![]() |
Foto: Ist |
kegiatan ini mengusung tema “Beut Filsafat Berpikir Bebas, Berkreasi Tanpa Batas,” yang bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang berintelektual dan kritis. Kegiatan ini dianggap sangat penting, karena melalui dialektika yang berkembang di antara mahasiswa, diharapkan dapat membantu mereka berinovasi dan menjadi individu yang kreatif dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berdiskusi dan bertukar ide mahasiswa akan lebih termotivasi untuk mengembangkan pemikiran kritis serta kemampuan berkreasi, yang merupakan kunci untuk menghadapi tantangan di dunia modern.
Acara ini dipimpin oleh Jihan Fanyra, selaku ketua komunitas Tika Beut kegiatan ini merupakan episode ke-11 yang rutin dilaksanakan setiap hari Jumat di IAIN Lhokseumawe. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Daniel, M. Ag, Rektor IAIN Lhokseumawe sekaligus pembawa materi, menyampaikan pandangannya mengenai generasi saat ini. Beliau menyatakan bahwa banyak orang awam beranggapan generasi sekarang adalah generasi yang nakal dan rusak namun, pandangan tersebut sebenarnya keliru dan tidak mencerminkan realitas.
![]() |
Foto: Mutia Wardani |
"Generasi saat ini memiliki cara patuhnya sendiri yang tidak dapat disamakan dengan cara orang tua di masa lalu. Dulu, anak-anak mungkin diajarkan untuk patuh melalui kekerasan, seperti dipukul. Namun, pendekatan tersebut tidak akan efektif untuk generasi saat ini," ujarnya dengan tegas.
Lebih lanjut, Prof. Daniel menekankan pentingnya memberikan ruang bagi generasi muda untuk berkreasi dan berinovasi tanpa paksaan. "Kita hidup di era di mana anak-anak perlu dididik dengan cara yang lebih positif," tambahnya. Beliau juga menghimbau mahasiswa agar bijak dalam menggunakan media sosial dan disiplin dalam memilih konten yang mereka konsumsi. "Setiap hari, kita menggunakan perangkat seperti ponsel, dan penting bagi kita untuk memonitor diri sendiri. Dengan cara ini, kita dapat memilih hal-hal yang bermanfaat dan menghindari yang tidak produktif. Jika kita tidak disiplin dalam memilih, kita akan terjebak dalam kebiasaan yang tidak bermanfaat," tegasnya, mengingatkan pentingnya kesadaran diri dalam dunia digital.
Dr. Rizqi Wahyudi, S. Sos.I., M. Kom. I. Selaku Kajur Komunikasi Penyiaran Islam mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Tika Beut adalah upaya untuk menciptakan atmosfer keilmuan di kalangan mahasiswa. Dengan diskusi yang rutin, diharapkan mahasiswa dapat berkreasi dan terlibat aktif, sehingga muncul komunitas-komunitas lain di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Diskusi ini diadakan di luar kelas untuk menciptakan suasana akademik yang dinamis dan tidak kaku. Di sini, mahasiswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga berargumen dan merespon untuk meningkatkan kualitas diskusi dan mendalami topik-topik yang relevan.
"Dari kegiatan ini, kami berharap komunitas Tika Beut dapat melahirkan banyak kelompok lain yang melakukan diskusi di hari-hari tertentu dengan topik yang berbeda sehingga suasana akademik di kampus semakin hidup dan interaktif," tutup Risky.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa, tetapi juga membangun keterampilan berpikir kritis yang sangat diperlukan di era modern ini. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat menjalani proses belajar yang lebih bermakna dan aplikatif, serta siap menghadapi tantangan di masa depan.
Reporter: Arrahmadan Berutu
Editor: Redaksi