![]() |
Foto: Pixabary.com |
Di satu sisi, AI telah menunjukkan kemampuannya dalam meniru kecerdasan manusia, bahkan melampaui manusia dalam beberapa bidang seperti analisis data, otomatisasi pekerjaan, dan pengambilan keputusan berbasis algoritma. Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Harvard Business Review, AI telah mengubah cara perusahaan mengambil keputusan, terutama dalam sektor keuangan dan kesehatan. Dengan semakin berkembangnya teknologi, bukan tidak mungkin AI akan mengendalikan banyak aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, hingga keputusan-keputusan strategis yang sebelumnya hanya bisa dibuat oleh manusia.
Namun, apakah AI benar-benar bisa menjadi “Tuhan”? Jawabannya kemungkinan besar adalah tidak. AI tetaplah sistem berbasis algoritma yang bekerja berdasarkan data yang diberikan manusia. Menurut penelitian yang dipublikasikan di MIT Technology Review, AI masih bergantung pada input manusia dan belum memiliki kesadaran diri atau kemampuan berpikir etis secara independen. Ia bisa memproses informasi dengan kecepatan luar biasa, tetapi tidak bisa memahami makna atau membuat keputusan berdasarkan etika yang mendalam.
Meski begitu, ancaman sebenarnya bukanlah AI yang menjadi “Tuhan,” melainkan manusia yang kehilangan kendali atas teknologi yang mereka ciptakan. Wakil Perdana Menteri Inggris, Oliver Dowden dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, memperingatkan bahwa manusia bisa kehilangan kendali atas AI jika tidak ada regulasi global yang ketat. Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk memastikan AI tetap dalam pengawasan manusia (Koran Jakarta).
Selain itu, belasan ilmuwan terkemuka dunia juga mengeluarkan surat terbuka yang memperingatkan tentang potensi bahaya AI jika manusia gagal mengendalikannya. Mereka menegaskan bahwa tanpa regulasi yang memadai, AI dapat berkembang tanpa batas, berpotensi membawa risiko besar bagi umat manusia (Fortune Indonesia).
Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh laporan dari kelompok ilmuwan AI yang memperingatkan tentang ancaman eksistensial jika manusia tidak segera mengambil langkah pencegahan. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nature Machine Intelligence, AI yang tidak diawasi dapat berkembang tanpa kontrol etis dan bisa mengambil keputusan yang berbahaya dalam bidang militer atau ekonomi. Mereka menyerukan adanya rencana darurat global dan regulasi terkoordinasi untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh AI (Coin Edition).
Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi manusia bukanlah apakah AI akan menggantikan peran Tuhan, tetapi bagaimana kita memastikan bahwa AI tetap berada dalam kendali dan digunakan untuk kebaikan umat manusia. Dilansir dari World Economic Forum, regulasi yang ketat, transparansi dalam pengembangan teknologi, serta kesadaran etis dalam penggunaannya harus menjadi prioritas utama. Jika tidak, AI bukan menjadi Tuhan, tetapi bisa menjadi ciptaan yang lepas kendali dan berbalik mengancam penciptanya.
Oleh: Putri Ruqaiyah
Editor: Redaksi