![]() |
Foto: IST |
Kegiatan ini sudah dimulai pada Minggu (14/09/2025), pada hari kedua diisi oleh 3 pemateri dengan materi pertama oleh Fikril Hanif Sufyan, M.Hum., selaku Budayawan Kota Padang menjelaskan bahwa daerah yang disebutkan memiliki sejarah panjang dimulai dari sebuah kawasan rantau yang didirikan oleh perantau Minangkabau. Kota ini mulai berkembang sejak kehadiran Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 dan secara resmi berdiri pada 7 Agustus 1669. VOC sebagai perusahaan Belanda menjadikan tanah Minang sebagai tempat perekonomian seperti Sungai Batang Arau.
Sungai Batang Arau menjadi urat nadi perekonomian Padang tempo dulu yaitu sebagai pusat kopi, emas, teh dan rempah-rempah dengan pembangunan gedung-gedung pemerintahan dan swasta di tepiannya. Pemerintah kolonial Belanda saat itu tidak hanya membangun infrastruktur tetapi juga membangun sebuah pasar yang merupakan kunci dari majunya Kota Padang selain ditemukannya batu bara.
Di wilayah ini terdapat bangunan-bangunan tua, yang daerah tersebut biasa disebut, "Kota Tua," diantaranya; Padangsche Spaarbank yang didirikan pada 1 Januari 1879 oleh Loji Matahari (Freemason) atau Sekte Yahudi. Kemudian, setelah perang dunia kedua kelompok sekte Yahudi disingkirkan oleh gerakan antisemitisme, dan diambil alih oleh Belanda sehingga menjadi tempat menabung yang aman. Kemudian, De Javasche Bank yang didirikan pada 31 Maret 1921 dan diresmikan pada 12 Januari 1925, Kelenteng See Hien Kiong, didirikan pada 1861 oleh komunitas Tionghoa, sempat terbakar pada 1893 dan dibangun kembali pada 1905, Masjid Muhammadan, didirikan oleh pedagang India dari Gujarat pada 1792, dengan arsitektur yang dipengaruhi gaya Mughal India, dan Gedung Joang '45 Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) Padang yang dulunya markas Organisasi BPPI dan saksi pengibaran bendera Merah Putih pertama di Padang pada 21 Agustus 1945.
"Saya sangat terkesan dengan sejarah Kota Padang yang kaya dan beragam dan saya lebih mengenal Kota Padang. Dan melalui materi ini, saya dapat lebih memahami bagaimana kota ini berkembang dari masa lalu hingga sekarang," ujar Hadist Sulistiawati, salah satu anggota LPM Dinamika UIN Sumatera Utara.
Kegiatan PJTLN ini diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi seluruh peserta PJTLN dalam mengembangkan kemampuan jurnalistik serta meningkatkan pemahaman tentang sejarah dan budaya Indonesia, khususnya Kota Minangkabau. Dengan memahami sejarah akan pers mahasiswa akan lebih mudah dalam memahami perkembangan zaman.
Reporter: Zahira Putri Meola