![]() |
| Foto: IST |
Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa mempelajari berbagai ukiran khas yang terdapat di Rumah Adat Baluntara beserta makna filosofisnya. Selain itu, mereka juga mendapat penjelasan mengenai sejarah rumah adat yang merupakan peninggalan Raja Baluntara sejak tahun 1860. Rumah adat ini telah ditempati oleh tiga generasi raja, yaitu; Raja Djeludin (1850–1895), Raja Selamat (1896–1926), dan Raja Sareh (1927–1945). Setiap masa kepemimpinan meninggalkan jejak dan nilai sejarah yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat.
Mahasiswa KPM turut didampingi oleh Mukhilis selaku penjaga rumah adat yang juga merupakan keturunan langsung dari Raja Sareh, raja ketiga yang pernah menempati rumah tersebut. Beliau memberikan penjelasan mendalam tentang silsilah kerajaan, fungsi rumah adat pada masa lalu, serta pentingnya melestarikan bangunan bersejarah sebagai identitas budaya.
“Rumah Adat Baluntara ini bukan hanya bangunan tua, tetapi warisan sejarah yang harus terus dijaga. Kami senang karena mahasiswa KPM datang untuk belajar dan mengenal lebih dekat sejarah leluhur kami,” ungkapnya.
Kunjungan ini tidak hanya menambah wawasan mahasiswa tentang sejarah lokal, tetapi juga memperkuat hubungan antara mahasiswa KPM dan masyarakat Desa Waq Toweren. Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa diharapkan semakin memahami pentingnya menjaga dan mengenalkan kembali warisan budaya kepada generasi muda.
Reporter: Fitdaturrahmi


