![]() |
Foto: Pixabay.com |
Menurut laporan dari detikJatim, beberapa merek kurma Israel yang diboikot antara lain King Solomon, Jordan River, dan Carmel. Produk-produk ini sering kali tidak mencantumkan asal negara yang jelas atau menggunakan kode batang (barcode) 729, yang merupakan kode untuk Israel.
Boikot terhadap produk Israel terus menguat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Namun, produsen Israel tidak kehabisan akal. Mereka mulai mengubah kemasan, menggunakan nama berbahasa Arab, atau bahkan mencantumkan lokasi distribusi di negara-negara Muslim agar konsumen tertipu.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menjelaskan bahwa aksi boikot produk Israel dapat berdampak besar pada ekonomi mereka jika dilakukan secara konsisten. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tanpa panduan yang jelas dari pemerintah, boikot bisa berpotensi merugikan pelaku usaha dalam negeri yang tanpa sadar menjual produk-produk tersebut.
"Israel tahu bahwa konsumen Muslim semakin sadar soal boikot. Itu sebabnya mereka menggunakan cara-cara terselubung agar produk mereka tetap laku," ujarnya.
Agar tidak tertipu, konsumen disarankan untuk selalu memeriksa label produk dengan cermat. Berikut beberapa cara mengenali kurma yang diduga berasal dari Israel:
1. Periksa Barcode – Produk Israel biasanya memiliki barcode dengan angka awal 729. Jika ragu, cari informasi lebih lanjut mengenai merek tersebut.
2. Cek Asal Negara – Jika kemasan tidak mencantumkan asal negara yang jelas atau hanya mencantumkan "imported by" tanpa informasi produsen, patut dicurigai.
3. Harga Tidak Wajar – Kurma Israel sering dijual lebih murah karena mendapat subsidi dari pemerintah mereka. Harga yang jauh di bawah pasaran bisa menjadi tanda bahwa produk tersebut perlu diwaspadai.
4. Merek yang Terkenal Berasal dari Israel – King Solomon, Jordan River, dan Carmel adalah beberapa contoh merek kurma yang sudah diidentifikasi sebagai produk Israel.
Boikot bukan sekadar aksi simbolis, tetapi bentuk perlawanan nyata yang dapat memberikan tekanan ekonomi pada Israel. Sebuah studi oleh RAND Corporation pada 2015 memperkirakan bahwa kampanye BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) yang sukses dapat merugikan ekonomi Israel hingga $47 miliar dalam sepuluh tahun.
Di tengah perjuangan rakyat Palestina yang terus tertindas, memilih produk dengan bijak adalah bentuk solidaritas yang bisa dilakukan siapa saja. Dengan lebih selektif dalam memilih produk, kita dapat memastikan bahwa konsumsi kita tidak secara tidak sadar mendukung penjajahan dan kekerasan terhadap bangsa lain.
Ramadhan adalah bulan solidaritas dan kepedulian. Mari jadikan momentum ini untuk lebih teliti dan bertanggung jawab dalam setiap pembelian kita.
Oleh: Putri Ruqaiyah
Editor: Redaksi