![]() |
Foto: Qurrata A'yuni |
Penulis: Alya Nadila
Editor: Tiara Khalisna
Foto: Jati Mainah www.lpmalkalam.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menyelenggarakan kegiatan K...
![]() |
Foto: Qurrata A'yuni |
Penulis: Alya Nadila
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
Foto: Qurrata A'yuni |
www.lpmalkalam.com - Belakangan ini, banyak hal yang membuat warganet geram dan merasa terganggu, terutama dengan keberadaan perokok yang tidak memperhatikan sekitarnya. Salah satunya adalah sosok Sadam Permanawiyana yang mengunggah sebuah video tentang perokok di akun TikTok dan Instagram-nya.
Pria bertopi putih itu hanya berdiri diam sambil memegang kertas bertuliskan “Stop normalisasi merokok di dekat non-perokok.” Kemudian ia menukar kertas dengan tulisan “Saya tidak mau jadi perokok pasif.” Terakhir, ia menukar kertas dengan kalimat “Kita berhak menghirup udara segar.”
![]() |
Foto: instagram.com/sadampermana.w/ |
Pemerintah juga telah menyusun berbagai peraturan dan strategi. Salah satunya adalah UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 115, yang melarang merokok di tempat-tempat umum seperti fasilitas kesehatan, tempat pengasuhan anak, taman bermain anak, tempat ibadah, transportasi umum, tempat kerja, dan area bebas rokok atau Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Berdasarkan sebuah jurnal tentang Perilaku dan Pengetahuan Remaja Indonesia Tentang Merokok, World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 72.723.300 orang, dan diprediksi akan meningkat menjadi 96.776.800 perokok.
![]() |
Foto: Qurrata A'yuni |
Oleh karena itu, penting bagi perokok untuk menghormati hak-hak orang lain dengan merokok di tempat yang telah ditentukan dan tidak mengganggu kenyamanan publik.
Secara keseluruhan, perokok aktif yang merokok sembarangan perlu menyadari dampak dari tindakan mereka dan berusaha untuk lebih bertanggung jawab. Kesadaran akan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta kepatuhan terhadap peraturan yang ada, adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi semua.
Penulis: Qurrata A'yuni
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
Foto: Pexels.com |
www.lpmalkalam.com- “Bahasa adalah Jiwa Bangsa,” begitulah kata pepatah yang bermakna mendalam tentang bahasa dan identitas suatu daerah. Namun, seiring berkembangnya zaman pepatah itu mulai hilang dari peradaban. Pergeseran bahasa yang kian meningkat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi suatu daerah. Setiap daerah memiliki bahasa tersendiri yang membedakannya dengan daerah yang lain. Jika bahasa daerah punah, maka daerah tersebut akan kehilangan identitasnya. Itulah yang sedang dikhawatirkan terhadap vitalitas bahasa Aceh saat ini.
Bahasa Aceh kini tengah menghadapi masalah yang serius terhadap keberlangsungannya. Pasalnya, berdasarkan penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bahasa Aceh mendapat skor 3 berdasarkan kriteria UNESCO yang berarti masuk ke dalam kategori terancam punah secara pasti. Lalu bagaimana dengan keberlangsungan identitas suatu daerah jika bahasanya berada pada level kritis?
Ketika bahasa suatu daerah telah mengalami pergeseran secara drastis, maka sudah dapat dipastikan bahasa tersebut terancam punah secara perlahan. Bahasa Aceh bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan jati diri dan identitas bagi daerah Aceh. Apabila bahasa Aceh telah punah, maka punah pula budaya lokal yang di dalamnya terkandung nilai sejarah, agama, pendidikan, moral, adab, dan etika.
Pergeseran bahasa terjadi karena dampak globalisasi yang semakin berkembang, serta minimnya penggunaan bahasa ibu yang diwariskan kepada generasi muda. Banyak generasi muda di Aceh menganggap bahwa menggunakan bahasa Indonesia berarti keren dan gaul. Sedangkan orang yang menggunakan bahasa daerah dianggap kudet (kurang update), serta ketinggalan zaman. Hal tersebut memicu pergeseran bahasa akibat generasi muda lebih memilih menggunakan bahasa nasional dibandingkan dengan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada larangan untuk menggunakan bahasa nasional, namun jangan sampai bahasa ibu lengser dari tempatnya. Sesuaikan pada tempat dan porsinya masing-masing, bahasa nasional dalam lingkup formal, sedangkan bahasa daerah dalam lingkup informal terutama pada lingkungan rumah dan keluarga. Sebagai generasi muda, mempertahankan vitalitas bahasa tempat kita berasal berarti menjaga jati diri daerah tersebut.
