 |
Foto: Pixabay |
www.lpmalkalam.com- Hidup adalah perjalanan panjang yang tidak pernah bisa kita tebak alurnya. Hidup ibarat sebuah jalan dengan banyak persimpangan, tanjakan, turunan, bahkan kadang jalan buntu yang memaksa kita berhenti sejenak untuk mencari arah baru. Setiap fase kehidupan yang kita lalui dapat disebut sebagai persinggahan. Ada persinggahan yang penuh dengan kebahagiaan, ada yang di balut tangisan, dan ada pula yang sekedar menjadi tempat singgah sebentar untuk kita beristirahat. Dari setiap persinggahan itulah manusia belajar, tumbuh, dan perlahan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
Sering kali kita merasa nyaman pada persinggahan tertentu. Misalnya, ketika berada pada masa-masa penuh pencapaian atau saat dikelilingi orang-orang yang kita cintai. Namun, hidup tidak pernah berhenti. Kita dipaksa untuk terus bergerak, meninggalkan kenyamanan, dan terus melangkah menuju persinggahan berikutnya. Pada titik ini, banyak orang merasa berat hati. Padahal, di situlah letak pembelajarannya bahwa hidup bukan sekedar soal bertahan di satu titik, melainkan soal keberanian untuk terus melanjutkan perjalanan.
Setiap persinggahan bahagia mengajarkan kita tentang rasa syukur. Ia mengingatkan bahwa hidup tidak selalu keras karena selalu ada ruang untuk merayakan. Kebahagiaan sekecil apapun adalah hadiah yang patut disyukuri. Di sisi lain, persinggahan yang penuh luka dan kegagalan pun punya nilai yang tidak kalah penting. Kegagalan melatih kita untuk lebih sabar, lebih kuat, dan lebih berlapang dada menerima kenyataan. Dari kegagalan, kita belajar bahwa tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan sesuai kehendak. Namun, justru ketidaksempurnaan itulah yang membentuk kekuatan sejati dalam diri kita.
Hidup juga mengajarkan bahwa setiap orang memiliki persinggahannya masing-masing. Ada yang singgah di fase kesulitan ekonomi, ada yang singgah di masa kehilangan orang terkasih, dan ada pula yang singgah di ruang kesepian meski dikelilingi banyak orang. Tidak ada yang sama, tetapi semua punya pelajaran masing-masing. Maka, seharusnya kita tidak perlu membandingkan perjalanan hidup kita dengan orang lain. Setiap perjalanan unik dan setiap persinggahan punya waktu sendiri.
Yang sering lewat dari kita adalah momen-momen kecil di persinggahan hidup. Kita mengejar hal-hal besar, padahal banyak hikmah yang bersembunyi di kejadian tersebut. Sebuah senyuman yang tulus, sapaan hangat dari teman lama, bahkan kesalahan kecil yang membuat kita malu semua itu adalah persinggahan yang patut kita syukuri karena menjadi bahan refleksi. Hal-hal kecil itulah yang seringkali membekas, bahkan lebih dari lama dari pencapaian besar sekali pun.
Pada akhirnya, hidup adalah rangkaian perjalanan dari satu persinggahan ke persinggahan lain. Setiap fase adalah guru setia, sedangkan pengalaman adalah buku pelajaran. Kita tidak bisa mengulang waktu, tetapi kita bisa mengambil hikmah darinya. Jika diibaratkan, hidup adalah sebuah kereta yang berhenti di berbagai stasiun. Ada stasiun yang ramai, penuh tawa, ada pula yang sepi, dingin, bahkan menakutkan. Namun, kereta tetap harus berjalan. Dan kita sebagai penumpang harus siap untuk belajar dari setiap pemberhentian, karena perjalanan hanya akan selesai saat kereta berhenti di tujuan terakhir.
Maka, jangan pernah menganggap remeh setiap persinggahan hidup. Syukuri yang membahagiakan, terima yang menyakitkan, dan nikmati yang sederhana. Karena justru dari kumpulan persinggahan itulah terbentuk pribadi yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi perjalanan berikutnya.
Hidup memang singkat, tapi setiap persinggahan membuatnya penuh dengan makna.
Penulis: Juramaida Ziliwu
Editor: Tiara Khalisna