HEADLINE

Latest Post
Loading...

29 October 2016

Menjadi Aktivis Mahasiswa Teladan

Oleh : Taufik Syarboini

Dalam dunia kampus menurut penulis mahasiswa terbagi dalam 3 kelompok, yaitu aktivis, akademis, dan romantic. Namun tidak perlu penulis jelaskan apa perbedaan ketiganya, penulis hanya akan menyoroti salah satu yang dianggap substansial, adalah mahasiswa aktivis. Menjadi aktivis mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat mendukung intelektualitas seorang mahasiswa. Disitu akan mendapatkan banyak pengalaman yang mungkin dibangku kuliah tidak pernah kita cicipi dengan puas. organisasi adalah laboratorium terbuka, kita mau belajar apa saja ada disana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2002), pengertian aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Dari pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa aktivis merupakan orang yang bergerak untuk melakukan sebuah perubahan dan memiliki wadah sebagai alat untuk mencapai tujuan perubahan tersebut.

Bagi sebagian orang ketika mendengar kata aktivis, imajinasi yang muncul dalam benaknya adalah aktivis merupakan sosok orang yang kritis, idealis, lama lulus kuliah, urakan, jarang mandi, prestasi akademiknya kurang, jarang kuliah dan kerjaannya demo dan bicara politik melulu.

Namun, jika kita pikirkan lebih lanjut, muncul sebuah pertanyaan yakni apakah setiap orang yang memilih jadi aktivis pasti identik dengan hal-hal di atas ?. Bukankah banyak aktivis yang memiliki banyak prestasi, mandiri, bertanggumg jawab, menyelesaikan studi tepat waktu dengan nilai yang memuaskan, berpenampilan rapi dan tetap tidak kehilangan identitasnya sebagai seorang aktivis. Artinya, beberapa aktivis yang berpenampilan urakan, jarang kuliah, prestasi akademiknya kurang dan lama lulus adalah sebuah pilihan pribadi dan bukan sebagai konsekuensi logis menjadi seorang aktivis. Dalam hal ini perlu kita seksama dengan jeli membedakan hakikat sebagai seorang aktivis dengan cara seorang individu memilih cara berperilaku.

Kalau mengenai cara berperilaku yang tidak baik itu jangankan ketika seseorang terlibat dalam organisasi mahasiswa dan menjadi aktivis mahasiswa, jika tidak berorganisasipun bisa jadi dia berperilaku negatif tersebut. Perilaku-perilaku aktivis yang demikian dalam ini sangat disayangkan, harusnya dengan menjadi aktivis semua terdongkrak menjadi lebih baik. Ketika para aktivis mahasiswa dikampus yang memiliki rekam jejak perilaku yang tidak baik menjadi contoh buat mahasiswa-mahasiswa yang lain maka coba kita bayangkan bagaimana mereka akan beranggapan negatif tentang aktivis mahasiswa.

Ketika para aktivis mahasiswa yang prestasinyapun tiada akhlakpun tidak dijaga, maka apa yang mau dibangga?. Dari karena itu sudah seharusnya aktivis itu memperbaiki diri, membuktikan kelebihannya sebagai seorang aktivis, menjaga titel aktivisnya itu. Jangan selalu berbicara idealis tetapi kemudian dibelakangnya menjadi penjilat untuk kepentingan pribadinya, selalu berbicara keterbukaan anggaran namun ketika ada kesempatan mengelola anggaran dilahap habis-habisan atas keegoisan pribadi. Sering berbicara memperjuangkan kebenaran namun menghalalkan segala cara demi suatu jabatan. Sering pandai mengutarakan kritik namun kurang gairah menawarkan solusi. Sering berbicara untuk kepentingan umum padahal semuanya atas kepentingan pribadi. Kalau ini yang terjadi,dimana harkat seorang aktivis mahasiswa?.

Aktifis mahasiswa yang punya semangat juang tinggi, selalu menomor satukan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan sendiri. Namun pada dasarnya setiap organisasi khususnya organisasi mahasiswa merupakan organisasi yang tidak hanya menjadi tempat berkumpul orang yang punya kesamaan hoby atau aktivitas saja, tapi menjadi second campus bagi para anggotanya untuk menunjang intelektual dimana nantinya menjadi lulusan yang memiliki sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam kemajuan zaman.

Banyak yang merasa hidupnya berubah setelah banyak bergaul dengan orang-orang yang produktif dan bergabung dengan organisasi. Di antara mereka menyatakan cara berpikirnya berubah saat mengikuti beragam aktivitas kemahasiswaan. Hatinya tergerak untuk berperan dalam gerakan moral. Dan kepekaannya semakin terasah. Betapa banyak orang yang tidak beruntung bukan karena tidak bisa berorganisasi, tapi karena mereka tidak mau berorganisasi.

Sebagai seorang mahasiswa, menjadi aktivis adalah sebuah panggilan moral. Mahasiswa sebenarnya adalah penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas mahasiswa tidak hanya belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga membumi ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari konsep ini dapat terlihat jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan masyarakat.

Kini bukan zamannya lagi mahasiswa hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang (kupu-kupu). Negeri ini tak hanya butuh generasi yang pintar secara intelektual dan mampu menyanjung atau menghujat saja, tetapi generasi pembaharu sekaligus penyambung lidah rakyat yang memberikan kontribusi dan manfaat. Jangan jadikan kepadatan jadwal akademik sebagai pembenaran untuk menghalangi kita melaksanakan peran sebagai mahasiswa yang memiliki “gelar” agent of change, agent of social control dan iron stock.


Kemudian yang terpenting seorang aktivis berarti menggunakan waktunya untuk belajar juga entah itu di bangku kuliah atau jika diorganisasi dengan mengamati, membaca dan diskusi dengan orang yang lebih capabel. Bisa juga saat ia mempelajari sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya  Kemudian dari itu seorang aktivis juga merupakan seorang yang menjadi pengajar. Bagi seorang aktivis yang sudah memiliki jabatan tinggi, dia punya kewajiban mengarahkan junior-juniornya, dituntut mampu memberikan motivasi,dan mengajarkan semua ilmu yang pernah ia miliki. Lain dari pada itu suatu hal yang amat tidak kalah pentingnya adalah ia berkembang menjadi seorang konseptor yang visioner dan sarat pengalaman. Bagaimana mengonsep suatu acara, membuat konspirasi bahkan sampai bagaimana merekayasa sosial masyarakat (kampus).


(Penulis merupakan Alumni dan Mahasiswa Program Pasca Sarjana STAIN Malikussaleh Lhokseumawe) serta Kader Aktif Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lhokseumawe-Aceh Utara.)
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.