![]() |
Sumber: Pexels.com |
www.lpmalkalam.com- Sering sekali berseliweran di media sosial perdebatan urutan lahir seorang anak yang dapat memengaruhi cara seorang anak diperlakukan oleh orang tua. Anak sulung sering dijuluki sang penanggung jawab dan anak bungsu si kesayangan, lantas bagaimana dengan anak tengah? Diantara sikap orang tua yang sibuk menjadikan si sulung sebagai teladan dan si bungsu yang hidup dengan penuh perhatian, namun nasib anak tengah malah sering terabaikan. Bahkan, tak ada sebutan khusus untuk anak tengah. Mungkin, inilah bisikan suara anak tengah yang sedang dipendamnya.
Banyak anak tengah merasa terasingkan, seolah hanya menjadi lalat dalam keluarganya. Bukan anak pertama yang selalu dibanggakan, bukan pula anak terakhir yang dimanjakan. Mereka sering dianggap pemberontak dan dicap berbeda dari anak yang lain. Diminta patuh kepada kakaknya dan menuruti keinginan adiknya, sehingga banyak hal yang tak ingin diungkapkan oleh dirinya.
Ada beberapa penyebab yang membuat anak tengah merasa terasingkan. Pertama posisinya terhimpit menjadikannya tidak punya peran khusus seperti sulung atau bungsu, apalagi jika anak sulung dan dirinya segender, ia merasa kelahirannya hanya sebuah ketidakharapan orang tua yang hanya menginginkan sepasang anak laki-laki dan perempuan. Kedua, perhatian orang tua cenderung lebih banyak tertuju pada anak sulung yang sedang dibimbing, atau anak bungsu yang masih butuh pengawasan. Ketiga, anak tengah sering dibandingkan, baik dengan sulung yang lebih berprestasi atau bungsu yang lebih menggemaskan.
Dampak dari hal tersebut pun tidak bisa dianggap remeh. Anak tengah bisa tumbuh menjadi pendiam, bahkan menarik diri dari percakapan dengan keluarganya. Beberapa bahkan mencari perhatian di luar rumah, bisa dalam bentuk positif, namun juga bisa negatif. Terkadang, ketika anak tengah marah dan memberontak, bukan karena ia berhati buruk, namun ada suara yang ingin didengarkan. Walaupun begitu, ada juga anak tengah yang justru tumbuh menjadi pribadi mandiri, karena terbiasa menyesuaikan diri dan tidak bergantung pada orang lain. Namun, jika kemandirian itu lahir dari rasa kesepian, tentu itu sebuah kekeliruan.
Untuk menghindari anak tengah merasa terasingkan, perlu adanya perhatian yang adil dari orang tua kepada semua anak. Setiap anak, termasuk anak tengah, membutuhkan kasih sayang dan pengakuan yang setara. Menghargai keunikan anak tengah tanpa membandingkan juga sangat penting agar mereka merasa dihargai atas dirinya sendiri. Komunikasi perlu dibangun, sehingga anak tengah memiliki ruang untuk berbagi perasaan dan didengarkan dengan sungguh-sungguh. Selain itu, orang tua perlu memberikan tanggung jawab dan kepercayaan secara seimbang. Bukan hanya membebani anak sulung atau memanjakan anak bungsu.
Menjadi anak tengah memang unik. Ada luka yang tersembunyi, tapi juga ada kekuatan yang tumbuh dari sana. Mungkin suara mereka tidak sekeras kakak dan adik, tapi bukan berarti tidak penting. Sudah saatnya suara anak tengah lebih didengar. Bukan untuk dikasihani, tapi untuk dipahami.
Oleh: Zuhra
Editor: Redaksi