HEADLINE

Latest Post
Loading...

26 Februari 2025

Bahtera yang tak kurindukan

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Di alunan malam yang meliput lara

Terlihat cahaya indah di ujung sana

Di mana cakrawala di penuhi bintang bintang di angkasa malam.

Aku bertanya pada gelisah bisakah 

Redam walau sejenak, tetapi dia malah memancing setitik amarah di balik api

Jiwa ini terus bersenandika seolah mencari penawar di tengah berisiknya kepala dimana ia hanya menggenggam erat penguat yang ia sebut "ketenangan"

Ada apa di ujung laut sana seolah di peluk erat oleh senja, kita menganggap bahwa mereka begitu dekat dan serasi dengan panorama nya terlihat sangat erat, berdampingan, bahkan saling melengkapi 

Nyatanya sangat jauh begitu jauh bahkan tak nyata.

Namun aku sadar bahwa bentala tidak salah jika dia tidak bisa memeluk semesta bukan, namun tidak bisa ku pungkiri bahwa

Atmaku Masi terbelunggu dan tenggelam dalam kisah pilu itu. 

Dan bukan salah bulan jika cahayanya redup di kala malam karna sejatinya ia tau 

Bahwa keindahan itu terkadang tidak harus dengan di lihat melainkan di rasakan.


Karya: Salsabella Rizki

25 Februari 2025

Ramadan Tanpa Kehilangan

Foto: Pixabay.com
www.lpmalkalam.com-

Tuhan, jika boleh aku meminta,

biarkan Ramadan ini tetap sama.

Tak berkurang satu pun wajah di meja,

tak ada kursi yang tiba-tiba hampa.

Aku ingin sahur masih lengkap,

dengan suara yang ramai, canda yang akrab.

Aku ingin berbuka masih bersama,

melihat senyum mereka, mendengar doa mereka.

Setiap tahun, aku ingin begini,

Ramadan yang hangat, lebaran yang penuh arti.

Tak ada air mata karena perpisahan,

tak ada kehilangan yang meninggalkan kesepian.

Tuhan, jika Kau menambah, aku terima,

asal jangan Kau kurangi yang ada.

Biar rumah ini tetap utuh,

biar kasih ini tak pernah runtuh.

Aku ingin lebaran tanpa tangis,

tanpa hati yang terasa manis tapi pahit.

Aku ingin Ramadan selalu begini,

dalam dekapan keluarga yang tak terganti.

Jagalah mereka dalam genggaman-Mu,

panjangkan usia, sehatkan tubuh.

Karena Ramadan tanpanya bukan lagi Ramadan,

dan lebaran tanpanya hanya jadi kenangan.

Tuhan, biarkan kami tetap lengkap,

biarkan rumah ini tetap hangat.

Satu tahun lagi, dua tahun lagi,

selamanya, jika Kau izinkan terjadi.


Karya: Putri Ruqaiyah

24 Februari 2025

Langkah Tanpa Arah

Foto: Pixel.com

www.lpmalkalam.com- 

Berjalan tanpa arah,

Mengepakkan sayap yang rapuh,

Namun tak jua mampu terbang.

 

Siang dan malam tak bertepi,

Gelap merangkul tanpa henti.

Waktu berlalu,

Namun hidup tetap sunyi,

Kosong tanpa warna, tanpa cahaya.

 

Entah ke mana sinar itu bersembunyi,

Tiada celah untuk menjangkaunya.

Semakin kelam, semakin dingin,

tersesat dalam kesunyian.

 

Langkah terus terayun,

Tanpa tahu ke mana menuju,

Mencari makna dalam kehampaan,

Menyelami luka dalam diam.

 

Angin berbisik lirih,

Membawa kisah yang hilang,

Tentang mimpi yang pudar,

Tentang harapan yang karam.

 

Namun di balik malam yang pekat,

Mungkin ada cahaya yang menanti.

Meski redup, meski jauh,

Ia tetap setia menunggu fajar.