![]() |
Foto: Pexels.com |
www.lpmalkalam.com - Seorang laki-laki dan perempuan
muslim itu sama di hadapan Allah tergantung bagaimana perbuatan amal salihnya:
siapa yang tetap taat dalam ketaatannya, yang membenarkan kebenaran dan
bersabar di setiap keadaan, khusyuk dalam beribadah, yang senantiasa selalu
bersedekah di kala lapang maupun sempit, dan yang selalu berzikir
mengingat Allah. Allah
akan memberikan ampunan
dan pahala (syurga) yang sama untuk umat muslim
laki-laki maupun perempuan, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab
ayat 35)
Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 35
Surah Al-Ahzab
ayat 35 menurut Tafsir Ringkas
(Kemenag RI), Allah
menjanjikan ampunan dan balasan kebaikan
kepada para istri Nabi selama mereka taat kepada
Allah dan rasul-Nya. Janji demikian juga diberikan kepada siapapun, laki-laki maupun
perempuan, yang beriman dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Ayat ini
menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah dalam hal
mendapat balasan amal perbuatan sesuai apa yang masing-masing individu
kerjakan.
Surah Al-Ahzab ayat 35 ini menyebutkan tentang 10 karakter hamba Allah yang dijanjikan mendapatkan ampunan dari segala
dosa-dasanya dan akan di masukkan ke dalam syurga. 10 karakter itu antara
lain sebagai berikut.
1. Taat
dan tunduk terhadap
aturan Islam. Contohnya adalah senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Membenarkan dan mempercayai ajaran
Allah Swt. beserta
rasul-Nya. Contohnya ialah mempercayai bahwa Rasulullah adalah utusan Allah dan mempercayai ajarannya, meneladani sifat-sifat Rasulullah sebagaimana yang
Rasulullah lakukan.
3. Selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dengan kekhusyukan dan ketenangan. Contohnya seperti
melaksanakan salat dengan
tidak tergesa-gesa (khusyuk), menghindari perbuatan
yang dilarang, memperbanyak sunnah dan selalu bersyukur dalam setiap keadaan,
dan lain-lain.
4. Benar dalam ucapan dan perbuatan sebagai
tanda keimanan yang
sempurna. Contohnya adalah mengucapkan amar ma'ruf nahi mungkar sesuai
kebenaran ajaran Islam dan
perbuatannya sesuai dengan ajaran dan sunnah-sunnah Rasulullah.
5. Sabar dalam menghadapi setiap kesulitan (cobaan)
dalam melaksanakan perintah
Allah serta menahan syahwat dan hawa nafsu.
6. Khusyuk dan tawadu kepada Allah Swt. dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban.
7. Bersedekah dengan harta dan memberi bantuan
kepada mereka yang serba kekurangan. Contohnya
bisa seperti bersedekah kepada anak yatim,
kaum duafa, kaum fakir miskin,
dan lain-lain.
8. Berpuasa yang dapat membantu
menundukkan syahwat dan hawa nafsu.
Contohnya adalah menjalankan puasa sunnah seperti
puasa Senin-Kamis,
puasa Daud, dan puasa pada hari-hari yang disunnahkan dalam Islam.
9. Menjaga kemaluan
dan kehormatan dari segala perbuatan yang haram dan keji. Contohnya adalah memiliki rasa malu, tidak berzina dan tidak mendekati, menjaga batasan antara
laki- laki dan perempuan dan tidak bersentuhan dengan lawan jenis, dan
lain-lain.
10. Selalu ingat kepada Allah Swt. dengan
lidah dan hati. Contohnya adalah
lidah yang selalu
berzikir dan hati yang selalu
mengingat Allah.
Di dalam QS.Al-Ahzab ayat 35 juga
disebutkan bahwa laki-laki dan perempuan sama derajatnya di hadapan Allah Swt., yang membedakannya hanyalah
amal perbuatannya sebagaimana pahala yang mereka
dapatkan atas amal kebaikan mereka.
Pesan moral dari ayat ini adalah
kesetaraan kedudukan lelaki dan perempuan di hadapan Allah Swt. dalam beribadah dan menerima pahala, serta keutamaan pentingnya ketaatan
kepada Allah dan rasul-Nya
dalam segala aspek kehidupan.
Karya: Nur Havivi,
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Editor: Alya Nadila
![]() |
Foto: IST |
Pendahuluan
Misbahul
Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang berfokus pada pengajaran ilmu
agama dan umum. Nama Misbahul Ulum sendiri berasal dari bahasa Arab yang
berarti “Pelita Ilmu,” mencerminkan tujuan lembaga ini dalam menyebarkan ilmu
pengetahuan dan mencetak generasi yang berakhlak mulia.
