![]() |
Foto: Pexels.com |
Dalam wawancara eksklusif dengan beberapa HRD dari perusahaan ternama, mereka mengungkapkan bahwa IPK tinggi bukan faktor utama dalam rekrutmen. Menurut mereka, keterampilan praktis, pengalaman kerja, dan soft skills jauh lebih berperan dalam menentukan kesuksesan seorang kandidat. Banyak lulusan dengan IPK tinggi terlalu fokus mengejar nilai sehingga melupakan aspek lain yang tak kalah penting. Mereka cenderung kurang pengalaman di dunia kerja, minim keterampilan komunikasi, serta tidak memiliki jaringan profesional yang kuat. Akibatnya, mereka kalah saing dengan kandidat lain yang lebih siap secara praktis.
“Sekarang dunia kerja tidak hanya menilai dari angka di transkrip. Jika seseorang punya banyak pengalaman magang, aktif di organisasi, atau pernah mengerjakan proyek nyata, dia punya peluang lebih besar dibanding yang hanya unggul di akademik,” tambah Andi, salah satu HRD di perusahaan multinasional.
Tren terbaru menunjukkan bahwa beberapa perusahaan besar mulai menghapus syarat IPK minimal dalam lowongan kerja mereka. Sebaliknya, mereka lebih menekankan pada portofolio, pengalaman kerja, serta hasil tes keterampilan yang lebih mencerminkan kemampuan nyata calon karyawan.
Sebagai contoh, Google dan beberapa perusahaan teknologi lainnya telah lama tidak lagi mempersyaratkan IPK dalam proses seleksi. Mereka lebih fokus pada kemampuan problem-solving dan pengalaman teknis pelamar. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Harvard Business Review (2023), perusahaan kini lebih mengutamakan kompetensi nyata dibandingkan latar belakang akademik semata. Studi tersebut menemukan bahwa 67% perekrut lebih memilih kandidat dengan pengalaman kerja yang relevan daripada mereka yang hanya memiliki prestasi akademik tinggi.
Sementara itu, sebuah laporan dari World Economic Forum (2024) menyoroti bahwa keterampilan yang paling dicari saat ini meliputi problem-solving, komunikasi, dan kemampuan beradaptasi. Laporan tersebut juga mencatat bahwa gelar akademik dengan IPK tinggi hanya menjadi salah satu faktor kecil dalam proses seleksi kerja.
Di media sosial, fenomena ini juga ramai diperbincangkan. Akun LinkedIn @FutureOfWork menulis, “Pendidikan tinggi itu penting, tapi tanpa pengalaman dan keterampilan yang sesuai, gelar saja tidak akan membawa Anda jauh di dunia kerja.”
Meskipun memiliki IPK tinggi tetap menjadi nilai tambah, dunia kerja saat ini lebih menuntut keterampilan praktis, pengalaman, serta kemampuan beradaptasi. Lulusan disarankan untuk menyeimbangkan akademik dengan aktivitas lain seperti magang, organisasi, dan pengembangan soft skills agar lebih siap menghadapi persaingan di dunia profesional. Jika hanya mengandalkan IPK tinggi tanpa keterampilan yang relevan, bukan tidak mungkin lulusan terbaik sekalipun akan menghadapi realitas pahit: IPK 4.0, tapi karier 0.0.
Oleh: Putri Ruqaiyah
Editor: Redaksi