Jangan lagi pulpenmu menyilang harapanku."
Tapi apalah daya...
Setelah semua ilham kutawarkan,
Dunia ini masih menuntut dengan mata dingin.
Kini aku, Mahasiswa,
Sedang bertarung melawan malas, pesimis
Dan takdir yang menulis,
Aku sebagai pengangguran Setelah keluar dari gedung penuh janji ini.
Tak kubiarkan kata-kata itu tumbuh jadi akar di benakku. Demi bara semangat yang kutemukan dari doa Ayah dan Mamak di kampung nun jauh di mata,
Mereka hanya punya sepetak ladang, tapi cukup luas untuk menanam harapan menyekolahkanku hingga ke bangku kuliah ini.
Di antara inspirasi yang tercerai Semangat yang nyaris habis Kutitipkan harap,
Semoga Allah berkenan Memberkahi tiap jengkal perjuangan ini.
Penulis: Zahratul (Magang)
Editor: Tiara Khalisna