Lembaga
ini biasanya mengintegrasikan kurikulum berbasis keislaman dengan pendidikan
formal, seperti ilmu pengetahuan alam, sosial, dan teknologi. Beberapa
pesantren atau madrasah dengan nama Misbahul Ulum tersebar di berbagai daerah
di Indonesia, masing-masing dengan ciri khas dan metode pengajarannya sendiri.
Metode
Penelitian
Berdasarkan
beberapa penelitian yang dilakukan di Pesantren Modern Misbahul Ulum
Lhokseumawe, metode penelitian yang sering digunakan adalah metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Metode ini bertujuan untuk memahami dan
menafsirkan makna dari interaksi dan perilaku manusia dalam situasi tertentu,
sehingga dapat memberikan gambaran yang sistematis.
Sebagai
contoh, dalam penelitian mengenai strategi ustaz dan ustazah dalam meningkatkan
kemampuan public speaking santri, digunakan metode kualitatif deskriptif
untuk mengumpulkan dan menganalisis data melalui wawancara dan observasi.
Demikian
pula, penelitian tentang metode bimbingan akhlak bagi santri yang melakukan
pelanggaran peraturan pesantren juga menerapkan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan
subjek penelitian, dan data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.
Selain
itu, penelitian mengenai manajemen sarana dan prasarana dalam peningkatan
akreditasi di Pesantren Modern Misbahul Ulum menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini melibatkan subjek seperti pimpinan
pesantren, kepala bidang sarana dan prasarana, serta guru, dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Penggunaan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam penelitian-penelitian
tersebut memungkinkan peneliti untuk menggali informasi mendalam mengenai
fenomena yang terjadi di lingkungan Pesantren Modern Misbahul Ulum Lhokseumawe.
Hasil
dan Pembahasan
Pesantren
Modern Misbahul Ulum atau yang biasa disingkat PMMU terletak di Jalan Tgk. Chik
Di Paloh, Desa Meuria Paloh, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, yang
berada sejauh 800 meter dari Jalan Medan–Banda Aceh ke arah utara Desa Meuria
Paloh. Pesantren Modern Misbahul Ulum adalah pondok pesantren yang memadukan
unsur keagamaan tradisional yang kuat di Aceh dengan unsur kemajuan dan
modernisasi yang dipadukan melalui sistematika Pondok Pesantren Gontor,
menjadikan Pesantren Modern Misbahul Ulum sebagai pesantren terbesar di Kota
Lhokseumawe dengan beragam prestasi. PMMU adalah pondok pesantren yang memiliki
metode belajar-mengajar umum dan juga agama. Pesantren ini juga memiliki
berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan metode pembelajaran yang sangat praktis.
Tahun
ajaran 2019–2020, Pesantren Modern Misbahul Ulum memiliki jumlah santri kurang
lebih sebanyak 1.522 santri, di antaranya 817 santriwan dan sekitar 705
santriwati. PPMU juga memiliki 73 tenaga pengajar atau yang biasa disebut
“ustaz/ah”, di antaranya 43 ustaz dan sekitar 30 ustazah. Ustaz dan ustazah ada
yang menjadi guru tetap dan tinggal di lingkungan pesantren, ada juga yang
tidak tetap seperti halnya guru-guru di luar sana.
Strategi
dalam Membina Seni Berbicara dan Mental Santri
Pesantren
Modern Misbahul Ulum merupakan pesantren yang menerapkan pendidikan umum,
agama, serta aneka ragam kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan ekstrakurikuler
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan. Kegiatan ini
diajarkan oleh ustaz dan ustazah. Pembinaan kegiatan ini pada santri dilaksanakan
dengan cara ustaz dan ustazah mengajarkan langsung bagaimana cara meningkatkan
seni berbicara dan membentuk mental pada diri santri, serta bagaimana cara
mengajarkan kepada santri-santri di bawah mereka.
Pelaksanaan
pembinaan ini terpusat pada seni berbicara dan mental masing-masing santri. Apa
pun yang dilakukan pondok pesantren berdasarkan kebutuhan dari santri tersebut,
demi membentuk karakter santri yang memiliki keterampilan dalam seni berbicara
dan mental untuk menjadi alumni yang berguna bagi masyarakat dan bangsa.
Pelaksanaan pembelajaran di Pesantren Modern Misbahul Ulum menggunakan sistem
salafiyah modern, yaitu selain mengaji, pesantren juga mengajarkan segala jenis
ekstrakurikuler yang bertujuan untuk terciptanya sosok santri yang memiliki ilmu
agama juga ilmu cara berorganisasi, berinovasi, berkreasi, dan mengajar apa
yang telah dikaji selama dari kelas satu hingga kelas lima, dan saat kelas enam
mereka harus mampu mengimplementasikan segala ilmu yang telah dikaji selama
kurang lebih lima tahun sebelumnya.