 

Maka aku terus melangkah,

Meski tak tahu ke mana menuju,

Menyusuri gelap yang membelenggu,

Agar tak selamanya tersesat.

 

Karya: Maulidiyatul Ukhra

Cinta yang Tak Terucap, Kasih yang Terasa

Foto: Pixabay.com

 www.lpmalkalam.com-

Di rumah ini, kata “sayang” bukanlah hal biasa,

tak ada ucapan mesra yang terucap setiap hari.

Namun, aku tahu, aku merasakannya,

cinta mereka nyata, tak perlu diungkap dengan kata.

Saat tubuhku lemah, diselimuti sakit,

ayah duduk di samping, dalam doa yang khusyuk.

Air matanya tak jatuh, tapi suaranya bergetar,

seolah ingin memindahkan perihku ke dalam dirinya.

Saat aku murung, terdiam dalam sunyi,

mama datang dengan senyum dan cerita lucunya.

Ia tertawa, bercanda, menggoda tanpa lelah,

agar aku yang lesu kembali menemukan cahaya.

Kami bukan keluarga yang pandai berkata "maaf,"

tapi kami tahu bagaimana saling memahami.

Tak ada kata, tak ada janji,

hanya obrolan yang tiba-tiba lebih hangat, lebih lama,

isyarat bahwa kesalahan telah dimaafkan tanpa diminta.

Di malam hari, ada kebiasaan yang selalu ada,

ayah dan ibu mengetuk pintu kamar, duduk di sudut.

Mendengarkan kakakku berbagi kisah sepulang kerja,

tak tergesa, tak bosan, hanya menunggu hingga cerita usai.

Barulah mereka kembali ke kamar, dengan hati yang penuh,

menyimpan cinta dalam diam yang tak pernah mati.

Saat aku terhimpit, di tengah kesulitan,

mereka tak banyak bertanya, tak mengeluh.

Meski mereka pun kekurangan,

mereka tetap mencari, tetap mengusahakan,

seolah dunia tak boleh membiarkanku jatuh.

Tindakan-tindakan kecil ini membuat kami tumbuh,

dalam kepercayaan, dalam kasih yang tulus.

Cinta di rumah ini bukan sekadar kata,

bukan janji, bukan rayuan mesra.

Namun dalam perhatian yang tak terlihat,

dalam kehadiran yang tak tergantikan,

dan dalam doa yang selalu menyertai, meski tanpa suara.

Aku bahagia berada di sini,

di rumah yang tak butuh banyak kata,

karena kasihnya telah nyata dalam setiap tindakan.

Semoga harmoni ini tetap ada selamanya.

Love you, keluargaku.


Karya: Putri Ruqaiyah

22 Februari 2025

Lentera Praja

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- 

Di kegelapan istana, harapan menyala bagai lentera

Bukan mentari yang membuatnya bersinar

Melainkan kegelapan itu sendiri

Kegelapan menyaksikan ketidakadilan membelenggu jiwa praja

Kemiskinan merenggut mereka yang semestinya dirawat

Bukankah itu tanggung jawab moral sang prabhu?  

Janji-janji hampa bertebaran seperti debu

Janji kenyang sesaat, akankah menutupi kelaparan yang abadi?

Saat ini…

Seniman kritis yang merefleksikan realita dibungkam

Suaranya terendam

Sementara yang menghibur mendapat singgasana dihiasi pujian

Suara praja menggema besar dipagar istana

Untuk mengingatkan akan tanggung jawab sang prabhu

Namun suara kebenaran tak terdengar oleh prabhu

Ouh Mungkin Karena terendam dengan suara hiburan di istana

Praja cemas

Akankah istana mampu membawa mereka pada masa emas

Banyak praja yang pindah ke istana yang lain

Hanya untuk mendapatkan Cahaya hangat

Namun praja tetap berharap Bagai lentera

Semoga kebijakan sang prabhu akan menjadi matahari yang menyinari praja

Memberikan kehangatan, keadilan, dan kesejahteraan

Menghantarkan negeri ini ke masa keemasan yang gemilang


Karya: Zahira Putri Meola

21 Februari 2025

Jebakan Rasa

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Indahnya Sinar senja, telah hilang digantikan oleh sinar rembulan.

