 |
| Foto: IST |
Kekecewaan ini timbul lantaran pelaksanaan acara wisuda yang dinilai tidak siap akibat ketidakprofesionalan panitia dalam mengatur manajemen acara.
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kendala saat acara berlangsung seperti mati listrik di tengah pelaksanaan kegiatan sehingga menyebabkan ruangan acara menjadi panas. Akibatnya banyak dari peserta wisuda yang merasa kecewa apalagi dari para wisudawati dan orang tua wali juga ikut merasakan hal tersebut.
Dengan matinya listrik menyebabkan sesi foto tidak dapat diabadikan dengan baik lantaran ruangan sangat minim cahaya. Padahal, momen wisuda merupakan salah satu yang paling dinantikan setelah mengemban ilmu di perguruan tiggi.
"Seharusnya panitia bisa menyiapkan mesin listrik cadangan yang cukup untuk kapasitas listrik yang diperlukan. Apalagi kampus yang katanya ingin mentransformasikan diri menjadi UIN Sultanah Nahrasiyah, seharusnya bisa memperlihatkan sesuatu yang bisa dikatakan layak untuk berubah menjadi UIN," komentar Saryulis, salah seorang wisudawan.
Kekecewaan dari para mahasiswa yang mengikuti wisuda angkatan ke VII sudah bermula dari awal penundaan wisuda sebelum hari raya idul Adha.
"Apalagi pada saat itu setiap mahasiswa dimintai biaya jaminan baju toga dengan jumlah Rp350.000. Walaupun biaya itu dikembalikan dengan syarat tidak ada kerusakan di baju toga yang dikembalikan, tapi yang membuat saya ikut prihatin yaitu dengan uang jaminan yang tidak sedikit ditambah lagi dengan penundaan yang dilakukan, seharusnya uang tersebut bisa digunakan untuk kepentingan lebaran oleh sebagian mahasiswa yang ekonominya tergolong golongan bawah," lanjutnya.
Penundaan pelaksanaan wisuda pun di umumkan ketika sudah dekat dengan hari acara.
Sumber: Rilis
Editor: Redaksi
0 Comments
.jpeg "IAIN Lhokseumawe Kembali Mewisudai Ratusan Lulusan S1 dan S2")