Semua
ini mengedepankan pembelajaran yang sistematis dan metodis dari kurikulum
pesantren tersendiri. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran ekstrakurikuler dalam meningkatkan seni berbicara dan mental
santri Pesantren Modern Misbahul Ulum yaitu Muhadharah, Muhadatsah, Darsul
Izhaf, Khutbah Jumat, dan Amaliah Tadris. Selain itu, juga ada beberapa
kegiatan lainnya yang muncul dari kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan di
atas. Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dan dikemas oleh kurikulum
pesantren sangat efektif dalam meningkatkan seni berbicara dan mental santri
Pesantren Modern Misbahul Ulum. Segala kegiatan tersebut telah terbagi seperti
yang telah penulis jelaskan di atas, yaitu:
Pertama,
Muhadharah (محاضرة) adalah bahasa Arab yang berarti lecture/kuliah. Kata
yang sepadan dengan muhadharah dalam bahasa Arab adalah dars (درس) yang berarti lesson/pelajaran.
Secara sederhana, muhadharah adalah latihan pidato. Jadi, kegiatan muhadharah
yang selama ini digunakan di pesantren ternyata sangat berpengaruh bagi
anak-anak santri.
Dengan
pembekalan muhadharah yang lebih serius lagi, pastinya akan menjadi
tempat pembinaan yang lebih baik. Dalam kegiatan ini santri dituntut untuk
membuat sebuah pidato yang dirangkai oleh pribadi mereka masing-masing.
Rangkaian tersebut tercipta melalui ilmu pengetahuan mereka masing-masing dalam
kajian ilmu yang telah mereka pelajari setiap harinya di pesantren. Setelah itu
ustaz dan ustazah menyuruh mereka menghafalkan dan memahami apa yang telah
mereka rangkai sedemikian rupa sehingga mereka mampu berpidato di depan santri
lainnya.
Kedua,
Pesantren Modern Misbahul Ulum adalah salah satu pondok yang menerapkan muhadatsah
sebagai pembelajaran maharah kalam bagi santrinya. Pertama, di pesantren
setelah salat subuh setiap santri diajarkan bahasa Arab oleh para mudabbir
di setiap asrama masing-masing. Kemudian saat belajar-mengajar di pagi hari
juga diajarkan bahasa Arab dan beberapa pelajaran lain yang mencakup tentang
bahasa Arab oleh para ustaz dan ustazah. Pelajaran tersebut diimplementasikan
dalam bentuk muhadatsah sambil menunggu waktu magrib setiap seminggu
tiga kali.
Ketiga,
Darsul Izhaf ialah tempat santri tampil untuk mengajar di setiap kelas
yang ada di pondok pesantren saat siang menjelang sore. Kesempatan ini
diberikan untuk santri/ah kelas V dan VI yang telah hampir menyelesaikan tuntut
ilmu di pondok pesantren. Kesempatan ini didapatkan oleh seluruh santri saat
duduk di bangku kelas V dan VI untuk mengajar di setiap kelas I, II, III, dan
juga kelas IV. Darsul Izhaf ini memiliki keunikan tersendiri, karena
pelajaran yang diajarkan kepada adik-adik mereka harus pelajaran antara bahasa
Inggris dan Arab. Pelajaran tersebut juga digunakan melalui komunikasi bahasa
itu tersendiri. Misalnya, pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Arab harus
menggunakan bahasa Arab dalam menjelaskan pelajaran tersebut atau saat proses
belajar-mengajar terjadi, begitu juga dengan bahasa Inggris.
Keempat,
mendengarkan kata dari khutbah Jumat pastinya tidak asing lagi di
telinga umat Islam tentang sebuah khutbah yang dilakukan pada hari Jumat
sebelum salat Jumat dilaksanakan. Khutbah Jumat bagi umat Islam adalah
kegiatan yang wajib dilakukan saat salat pada hari Jumat. Tetapi, yang dimaksud
dengan khutbah Jumat pada kegiatan di Pesantren Modern Misbahul
Ulum adalah sebuah kegiatan yang dilakukan seminggu sekali di malam Jumat.
Kegiatan ini ditetapkan oleh pembina muhadharah di setiap waktu muhadharah
pada jadwal malam Jumat. Kegiatan ini dibina langsung oleh Ustaz Zikri sendiri,
agar para santri bisa dilatih semaksimal mungkin, apalagi beliau adalah seorang
khatib yang telah diakui di tingkat Provinsi Aceh.
