Portal Berita Al-Kalam

Istighotsah dan Zikir Kebangsaan jadi Pertemuan Pertama Mahasiswa Setelah Libur Semester

Foto: Muhammad Izzat Saputra www.lpmalkalam.com-  Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe menyelenggara...

HEADLINE

Latest Post

19 Agustus 2025

Bisik Rahasia Semesta

Foto: Pexel.com

www.lpmalkalam.com-

Bisik Rahasia Semesta


Ada sesuatu di matamu

Yang membuat bintang-bintang berbisik,

Seolah langit menyimpan rahasia

Yang hanya aku dan kamu bisa mengerti.


Kita berjalan di jalan yang berbeda,

Namun bayangan kita

Selalu bertemu di tikungan takdir.

Tak ada yang tahu,,, 

Apakah ini kebetulan, atau rencana

Yang ditulis sebelum bumi dilahirkan.


Angin malam sering menyebut namamu

Tanpa suara,

Membawanya ke telingaku

Seperti mantra yang membakar rindu.


Dan di setiap tatapan yang kita tukar,

Aku merasakan jarak runtuh,

Seakan waktu berhenti hanya

Untuk memberi kita satu detik abadi.


Jika ini adalah rahasia semesta,

Biarlah ia tetap misteri,,, 

Selama aku bisa mencintaimu

Dalam setiap bisikannya.

 

Puisi ini ditulis berdasarkan gaya bahasa penulis

Penulis: Riska Ramadhani

15 Agustus 2025

Dewasa Penuh Pretensi

 

Foto: Pexels.com
www.lpmalkalam.com- 

Topeng-topeng terbang rendah di udara,  

menyapa wajah-wajah yang sudah lelah,  

berjalan di lorong-lorong hening kota,  

di mana kata-kata sering jadi pedang.


Aku dewasa, katanya—  

tapi bisakah aku berkata jujur tanpa takut?  

Atau hanya menari di atas panggung pura-pura,  

menyembunyikan tangis di balik tawa palsu?


Dewasa kini membuat ku memahami banyak hal

Seperti bagaimana cara kerja dari tawa seseorang 

Bagaimana cara sepasang netra itu berbicara

Yang mencipta sebuah persepsi tentang bahagia.


Rindu meledak diam-diam,  

seperti api dalam sekam tua,  

tidakkah kau lihat?  

Ini bukan sekadar usia,  

tapi perjuangan menjadi nyata.


Puisi ini ditulis berdasarkan gaya bahasa penulis

Penulis: Najatia

14 Agustus 2025

HUJAN

 

Foto: Pexels.com
www.lpmalkalam.com-

Rintik-rintik hujan turun pelan-pelan,

membasahi jalan, atap, dan pepohonan.

Dari balik jendela, aku duduk diam,

menyaksikan langit menangis dan ku pandangi dalam sunyi.


Setiap tetesnya seperti cerita,

tentang rindu, kenangan, dan luka.

Namun, Ada yang terasa hangat,

meski udara dingin menyelimuti malam ini.


Aku suka hujan,

Tapi, bukan karena romantisnya,

tapi karena ia tahu caranya datang

tanpa perlu diundang.


Hujan nggak pernah marah,

meski orang sering menyalahkan kehadirannya.

Padahal kadang, ia cuma mau

menenangkan hati yang ribut di dalam dada.


Di bawah payung atau tanpa pelindung,

hujan tetap indah 

ia mengajarkan bahwa tak semua tangisan

harus disembunyikan dari dunia.


Jadi kalau kamu lagi sedih,

biarkan hujan turun bersamamu.

karena dengan hujan

Kita bisa merasakan ketenangan.



Puisi ini ditulis berdasarkan gaya bahasa penulis

Penulis: Asma Yuleha


08 Agustus 2025

Apakah Semua Sia-Sia?

Foto: Pixabay.com
www.lpmalkalam.com- 

Terkadang diri ini lupa,

Bahwa agama bukan hanya tentang sajadah,

Bukan hanya sekadar surah-surah yang terhafal separuh,

Bukan juga tentang sebuah tasbih yang begitu sering terlewat

Dalam sela-sela jari di sepertiga malam.


Lupa aku akan amanah,

Bahwa hidup bukan sekadar ibadah berulang,

Bukan hanya sujud dan rukuk bersilang,

Tapi juga tangan yang menyeka air mata orang.


Saat subuh, ketika angin begitu dingin menusuk tulang,

Pintu rumahku terketuk.

Ternyata, jiranku mengatakan anaknya belum makan sejak kemarin.

Aku hanya tersenyum kaku,

Padahal untuk sehari-hari, di dapurku ada lebih dari cukup.

Tapi hatiku keras, tak juga tergerak.


Apakah doaku semalam sia-sia?

Apakah Tuhan menerima doaku?

Sedang aku lalai pada suara dunia,

Sibuk menghitung pahala,

Tapi lupa ada surga di tangan yang memberi.


Tapi mungkin Tuhan lebih suka aku berdiri,

Membagi nasi, daripada duduk terlalu lama bersendirian,

Tunduk sembari khusyuk dalam butiran tasbih,

Memuja Sang Ilahi Rabbi yang Maha Pemberi Rezeki,

Berharap akan ada pahala besar menghampiri.


Orang-orang di jalan banyak juga yang tertunduk,

Bukan karena berdzikir,

Tapi lapar yang tertahan beberapa hari.

Dan aku kadang terlalu sibuk mencari pahala,

Hingga aku lupa, pahala juga datang dari rasa peduli.


