HEADLINE

Latest Post
Loading...

23 Februari 2025

Ketika Mengumpat Jadi Bahasa Gaul: Bercanda atau Budaya yang Kebablasan?

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- Dulu, mengumpat dianggap sebagai sesuatu yang kasar dan tidak sopan. Namun, kini kata-kata kasar justru menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Umpatan yang dulunya dianggap tabu kini digunakan secara santai dalam percakapan, bahkan dianggap sebagai ekspresi keakraban atau humor.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, apakah mengumpat dalam pergaulan hanya sekadar bercanda, atau justru mencerminkan budaya komunikasi yang semakin kebablasan?

Bagi sebagian orang, kata-kata kasar hanya dianggap sebagai gaya bicara dan tidak selalu bermaksud menghina. Mereka beralasan bahwa penggunaan umpatan dalam percakapan sehari-hari bisa menciptakan kedekatan dan kesan lebih ekspresif. Namun, di sisi lain, kebiasaan ini bisa mengikis nilai kesopanan dan rasa hormat dalam berkomunikasi. Jika dibiarkan, generasi mendatang mungkin akan semakin sulit membedakan antara bercanda dan sikap tidak menghargai orang lain.

Penelitian dalam jurnal KAGANGA KOMUNIKA menemukan bahwa remaja laki-laki di BTN Karang Dima Indah Sumbawa sering menggunakan bahasa kasar dalam pergaulan mereka. Bentuk bahasa kasar yang digunakan meliputi nama hewan, profesi negatif, sifat buruk, dan bahasa gaul, dengan fungsi seperti ekspresi emosi, penghinaan, dan humor. (mendeley.com)

Penggunaan bahasa kasar yang berlebihan juga bisa memengaruhi cara berpikir dan bersikap. Kata-kata yang sering diucapkan dapat membentuk pola komunikasi seseorang, dan jika umpatan menjadi hal yang lumrah, maka bisa jadi rasa empati dalam interaksi sosial semakin berkurang.

Sementara itu, penelitian dalam jurnal ACTA DIURNA KOMUNIKASI menunjukkan bahwa mahasiswa di Badan Tadzkir Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi sering menggunakan kata-kata kasar dalam bentuk hinaan, umpatan, dan sindiran. Penggunaan bahasa kasar ini dipengaruhi oleh faktor emosi, candaan, spontanitas, kekecewaan, dan pergaulan. (ejournal.unsrat.ac.id)

Mengumpat mungkin sudah menjadi bagian dari budaya gaul, tetapi perlu ada batasan agar tidak berubah menjadi kebiasaan yang merusak. Bercanda boleh, tapi tetap dengan kesadaran bahwa bahasa mencerminkan karakter seseorang. Jika kesopanan dianggap kuno dan umpatan dianggap keren, apakah ini tanda kemunduran dalam budaya komunikasi kita?


Oleh: Putri Ruqaiyah 

Editor: Redaksi

banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnaslis muda yang berada di lingkungan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam IAIN Lhokseumawe, 0831 6327 5415 (Pimpinan Umum) 0895 1601 7818 (Pimpinan Redaksi) 082268042697 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.