Kelima,
Amaliah Tadris ialah kegiatan yang dilakukan untuk menguji santri kelas
akhir dalam hal mengajar dengan tata cara yang benar. Kegiatan ini telah
disusun secara sistematis oleh ustaz-ustazah Pesantren Modern Misbahul Ulum,
dengan menguji santri/ah mengajar menggunakan bahasa Arab dan Inggris yang baik
dan benar.
Tradisi
Kitab Kuning
Tingkat
Tsanawiyah
Pelajaran
dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Tsanawiyah
Karya: Hashilla Rihadatul Vahada, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sultanah Nahrasiyah
Lhokseumawe
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
Foto: IST |
Pendahuluan
Pesantren
merupakan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) yang telah berakar kuat dalam sejarah dan perkembangan masyarakat
Indonesia. Selain berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama, pesantren juga
menjadi tempat pembentukan karakter, moral, dan budaya santri yang menjunjung
tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Salah satu pesantren yang turut
memainkan peran penting dalam pembinaan generasi muda adalah Pesantren Bustanul
Arifin.
Pesantren
Bustanul Arifin tidak hanya berfokus pada pendidikan keagamaan, tetapi juga
mendorong santri untuk aktif dalam kegiatan sosial, keterampilan hidup (life
skill), dan pengembangan intelektual. Dengan pendekatan yang menyeluruh,
pesantren ini menjadi wadah pembentukan insan yang tidak hanya taat secara
spiritual, tetapi juga siap menghadapi tantangan zaman.
Melalui mini
riset ini, penulis berusaha menggali lebih dalam tentang efektivitas metode
pembelajaran kitab kuning, peran pesantren dalam pemberdayaan ekonomi santri,
atau pola pembinaan akhlak di lingkungan pesantren. Diharapkan hasil dari
penelitian kecil ini dapat memberikan gambaran nyata mengenai dinamika yang
terjadi di Pesantren Bustanul Arifin serta memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan pesantren ke depan.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran secara mendalam mengenai metode pembelajaran, pola pembinaan akhlak, dan peran pesantren dalam kegiatan sosial. Pendekatan ini dipilih
karena sesuai untuk mengkaji fenomena sosial, perilaku, serta pengalaman para
subjek penelitian dalam konteks keseharian di lingkungan pesantren.
Lokasi dan
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Pesantren Bustanul Arifin, yang berlokasi di Desa Bale Atu, Kecamatan
Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Kegiatan
penelitian dilaksanakan selama satu minggu, mulai
dari tanggal 27 Maret s.d. selesai.
Subjek
Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari pengasuh/pimpinan pesantren, ustaz/ustazah, santri (dipilih secara purposive/sengaja, berdasarkan kriteria tertentu).
Teknik
Pengumpulan Data
Data dalam
penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi:
Mengamati langsung kegiatan pembelajaran atau aktivitas santri di lingkungan
pesantren.
b. Wawancara:
Dilakukan secara semi-struktural kepada beberapa informan utama untuk menggali
informasi lebih dalam.
c. Dokumentasi:
Mengumpulkan dokumen atau catatan yang relevan, seperti jadwal kegiatan,
kurikulum, atau arsip pesantren.
Teknik Analisis
Data
Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif.
Proses analisis dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Validitas data diperkuat melalui teknik triangulasi,
yaitu membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk
memastikan keakuratan informasi.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan pengasuh pesantren, ustadz, serta beberapa
santri, diperoleh informasi bahwa pembinaan akhlak di Pesantren Bustanul Arifin
dilakukan melalui beberapa pendekatan utama, yaitu:
1. Keteladanan:
Para ustaz dan pengasuh menjadi teladan dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Santri
dibiasakan melihat langsung contoh akhlak mulia dari guru mereka, baik dalam
ibadah, sopan santun, maupun interaksi sosial.
2. Pembiasaan:
Kegiatan harian pesantren dirancang untuk menanamkan nilai-nilai akhlak seperti
disiplin, tanggung jawab, dan kebersamaan. Misalnya, salat berjamaah, gotong
royong, dan pembacaan wirid rutin.
3. Pengawasan
dan Teguran: Santri yang melanggar aturan atau menunjukkan sikap tidak terpuji
akan diberi teguran secara bertahap, mulai dari nasihat hingga sanksi edukatif.
Hal ini bertujuan untuk memperbaiki, bukan menghukum.
4. Kajian
Kitab Akhlak: Pesantren rutin mengadakan pengajian kitab-kitab klasik yang
membahas tentang akhlak, seperti Ta'lim Muta’allim, Bidayatul Hidayah,
dan Ihya Ulumuddin.
