![]() |
Foto: Pexels.com |
Tak hanya itu, berbagai video di media sosial TikTok turut memperlihatkan keluhan para pengguna kendaraan yang merasa tertipu dengan kualitas BBM yang mereka beli di Pertamina. Kasus ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan di benak kita sebagai konsumen. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi? Siapa yang bertanggung jawab? Dan yang paling penting, apa dampaknya bagi kendaraan yang kita gunakan sehari-hari?
Keuntungan Sesaat, Kerugian Jangka Panjang
Selisih harga yang cukup signifikan antara Pertalite dan Pertamax seolah menjadi celah bagi pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan dengan cara yang tidak jujur. Dengan mencampurkan kedua jenis BBM ini, mereka menjualnya seolah-olah tetap memiliki kualitas tinggi. Padahal, yang menjadi korban adalah kita, para pengguna kendaraan yang mengandalkan BBM berkualitas untuk menjaga performa mesin.
Bayangkan jika kita sudah membayar harga mahal untuk Pertamax, tetapi ternyata yang kita dapatkan adalah BBM oplosan dengan kualitas di bawah standar. Mesin kendaraan yang seharusnya bekerja optimal malah bisa rusak lebih cepat. Injektor kotor, pembakaran tidak sempurna, bahkan dalam jangka panjang bisa merusak komponen mesin. Bukankah ini justru membuat kita mengeluarkan biaya lebih besar untuk perbaikan?
Kepercayaan Publik yang Mulai Pudar
Skandal seperti ini tentu saja mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap distribusi BBM di Indonesia. Jika di SPBU resmi saja ada potensi pengoplosan, bagaimana kita bisa yakin bahwa BBM yang kita beli benar-benar sesuai standar? Apakah ada jaminan bahwa kasus ini tidak akan terulang?
Sebagai konsumen, wajar jika kita mulai mempertanyakan transparansi dan sistem pengawasan terhadap BBM yang beredar di pasaran. Kita ingin kepastian bahwa apa yang kita beli memang sesuai dengan harga dan kualitas yang dijanjikan.
Saatnya Tindakan Nyata!
Kasus ini tidak bisa dianggap sepele. Pemerintah dan Pertamina harus mengambil langkah tegas untuk menindak para pelaku dan memastikan pengawasan yang lebih ketat. Tidak cukup hanya dengan investigasi, tetapi juga harus ada perbaikan sistem agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Selain itu, kita sebagai masyarakat juga harus lebih kritis dan waspada. Jika merasakan ada yang berbeda pada BBM yang kita gunakan, jangan ragu untuk melaporkannya. Ini bukan hanya tentang uang yang kita keluarkan, tetapi juga tentang keamanan dan keadilan bagi seluruh pengguna BBM di Indonesia.
Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kejujuran dalam distribusi energi adalah hal yang mutlak. Jangan sampai demi keuntungan sesaat, masyarakat yang menjadi korban dalam jangka panjang.
Oleh: Meutia Rahma
Editor: Redaksi