![]() |
Foto: Pixabay.com |
Ibu…
Memelukmu adalah kenyamananku,
Melukis senyummu adalah keinginanku,
Mencintaimu tentu wajib bagiku.
Namun terkadang…
Melawanmu adalah hal sepele bagiku,
Bahkan sering kali aku menyakitimu dan
Melupakanmu sebagai pahlawan hidupku.
Tanpa kusadari betapa teririsnya hatimu
Oleh sikap bodoh yang aku berikan.
Haruskah aku menjadi pelindung,
Bukan malah menjadi anak yang tak tahu untung?
Haruskah aku jadi anak penurut,
Bukan menjadi anak yang hanya bisa menuntut?
Ibu…
Maafkan anakmu yang tak pernah tahu diri,
Yang tak pernah merasa cukup. Maafkan, Ibu…
Sekarang aku telah dewasa, Bu.
Kini aku sadar betapa banyak keringat yang kau teteskan untukku.
Namun maaf, Bu, hanya rasa kecewa yang bisa aku lantunkan.
Aku sangat bangga padamu,
Aku sangat beruntung memilikimu.
Kau bagaikan sosok istimewa bagiku.
Ibu…
Aku berjanji tak akan pernah terucap
Kata henti di benakku ini.
Ibuku, mata air cintaku.
Penulis: Intan Sarifah (Magang)