Pembahasan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode pembinaan akhlak yang diterapkan di
Pesantren Bustanul Arifin menekankan pada pendekatan holistik, yakni menggabungkan teori (pengajaran kitab), praktik (pembiasaan), dan
contoh nyata (keteladanan). Ini sejalan dengan konsep tarbiyah Islamiyah
yang menekankan pendidikan secara menyeluruh, tidak hanya aspek kognitif,
tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Keteladanan
dari para ustaz terbukti menjadi faktor dominan dalam membentuk karakter
santri. Santri mengaku lebih mudah mengikuti dan meniru perilaku yang mereka
lihat langsung setiap hari. Selain itu, pembiasaan kegiatan keagamaan secara
konsisten membentuk rutinitas positif yang menjadi bagian dari karakter santri.
Temuan ini juga
memperkuat teori pendidikan karakter yang menyebut bahwa lingkungan dan figur
panutan berperan besar dalam pembentukan kepribadian anak. Dengan sistem yang
teratur dan nilai-nilai yang diajarkan secara konsisten, pesantren dapat
menjadi wadah efektif dalam membentuk akhlak mulia pada generasi muda.
Sejarah Pesantren
Pesantren Busatanul Arifin merupakan Pesantren yang di bawah naungan
Yayasan Darul Muttakin yang didirikan pada tanggal 3 Agustus 2000 yang di
dipimpin oleh Tgk. Syarfawi Abd Shamad. Awalnya Pesantren ini hanya memberikan
pendidikan kitab klasik saja. Akan tetapi, seiring waktu dan tuntunan dari
masyarakat maka pada 2001 pesantren ini menjadi Pesantren Terpadu Bustanul
Arifin dengan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di dalamnya. MTs Bustanul Arifin di
kepalai oleh Tgk. Saidi M. Nurdin, S.Pd, kemudian pada tahun 2004, Pesantren
Bustanul Arifin juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA) dengan maksud agar santri/santriwati
yang tamat dari MTs, bisa langsung melanjutkan ke jenjang selanjutnya tanpa
pindah.
Dalam perjalanan roda pendidikan, pada tahun 2005, MTs dan MA mengalami
perubahan nama menajdi SMP dan SMA Terpadu Bustanul Arifin. Atas dorongan dan
dukungan masyarakat Bener Meriah dan sekitarnya, Pesantren Bustanul Arifin
mendirikan dan mengelola penguruan tinggi, maka pada tahun 2011 Pesantren
Bustanul Arifin mengajukan permohonan pendirian Perguruan Tinggi kepada
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI). Pada tanggal 3 April 2013
Pesantren Bustanul Arifin disetujui dan diberi kepercayaan oleh Kemenag RI
untuk mengelola Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Bustanul Arifin, prodi
Bahasa Arab dengan SK Dirjen Pendis
(Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam) Nomor 779 Tahun 2013.
Awalnya Pesantren Bustanul Arifin hanya memiliki areal 1,5 Ha di pondok
sayur (komplek putri sekarang), pada waktu itu masih digabung antara komplek
putra dan putri, dengan bertambahnya tahun maka bertambah juga santri di dayah
Bustanul Arifin, maka pada tahun 2012
sudah tidak memungkinkan lagi untuk di gabung jadi satu dan dipindahakan
di desa Bale Atu (+5 km) dari komplek
putri seluas areal tanah 6,5 hektar.
Pesantren Bustanul Arifin selalu melakukan kajian strategis dan
penenlitian untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren Bustanul Arifin
khususnya, dan pada seluruh pesantren umumnya.
Tradisi Kitab Kuning
Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Tsanawiyah
Pelajaran, Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Aliyah
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pesantren Bustanul
Arifin, dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlak santri dilaksanakan melalui
pendekatan yang terpadu, yaitu:
1. Keteladanan dari ustadz dan pengasuh, yang menjadi model nyata
dalam perilaku sehari-hari.
2. Pembiasaan aktivitas positif, seperti shalat berjamaah, gotong
royong, dan kegiatan keagamaan rutin.
3. Pengawasan dan penegakan disiplin, yang dilakukan secara bertahap
dan edukatif.
4. Pengajaran kitab-kitab akhlak, yang menanamkan nilai-nilai moral
melalui pemahaman keilmuan klasik.
Saran
1. Nilai-nilai moderasi beragama
di Pesantren
Bustanul Arifin.
2. Integrasi kurikulum penerapan
Diniyah dan Umum di Pesantren Bustanul Arifin.
3. Strategi pembinaan karakter
santri
melalui kegiatan
harian
pesantren.
4. Peran pesantren dalam pemberdayaan
masyarakat
sekitar.
5. Pengaruh kegiatan ekstrakurikuler
terhadap kedisiplinan santri.
Daftar Pustaka
Wati, R. (2023). Kebijakan Penguatan Bahasa Asing dalam Menghadapi
Era Digital di Pesantren Terpadu Bustanul Arifin di Bener Meriah. Skripsi, Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry.
