![]() |
Foto: Chalisa Najla Safira |
![]() |
Foto: Belli Al-Kamariana |
Beberapa di antaranya adalah canang ceureukeh, alee tanjung, rapai, dan kendang. Setiap alat musik memiliki fungsi dan cara memainkan yang berbeda. Menurut penjelasan pengelola, alat-alat tersebut dahulu sering digunakan dalam acara adat, pertunjukan seni, serta kegiatan keagamaan masyarakat Aceh.
“Masing-masing alat musik punya makna dan peran tersendiri. Misalnya rapai, yang memiliki beberapa jenis sesuai bentuk dan bunyinya,” jelas Hendra Suharyono, S.Sos, salah satu pengurus Museum Kota Lhokseumawe.
Rapai sendiri dikenal sebagai alat musik yang paling ikonik di Aceh. Hendra menambahkan bahwa ada beberapa jenis rapai, di antaranya rapai daboh, rapai pasee, dan rapai geleng, yang masing-masing dimainkan dalam konteks dan irama berbeda.
Selain menjelaskan asal-usulnya, pengelola museum juga menunjukkan cara memainkan beberapa alat musik tersebut secara langsung kepada pengunjung sebagai bentuk edukasi budaya agar generasi muda lebih mengenal kekayaan musik tradisional daerahnya.
“Kami ingin anak muda tahu bahwa alat musik tradisional Aceh punya nilai seni dan sejarah yang tinggi. Jangan sampai hilang ditelan zaman,” ujarnya.
Museum Kota Lhokseumawe menjadi salah satu tempat yang menyimpan identitas budaya Aceh. Melalui koleksi alat musik tradisionalnya, museum ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan inspirasi bagi masyarakat untuk terus melestarikan seni daerah.
Reporter: Zahratul
Editor: Tiara Khalisna