![]() |
| Foto: Pixabay.com |
Burung itu bernama Burung Pipit. Ia sangat menyukai waktu senja, saat langit berubah warna dan kota mulai menyala dengan lampu-lampu. Ia merasa damai ketika bertengger di ranting keringnya, memandang dunia dengan mata bulatnya yang jernih.
Ranting kering itu adalah tempat favorit Burung Pipit. Di sanalah ia beristirahat setelah seharian mencari makan, berlindung dari panasnya matahari, dan menikmati indahnya senja. Ranting itu memang tidak seindah dahan-dahan hijau yang penuh daun, tetapi bagi si Burung Pipit, ranting itu adalah tempat yang istimewa.
Suatu sore, saat senja sedang beranjak turun, datanglah seorang anak kecil. Anak itu menatap Burung Pipit dengan kagum.
“Burung kecil yang cantik,” bisiknya.
Burung Pipit merasa senang dipuji. Ia pun berkicau dengan riang, seolah menyapa anak itu.
Anak itu tersenyum. Ia mengambil sepotong roti dari sakunya dan memberikannya kepada Burung Pipit. Burung Pipit menerima roti itu dengan senang hati. Ia memakannya dengan lahap sambil terus berkicau. Si Pipit merasa bahagia, ia telah menemukan teman baru.
Sejak hari itu, setiap sore anak kecil itu selalu datang ke taman untuk menemui Burung Pipit. Mereka bermain bersama, berbagi cerita, dan menikmati indahnya senja. Burung Pipit dan anak kecil itu menjadi sahabat baik. Mereka saling menyayangi dan saling menghibur.
Penulis: Muhammad Iftal (Magang)
Editor: Putri Ruqaiyah