Mustaqim, M. H., & Abdussyukur. (2024). Pengembangan Budaya Keagamaan
Pesantren: Studi Kasus di Pondok Pesantren Terpadu Bustanul Arifin dan Nurul
Islam Bener Meriah. Jumper: Journal of Educational Multidisciplinary
Research, 3(2), 57–74.
Sejarah Singkat Pesantren Bustanul Arifin. Pesantren Bustanul
Arifin. Diakses dari: Pesantren Bustanul Arifin
Dayah Bustanul Arifin Putera. Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten
Bener Meriah. Diakses dari: Bener Meriah Education
Dayah Bustanul Arifin Puteri. Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten
Bener Meriah. Diakses dari: Bener Meriah Education
Karya:
Hairani, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
Foto: Pexels.com |
Stiker-stiker ini menampilkan karakter laki-laki dengan gestur feminin, ekspresi berlebihan, atau kata-kata seperti, “Aku geli liat cowok gagah”, “Biar Abang yang pegang”, hingga “Cium dulu, dong”, (kebanyakan pria berkulit hitam) disertai dengan gaya tubuh yang melewati batas kelaziman. Padahal, meski terkesan lucu, fenomena ini bukan perkara remeh.
Dikeluarkannya guyonan-guyonan berbau homoseksualitas, yang kini marak disebut “jomok”, telah menjadi perisai hiburan bagi sebagian anak muda. Namun, fenomena ini justru dianggap sebagai serangan halus terhadap akhlak dan nilai moral masyarakat. Tingkah laku ini ibarat kaum Luth modern yang “dipertontonkan” tanpa sadar merusak sendi etika dan agama.
Urgensi QS. An-Naml: 54–58
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ ٱلْفَـٰحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ ٥٤ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةًۭ مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌۭ تَجْهَلُونَ ٥٥
54. Dan (ingatlah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihatnya (secara terang-terangan)?”
55. “Apakah sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki untuk melampiaskan syahwatmu, bukan kepada perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (kebenaran).”
Allah menyebut mereka jahil (tidak tahu kebenaran) karena telah membalikkan fitrah seksual manusia. Ini menjadi peringatan keras terhadap perilaku yang menyimpang dari kodrat biologis dan syariat agama. Jomok bukan sekadar humor ia adalah bentuk representasi ringan dari penyakit yang dulu membinasakan kaum Luth.
Bahaya dan Dampak Jomok
1. Normalisasi Penyimpangan
Jokes atau candaan homo membuat penyimpangan jadi lucu dan biasa, sehingga hal ini membuka jalan ke arah penerimaan sosial terhadap LGBT.
2. Merusak Fitrah dan Akhlak
Walaupun hal ini merupakan candaan tapi islam menekankan bahwa Laki-laki dan perempuan diciptakan berpasang-pasangan (QS. An-Naba:8). Sikap “jomok” meniru orientasi yang bertentangan dengan penciptaan alami, bahkan dalam guyonan.
3. Menginspirasi Gaya Hidup Menyimpang
Di antara remaja, candaan jomok bisa berkembang menjadi eksperimen identitas seksual. Dalam jangka panjang, ini berisiko menjurus ke orientasi non-hetero nyata.
Kesimpulan
Fenomena jomok, yakni candaan atau stiker yang meniru gaya homoseksual dalam bentuk humor, bukan sekadar hiburan ringan. Jika ditinjau dari QS. An-Naml ayat 54–55, candaan semacam ini mencerminkan gejala yang mirip dengan kaum Nabi Luth, yaitu penyimpangan seksual yang dilakukan secara terang-terangan dan dinormalisasi di tengah masyarakat.
Dalam Islam, baik perbuatan menyimpang maupun penyebarannya, termasuk melalui guyonan, meme, dan stiker, merupakan bentuk kerusakan moral yang harus diwaspadai. Budaya jomok memiliki potensi besar untuk:
1. Menormalkan perilaku LGBT
2. Merusak fitrah dan akhlak remaja
3. Menghilangkan rasa malu terhadap dosa
4. Menjadi pintu masuk gaya hidup menyimpang
Literasi keagamaan, edukasi etika digital, serta kesadaran sosial harus dibangun agar umat tidak hanya sekadar tertawa tanpa berpikir, tapi mampu menyaring mana yang boleh dijadikan hiburan dan mana yang menyimpang dari tuntunan Allah.
“Jangan biarkan tawa hari ini menjadi azab di kemudian hari.”
Saatnya kita menjaga kesucian akhlak dan kehormatan syariat, mulai dari hal kecil seperti candaan dan stiker.
