HEADLINE

Latest Post
Loading...

28 October 2016

Sang Pendidik Bukan Sekedar Tuntutan Kerja

Oleh : Gunawan, S.Pd.I

Masih terngiang dimasa lalu bersekolah, menyaksikan teriakan lantang guru-guru, serta  hentakkan kayu yang membisingkan telinga dengan jantung berdebar-debar, oh tuhan masa sekolahku dulu penuh dengan kemiliteran, yang berbuat curang disaat ujian bersiap menerima konsekuensi yang tak tertulis, namun bersifat aksi yang pasti itu sangat menyakitkan. Tidak ada pembelaan hanya diam terpaku terbelunggu penuh dosa, lidah yang tak bertulangpun menjadi kaku dan bungkam. Mata ini menjadi saksi bisu melihat teman-teman yang menjadi tersangka atas kesalahan yang mereka perbuat didalam kelas, ya setiap kesalahan pasti akan mendapatkan hukuman yang harus diterima, namun peroses hukumannya  penuh dengan keganasan, keganasan yang menjadi sebuah alasan rasa kasih sayang agar melahirkan generasi yang disiplin dan bermoral, seperti itulah alasan yang pernah diucapkan oleh seorang pendidik atau guru, ketika ada yang memperotes aksi ketegasannya.

Sekolah menjadi rumah persinggahan sementara calon kaum intelektual. Hiruk pikuk dalam ruang menjadi momen penuh kesan, sebelum para guru masuk untuk mengajar, dari kejauhan mereka tampak seperti sosok yang menakutkan, dalam hati setiap peserta didik terbesit pukulan seperti apa lagi yang akan diterima jika kami tidak mampu memahami pembelajaran dengan baik, situasi dalam kelas menjadi menegangkan dan menakutkan, mereka yang duduk di bangku paling belakang selalu menjadi sasaran pelemparan penghapus papan tulis yang tebal. belum lagi tamparan lima jari yang sangat dahsyat yang suaranya mengemparkan hati dan jiwa. Ini sunggh sangat menakutkan.

Seperti itulah sedikit gambaran kisah pendidikan saya di tahun sembilan puluhan keatas, Setiap masa ada kisah yang harus diceritakan, bagai kisahnya manusia dalam teori Evolusi “Darwin” dimulai dari manusia yang hidup pada zaman batu sampai zamannya modern, yaa kita sebagai umat muslim masa kita berawal dari kisahnya nabi “Adam as’ hingga masanya “Nabi Muhammad saw”, biarkan Charles Darwin saja yang hidup mengikuti jejak nenek moyangnya di zaman batu tersebut.

Mendidik dengan hati.
Kini pendidikan tidak lagi bersanding dengan kekerasan. Pendidikan bagaimana bisa melayani sepenuh hati peserta didik dengan baik dan tidak melahirkan generasi penuh dendam. Efek Orientasi siswa baru yang tidak profesional menjadi sebuah tradisi dan akan sangat berdosa jika tidak dilaksanakan hingga nyawapun harus dikorbankan. Proses Melahirkan akhlak yang budi menjadi tujuan utama pendidikan. Bukan semata mengejar prestasi dan berkompetisi. Rugi berprestasi jika akal dan budi tidak melekat dihati. Jadikan prestasi sebagai bonus dari perjuangan dalam belajar, namun kini masih saja ada peserta didik yang terbeban dalam belajar dikarenakan ia merasa tidak miliki potensi sama sekali. Potensi dalam dirinya belum ia temukan yang sebenarnya, inilah menjadi tugas tenaga pengajar yang sesungguhnya mencari dan menumbuhkan potensi peserta didik yang sebenarnya, bukan memaksa untuk mengerti setiap pelajaran yang guru ajarkan. Dari sanalah lahirnya rasa amarah dan kekesalan seorang pendidik kepada peserta didiknya.

Peran hati sangat dibutuhkan dalam bertindak terutama bertindak dalam mengajar menghipnotis peserta didik agar tertarik dalam belajar membuat segalanya menjadi berkesan baik diawal hingga di akhir pembelajaran. Bejuta strategi dan metode akan dikalahkan dengan strategi hati yang benar-benar melekat dalam jiwa seorang guru.

Seperti itulah profesi seorang pendidik yang dianggap enteng dimata khalayak ramai, dan terkadang juga menjadi sebuah hujatan yang memilukan ketika kesalahan yang dibuat oleh sang pendidik, hingga lupa bahwa ilmu yang sudah guru berikan memberikan investasi masa depan. Ini tugas sang pendidik yang sangat dahsyat, dikarenakan yang mereka hadapi bukan mesin yang sudah tersistem dengan baik sesuai dengan perogram yang dinginkan, namun profesi guru yang mereka hadapi adalah manusia yang  memilliki miliaran sel otak, dengan berbagai macam pikiran, akal dan tingkah laku yang tidak karuan, mereka  yang harus dipersiapkan dengan pasokan ilmu yang cemerlang. Terkadang emosi  keluar dengan sendirinya dengan tidak disengaja. Yang dibutuhkan dalam jiwa seorang pendidik adalah sebuah keikhlasan dan ketulusan dengan menjadikan profesi pendidik bukan hanya sekedar tuntutan kerja, namun menjadikan sebagai tuntutan hati dan hobi hingga emosi tidak terealisasi dengan baik. Guru juga manusia yang berselimut nafsu seperti manusia yang lainnya, dan ia dikenang bukan seperti pahlawan perkasa,  karna yang ia pegang bukan senjata, Namun kapur, spidol dan penghapus sebagai amunisinya dalam berjuang melahirkan kader bangsa yang cerdas.

Biarkan kemulian yang maha kuasa membalas jasa-jasa mereka para pendidik. seburuk dan sekejam apapun mereka, setiap kebaikan yang ia berikan telah mengantarkan anak didiknya dimasa depan yang cemerlang. Mari mengenang jasanya agar terlupakan segala bentuk ketegasan yang pernah mereka lakukan. Akhirnya saya juga merasakan menjadi profesi Guru dan saya juga merasakan apa yang sudah dirasakan oleh guru-guru saya sebelumnya. Yang terpenting menjadi profesi guru tidak hanya semata tuntutan kerja namun jadikan sebagai tuntutan hati memberi sejuta inspirasi.

Peran orang tua dirumah merupakan faktor terpenting alam mendidik anak-anak mereka. Segalanya bukan dari guru semata, kegagalan peserta didik selalu dikaitkan oleh guru yang gagal dalam membina dan mendidik, sebagaimana Ibnu Khaldu berpesan :
Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman, maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tatakrama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orangtua mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengejarnya.”

 Dari pesan diatas hubungan guru dan dan orang tua atau wali siswa harus memiliki keterkaitan yang menjadi sebuah kerjasama dalam membina anak-anak. Memberikan evaluasi setiap saat baik bertatap muka maupun hanya sekedar mengirim pesang singkat, tentang gambaran dan keadaa siswa dalam belajar, hal ini akan mengurangi kekerasan yang terjadi didalam sekolah.

Penulis Merupakan Alumni STAIN Malikussaleh. Saat ini ber Profesi menjadi salah satu Staf Pengajar Yayasan Sukma Bangsa Lhokseumawe.
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.