![]() |
Foto: Pexels.com |
Pada awal sejarah Islam di nusantara, tradisi keilmuan dan intelektual sangat dinamis, seiring dengan proses islamisasi dan perkembangan entitas sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal ini sangat memengaruhi pembentukan dan perkembangan tradisi keilmuan, termasuk pemahaman astronomi. Tradisi ini dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus, sehingga menjadi tradisi intelektual dan keilmuan yang terus berlanjut dari generasi ke generasi.
Area paling utara dan barat kepulauan Indonesia adalah Aceh. Samudera Hindia terletak di sebelah Barat, dan Selat Malaka terletak di sebelah Utara dan Timur. Lokasi geografis ini sangat strategis karena berfungsi sebagai pintu gerbang barat untuk masuk ke nusantara. Keyakinan dan kebiasaan orang Aceh berubah karena ajaran Islam. Tradisi lokal dipengaruhi oleh agama Islam, yang membuat sulit untuk membedakan antara ajaran agama dan adat istiadat, seperti halnya dengan adat-istiadat Islam yang akhirnya menjadi bagian dari adat atau dianut. Misalnya, dalam perayaan hari besar Islam.
Dalam sistem penanggalan Aceh, bulan Maulid dibagi menjadi tiga bulan berturut-turut, molod awai (hari lahir awal), molod teungoh (hari lahir tengah), dan molod akhe (hari ulang tahun akhir). Dapat diketahui waktu dan musim terbaik untuk membajak, menanam, dan menuai. Setelah selesai, semua tugas dilakukan dan masuk pada waktu yang tepat. poin utama, yaitu Utara, Selatan, Timur, dan Barat, digunakan dalam kegiatan pertanian dan prakiraan. Dan dapat dipergunakan sebagai petunjuk perjalanan dan penentu arah mata angin.
Terdapat hubungan antara Islam dan budaya petani di Aceh, seperti yang ditunjukkan oleh penggunaan ajaran Islam tertentu untuk mengatur kehidupan ekonomi negara. Mayoritas orang Aceh menghubungkan perubahan musim dengan ritual Islam. Misalnya, orang Aceh percaya bahwa saat menanam padi, garis yang menghubungkan tiga bintang dalam lingkaran lonjong menunjukkan arah Kiblat, atau arah ke Mekkah, ke mana kaum muslimin harus menghadap ketika shalat. Mereka juga percaya bahwa sambil berbicara, orang harus baseumalah dan menghadap ke angin barat, tempat kaum muslimin berdoa. Di Aceh, falak sering disamakan dengan astrologi.
Dalam masyarakat Aceh, astrologi dianggap sebagai bagian dari astronomi yang terkait dengan ilmu nujum. Mereka mengatakan bahwa astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta. Mereka tidak membedakan antara astronomi dalam arti mitos dan sebagai sains. Pada dasarnya, para ilmuwan sebelumnya mendefinisikan astrologi sebagai bagian dari astronomi dalam arti ilmu pengetahuan, tetapi beberapa orang menggunakan istilah ini sebagai astrologi.
Membuat penanggalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu adalah tujuan utama ilmu astronomi. Ramalan, hikmah, dan firasat masih menggunakan unsur astronomi. Kajian ilmiah sering mengalami kesalahan akibat pencampuran konsep astronomi seperti ini. Sejarah masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat umumnya menganggap astronomi sebagai ramalan dan ilmu perbintangan. Astrologi awalnya dipelajari sebagai etnoastronomi, yang berarti hal-hal yang dipelajari tentang budaya suatu tempat. Astronomi meliputi peredaran benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, dan planet-planet lainnya. Astronomi juga mempelajari rasi bintang, jenis gerak dan peredaran benda-benda langit yang berdampak. dipengaruhi oleh kelangsungan hidup di Bumi.
Masyarakat Aceh menafsirkan astronomi sebagai budaya, yang menghasilkan rasi bintang dan langit. Kebudayaan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan bidang ilmu pengetahuan astronomi yang terlibat dalam kebudayaan disebut Etno-Astronomi. Etno-Astronomi adalah ilmu pengetahuan alam yang mencakup perspektif yang berbeda dari orang-orang yang tinggal di suatu wilayah terhadap benda langit. Menurut etnoastronomi, fenomena dan gejala alam yang terjadi pada masyarakat Aceh dapat dirasakan secara fisik dan non fisik sebagai akibat dari pergerakan benda langit dan konstelasinya. Pengetahuan tentang pergerakan benda langit dalam etnoastronomi Aceh merupakan kearifan budaya yang harus diketahui oleh masyarakat sekitarnya.
Oleh: Raisa Salsabiila