Munculnya rembulan, menciptakan satu sinar warna dan menutupi beragam warna senja.

Mungkin, hal itu cukup menjadi pengungkap rasa yang pernah membuat canda tawa bahagia namun tiba-tiba dipaksa untuk berhenti dan menutupnya.

Hinggap hanya untuk pergi.

Menepi di tepian hanya untuk kembali berlayar. 

Kembali mendarat namun ternyata hanya bertahan dalam waktu yang bisa dihitung jari saja.

Begitulah kiranya, hanya bisa Menaruh rasa, sekedar untuk sementara saja.

Sebenarnya, rasa itu boleh saja untuk diperpanjang agendanya.

Namun, apakah sudi kiranya menahan rasa yang tidak tau kapan pasti akan berjumpa?

Katamu sanggup untuk menahanya?

Bahkan Lidah yang tergigit saat kamu makan saja, merupakan sebuah gambaran yang tepat untuk menceritakan tentang bagaimana kamu bisa gagal meskipun kamu punya puluhan tahun pengalaman dalam melakukannya. 

Berhentilah berharap, karena senja hanya bisa dimiliki langit.

Jika perasaan itu memang benar-benar hinggap dikedua pelakunya 

Maka ia akan tinggal, bukan hanya sekedar tempat menepi saja. 

Dari rasa yang selalu ada untuk penantian yang taktau kapan berakhirnya.


Karya: Fitdaturrahmi

20 Februari 2025

Hirap Tak Dirindukan

Foto: Pixabary.com
www.lpmalkalam.com- 

Seorang pecundang datang padaku.

Mengais hati seorang gadis.

Mengajak pujangga hati merayakan semuanya.

Tak sadar asmoraloka kian membentuk  setiap celah perayaan.

Berjalan bersama menuju tempat itu,

Bahagia, ceria, seakan bumantara berpihak pada kita.

Semuanya terlalu manis untuk hirap.

Tak ada alasan untuk meninggalkan.

Aku, kamu, serta agoman itu.

Anala yang kian menyala akan tiap pertemuan.

Menjadikan kita satu pada arah.

Pilau itu tak bergerak sebagai mestinya,

Mengapa kita tuan? Ada apa dengan kita?

Akankah hubungan diandam karam?

Tak ada Atma pada asmaraloka.

Tiada ada menggerakkan pilau itu.

Tak perlu pengharapan nirmala hadir saat ini. 

Saban hari aku berpikir untuk menggerakkan pilau.

Saban hari juga kau berpikir memutuskan asa itu.

Anitya berpihak pada kita.

Kau pergi membawa api asmara.

Lantas aku menunggumu ditepi laut memandang swastamita.

Pada-Nya aku mengatakan, kau hirap yang tak kurindukan. 

Namun, renjana akan selalu dalam dekap.


Karya: Ririndayanti Harahap

02 Januari 2025

Dunia kelam

Foto: Pixabary.com

www.lpmalkalam.com- Malam Jumat 23 Desember 2004 seluruh penjuru Nanggroe Aceh Darussalam melantunkan ayat-ayat-Nya.

Disebuah bilik tampak seluruh anggota keluarga mengatakan "Allahu Akbar," lantas beribadah kepada Rabb-Nya.

Tak lama sesudah itu seorang anak melantunkan sebuah doa "Aku ingin hidup lebih lama."

25 Desember 2004 tepat perayaan Natal tiba.

Umat Kristiani menuju gereja, berdoa kepada Tuhan-nya. 

Seorang umat itu mengatakan "Ya Tuhan, berikan aku kesempatan hidup di masa akan datang."