Penulis: Nurul Fadilah
 

05 Agustus 2025

Cita-cita yang Menjejak Arah


Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Wahai engkau yang menatap dari jauh, melampaui batas mimpi dan rasa letih,

di setiap detak jantungmu, semesta pun tahu ada doa yang tak pernah kau lupakan.

Di setiap sujudmu, ada harap yang tak pernah padam,

ada langkah-langkah kecil yang diam-diam menulis sejarahmu sendiri.


Engkau berdiri di tepi jalan panjang,

dengan ransel penuh andai, luka, dan asa.

Kau tahu, angin tak selalu sejuk, matahari tak selalu bersahabat,

tetapi kau harus tetap berjalan,

karena di ujung sana, ada masa depan yang menunggumu

dengan senyum malu-malu di balik tirai waktu.


Jangan takut pada gelap, karena sebuah bintang lahir dari sana.

Jangan khawatir pada pendapatanmu yang kecil,

karena hal yang besar lahir dari hal yang kecil.

Jangan gentar pada kegagalan,

karena di retaknya mimpi, kaulah yang menemukan celah

untuk lahir kembali lebih tabah, lebih paham, lebih kuat.


Penulis: Salsabella Rizki

04 Agustus 2025

Langkah Kecil, Cahaya Besar

Foto: pexels.com

www.lpmalkalam.com- 

Langkahku kecil, pelan tak terdengar,

Di tengah riuh dunia yang gemar berkoar.

Tak ada sorot, tak ada tepuk tangan,

Namun jiwaku terus berjalan pelan.


Setiap pagi kuhela napas harapan,

Meski malam semalam penuh kelelahan.

Aku tahu, cahaya tak selalu terang,

Kadang hadir dalam diam yang tenang.


Langkah kecil, tapi penuh makna,

Bukan untuk dunia, tapi untuk surga.

Tak semua yang besar itu utama,

Sering kali justru yang sederhana paling berharga.


Di setiap jatuh, kutemukan arah,

Bahwa kuat bukan berarti tanpa lemah.

Bahwa menang bukan tanpa luka,

Tapi terus memilih untuk tetap percaya.


Aku bukan pahlawan dengan pedang,

Namun dengan doa yang selalu kuperang.

Melawan takut, ragu, dan putus asa,

Karena aku tahu, Tuhan tak pernah alpa.


Cahaya besar tak lahir tiba-tiba,

Ia tumbuh dari sabar yang lama.

Dari air mata yang jadi permata,

Dan kesetiaan dalam langkah yang tak terlihat mata.


Langkah kecilku mungkin tak disebut sejarah,

Namun cukup bila mengukir berkah.

Biar bumi tak tahu siapa aku,

Asal langit mencatat: aku tetap menuju-Mu.


Penulis: Rusmawati

Editor: Putri Ruqaiyah
 

14 Juli 2025

Luka yang Manis

Foto: Ismi Sayyidina Lubis

www.lpmalkalam.com

Kamu ....

Yang hidup dengan tegak,

dan penuh keadilan

Dalam sanubari ini

Ternyata telah disusun oleh takdir

tuk jadi luka paling dalam

Terlalu rapi untuk matiku

Menggerai bak untaian benang

sepakat akan kenang

Membumbung sang serak

walau berakar merak

Kian saksama mengangkat sepi yang jemawat

Meski pahit saat dijilat

Meredam dendam keramat 

Sejauh perjalanan malam

Menuju malam nan gelap tanpa undangan 

Memapah dosa kita,

yang tak ada balasnya


Penulis: Ismi Sayyidina Lubis

Editor: Zuhra

13 Mei 2025

Langkah di Tengah Badai

foto: pixabay

 www.lpmalkalam.com- 

Langit menggelap, angin menggila,

dedaunan terhempas tanpa suara.

Namun kakiku tak ingin diam,

meski dunia seolah menolak langkahku.


Aku bukan perwira tanpa luka,

bukan pula pahlawan yang tak gentar.

Tapi di balik gemetar yang tersembunyi,

ada tekad yang tak bisa dibungkam.


Setiap tetes hujan yang menyapa wajah,

adalah pengingat bahwa aku masih ada.

Masih bernapas, masih melangkah,

walau arah samar, dan harapan samar-samar.


Badai boleh menari di sekelilingku,

tapi aku menari dalam diamku sendiri.

Menjemput pagi yang belum terlihat,

dengan langkah kecil, tapi tak henti.


karya: Alfiaturrahmi (Rilis)

30 April 2025

Tak Bernama di Rumah Sendiri

Foto: Pixabay.com
www.lpmalkalam.com-

Aku tumbuh dari sunyi yang panjang,

Di rumah yang penuh suara, tapi tak kupahami terang.

Ayah, Ibu, wajah kalian selalu kurindu,

Tapi cinta kalian seperti bayang ada, tapi tak menyentuhku.

Aku berjalan di lantai dingin tanpa pelukan,

Menata harapan yang gugur satu per satu di ruang makan.

Kalian bicara tentang masa depan,

Tapi tak pernah bertanya: “Apa kabarmu, nak?” dengan kehangatan.

Aku menyayangi kalian dalam diam,

Dalam doaku yang lirih saat malam menelan gemintang.

Namun semakin aku ingin dekat,

Semakin aku tahu: aku tak pernah jadi tempat kalian menetap.

Aku tak benci tidak akan pernah.

Tapi aku lelah mengeja cinta yang tak pernah selesai terbaca.

Maka jika nanti kita bertemu di jalan yang asing,

Biarkan aku jadi orang lain yang tak perlu kalian panggil dengan nama sendiri.


Sumber: Rilis

 

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam UIN SUNA Lhokseumawe, 0823-6508-3003 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.