Karya: Wahyu Ramadan, Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Editor: Zuhra
![]() |
Foto: Pexels.com |
Surah Al-Falaq mengajarkan bahwa dalam menghadapi hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan baik itu fisik maupun spiritual, satu-satunya tempat perlindungan sejati adalah kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Membaca dan merenungi Surah Al-Falaq memberikan ketenangan batin, menumbuhkan rasa aman, serta memperkuat iman dan keyakinan bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menghadapi kegelapan hidup. Surah Al-Falaq bukan hanya sekadar bacaan yang disunahkan untuk dibaca sebelum tidur sebagai pelindung dari keburukan malam, tetapi juga merupakan pengingat mendalam bagi jiwa manusia bahwa tidak semua luka dan bahaya datang dari hal-hal yang tampak oleh mata. Ada luka-luka yang bersumber dari tempat-tempat tersembunyi, dari hati yang dengki, niat yang jahat, serta energi negatif yang tak terlihat namun terasa.
Surah ini mengajarkan bahwa ancaman terhadap ketenangan batin dan kesejahteraan hidup tidak selalu datang dalam bentuk yang bisa disentuh atau disadari secara langsung. Surah ini mengingatkan kitabahwa ada kekuatan ghaib, rasa iri, dan keburukan yang samar, yang bisa melukai lebih dalam daripada apa yang bisa dilakukan oleh tangan. Oleh karena itu,membaca surah Al-Falaq bukan hanya amalan rutin, tetapi juga bentuk kesadaran spiritual bahwa perlindungan sejati berasal dari Allah yang mengetahui segala yang tampak maupun tersembunyi.
Allah membuka surah ini dengan ayat pertama yaitu: "Qul a`udzubirabbil falaq," yang artinya: “Katakanlah aku berlindung kepada tuhan yang membelah fajar.” Kenapa "Falaq" (waktu fajar)? Karena fajar adalah simbol terang setelah gelap atau harapan setelah ketakutan. Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Allah memilih nama ini untuk menunjukkan bahwa Dia mampu membelah setiap kegelapan baik yang nyata maupun yang batin.
Kemudian Allah menyebut tiga jenis bahaya:
1. Gelap malam (QS. Al-Falaq: 3)
Artinya: “Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.” "Ghāsiq" berarti kegelapan malam yang pekat, terutama saat matahari telah tenggelam sepenuhnya. "Waqab" berarti masuk atau menyelimuti. Jadi, ini menggambarkan malam ketika kegelapan benar-benar menyelimuti bumi. Bahaya malam merujuk pada berbagai ancaman yang sering terjadi saat malam, yaitu perbuatan jahat seperti pencurian, pembunuhan, dan kejahatan lainnya yang sering terjadi saat malam. Rasa takut, bisikan was-was, dan gangguan jin juga sering dikaitkan dengan kegelapan malam. Kondisi psikologis manusia lebih lemah saat gelap, membuatnya rentan terhadap bisikan setan.
2. Sihir dari tukang sihir (QS. Al-Falaq: 4)
Artinya: "Dan dari kejahatan para wanita tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul." "An-naffāthāt" artinya para penyihir wanita (jamak dari bentuk feminin), meskipun ini bisa merujuk ke tukang sihir secara umum. "Fial-'uqad" artinya pada buhul-buhul tali, yaitu praktik sihir yang meniup simpul-simpul tali sambil membaca mantra atau jampi. Praktik ini dikenal sebagai bentuk sihir hitam (black magic) yang menggunakan energi spiritual negatif ini menunjukkan bahaya sihir yang tersembunyi yang bisa memengaruhi fisik, psikis, atau hubungan antar manusia.
3. Dengki dari pendengki (QS.Al-Falaq:5)
Artinya: "Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki." "Hāsid” adalah orang yang dengki, iri terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain, dan ingin kenikmatan itu hilang dari orang tersebut. "Idzāhasad" menunjukkan saat ia menjalankan kedengkiannya, yaitu saat rasa iri itu berubah menjadi tindakan: membenci, memfitnah, merusak nama baik, bahkan menyakiti secara langsung. Dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan disebut dalam hadis sebagai “penyukur kebaikan” (karena bisa menghapus amal). Ketiganya punya satu kesamaan yaitu diam-diam melukai. Kita diajarkan bukan untuk membalas, tapi berlindung kepada Rabb yang menciptakan terang. Dalam tafsir Al-Qurtubi, dijelaskan bahwa hasad adalah penyakit hati yang paling tersembunyi, lebih merusak daripada apa pun, karena ia membenci nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.
Maka Allah tutup surah ini dengan perlindungan dari kedengkian, karena luka yang tak terlihat, seringkali paling dalam.
Karya: Sabiila Yassarah, Mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
Editor: Zuhra