Malam Minggu, 25 Desember 2004 

Semua orang bergembira, penuh kasih kepada sanak saudaranya

Seakan tak terlintas gelombang besar hendak menghancurkan semua

Minggu, 26 Desember 2004

Di ufuk timur fajar memeluk Aceh

Cahaya pagi menjanjikan keindahan 

Hamparan laut menjadi saksi

Akan Gelombang kelam masa itu 

Melodi indah bergemuruh syahdu diiringi isak tangis bayi

Menggores luka, menggeliat, tercipta pilu, tak berkesudahan

Harapan baru melenggu jiwa yang tertinggal

Kenangan mengunci mereka pada hari itu

Pada pukul yang merampas segalanya

Doa tercipta ditengah puing-puing reruntuhan

Seolah menggantung tanpa arah, menjadi harapan semu 

Tangan yang menggenggam, menadah, menggantungkan suatu harapan

Keindahan Aceh seakan tergarap habis

Gelombang setinggi 30 meter 

Menghantam daratan luas 

Membawa kisah kelam yang tidak pernah mereka bayangkan

Tiap puing bergeming dalam bisu

Ruang yang tidak berisi irama

Dengan tubuh gemetar, menuju hamparan gelap kala terang 

Melihat aceh lenyap dihantam gempa dan tsunami 

Sebuah kapal terseret jauh dari perairan

Rumah hancur tak berkeping

Mayat berhamburan tanpa nama

Isak tangis menyelimuti seluruh penjuru Aceh

Luka tak berkesudahan

Mati menelan kenyataan

Doa-doa mulai tergantung dilangit

Menciptakan kenangan kelam tak terlupakan

Selang kejadian para keluarga mencari keluarga nya

Seorang anak bertanya pada ibunya

"Ibu, dimana letak pusara ayah aku hendak berkunjung."

Dengan suara parau sang ibu menjawab "nak, pusara ayah tak bertempat namun ayah berada disamping-Nya."


Karya: Ririn Dayanti Harahap & Halifah Tarisah Hani 

05 Desember 2024

Rintik Penyesalan di Pelupuk Waktu

www.lpmalkalam.com- 

Ibu, Ayah,

Di balik teduh kasih yang kau semai,

Ada aku yang kadang lalai,

Melepas sabar dari genggam,

Membuat luka tanpa kusadari dalam diam.

Maafkan aku,

Yang sering lupa pada pengorbananmu,

Sikapku yang tajam,

Melukai lembut hatimu yang penuh pelukan hangat.

Kadang suaraku meninggi,

Membelah sunyi di antara cinta yang tak pernah mati.

Padahal aku tahu, di setiap teguranmu,

Ada kasih yang tak akan berkhianat waktu.

Ayah, maaf untuk keras kepalaku,

Untuk hari-hari yang kuisi dengan keluh dan amarah.

Aku lupa pada peluhmu yang membasahi tanah,

Pada langkah beratmu yang tak pernah menyerah.

Ibu, maaf untuk tatapan matamu,

Yang kadang kutepis dengan egoku.

Padahal dari sanalah aku tahu cinta,

Yang tak pernah meminta balasan apa-apa.

Kini, aku menyesal,

Seperti rintik hujan yang tak mampu menghapus debu di jalan.

Namun aku berharap,

Doa-doaku mampu menghapus sakit yang pernah kubuat.

Ibu, Ayah,

Maaf untuk semua kata yang menyakitimu,

Untuk sikap yang tak mencerminkan rinduku.

Aku janji, aku belajar menjadi lebih baik,

Mencintai dengan cara yang kau ajarkan dalam setiap detik.

Semoga pelukku,

Walau kecil dibanding pengorbananmu,

Bisa menjadi penawar luka,

Menjadi sinar di hari-harimu yang penuh doa.



Karya:Putri Ruqaiyah (Magang)

 

Mengenai Saya

Foto saya
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnaslis muda yang berada di lingkungan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam IAIN Lhokseumawe, 0831 6327 5415 (Pimpinan Umum) 0895 1601 7818 (Pimpinan Redaksi) 082268042697 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.