![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Penulis: Alya Nadila
Editor: Tiara Khalisna
Foto: Nurul Fadilah www.lpmalkalam.com - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) L...
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Penulis: Alya Nadila
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
| Foto: Raja Oktariansyah |
Namun, di balik angka yang mengesankan tersebut, muncul ironi yang tidak bisa diabaikan begitu saja: kondisi fasilitas kampus yang masih jauh dari kata layak.
Mahasiswa, sebagai pengguna langsung dari sistem pendidikan ini, masih harus bersabar dengan sanitasi yang tidak memadai, seperti toilet kampus yang sering rusak, air yang kadang tidak mengalir, hingga bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan belajar. Di ruang kelas, kipas angin yang seharusnya menjadi kebutuhan dasar di tengah suhu ruang yang tinggi, justru belum tersedia secara merata. Beberapa kelas bahkan masih harus dijalani dengan lantai ubin yang pecah, membahayakan keselamatan dan kenyamanan mahasiswa.
Tak hanya itu, akses internet kampus yang lamban juga menjadi keluhan utama. Di era digital saat ini, konektivitas internet merupakan bagian tak terpisahkan dari proses belajar dan pengembangan diri. Sayangnya, access point yang digunakan masih tergolong usang, sehingga tidak mampu mengakomodasi kebutuhan digital ribuan mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa kesulitan mengakses sumber belajar daring, mengikuti kelas hybrid, atau sekadar mencari referensi akademik secara lancar.
Pertanyaannya, apakah prestasi dalam jumlah pendaftar layak dirayakan ketika kualitas pelayanan dasar bagi mahasiswa justru diabaikan?
Tentu kita tidak menolak kemajuan. Namun, kemajuan seharusnya bersifat menyeluruh, bukan hanya pada angka-angka pendaftar, melainkan juga pada kualitas hidup dan pengalaman belajar mahasiswa. Sebab pada akhirnya, wajah sejati sebuah kampus tidak ditentukan dari berapa banyak yang diterima, tetapi dari bagaimana mereka diperlakukan setelah diterima.
Jika Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe ingin mempertahankan, bahkan meningkatkan kepercayaan publik, maka sudah saatnya perhatian dialihkan dari sekadar mengejar kuantitas menuju pembangunan kualitas. Prestasi tidak cukup berhenti pada seremoni penghargaan, ia harus diterjemahkan dalam bentuk nyata yang dapat dirasakan mahasiswa: toilet yang layak, ruang belajar yang nyaman, koneksi internet yang stabil, serta fasilitas yang aman dan merata.
Mahasiswa tidak butuh angka. Mereka butuh bukti.
Reporter: Raja Oktariansyah
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: IST |
Dalam sesi yang dimulai pukul 14.00 WIB tersebut, Ilham menyampaikan materi seputar langkah-langkah untuk memproduksi konten yang menarik. Beliau juga menambahkan edukasi tentang email kampus pada sesi workshop tersebut, "Untuk ke depannya semua organisasi mahasiswa UKK dan UKM jika membuat akun media sosial itu harus menggunakan email kampus dan jika ingin membuat email kampus boleh ajukan surat dahulu kepada TIPD," ujarnya
Peserta yang hadir berasal dari perwakilan berbagai Organisasi Mahasiswa (Ormawa), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Unit Kegiatan Khusus (UKK). Kegiatan ini mengusung tema "Media Cerdas, Mahasiswa Berkualitas" yang bertujuan meng-upgrade kemampuan pengelolaan media sosial organisasi mahasiswa, termasuk dalam pembuatan konten hingga peningkatan insight di berbagai platform digital.
Ketua panitia sekaligus Menteri Kominfo DEMA-U, Andika Bayu Kurnia menyampaikan harapannya dengan adanya kegiatan ini dapat membangun branding di akun sosial media organisasi kampus. “Semoga setelah dilaksanakan kegiatan ini para Ormawa se-UIN bisa membangun branding masing-masing akun sosmednya baik di tingkat universitas, fakultas (SEMA/DEMA) maupun HMJ serta UKM," ujarnya.
Reporter: Indira Ulfa Rizkya
Editor: Zura
![]() |
| Foto: IST |
Kegiatan ini turut menghadirkan tiga pemateri dari kampus setempat, yakni Zulbadri, S.H., Aulia Rahmat, S.Pd, M.Pd., dan Ir. Muhammad Ilham, S.T., M.I.T yang dibagi menjadi tiga sesi. Workshop ini juga dihadiri oleh perwakilan Informasi dan teknologi (Infokom) setiap Organisasi Mahasiswa (Ormawa), Unit kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Unit kegiatan Khusus (UKK) UIN SUNA.
Pada pagi hari kegiatan ini diisi oleh Zulbadri yang menyampaikan materi dengan tema Desain Feed Instagram dan Optimasi Media Sosial Organisasi Mahasiswa. Materi yang disampaikan meliputi pengelolaan media sosial organisasi kampus. Pada sesi ini membahas peran media sosial bagi suatu organisasi, cover (berupa desain) pada feed Instagram, optimalisasi penggunaan media sosial organisasi, masalah dan solusi yang terjadi, serta tips pengelolaan profesional.
![]() |
| Foto: IST |
"Semoga setelah di laksanakan kegiatan ini para Ormawa se-UIN bisa membangun branding masing-masing akun sosmednya, baik di tingkat Universitas, Fakultas seperti Senad Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Jurusan seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), serta UKM dan UKK," ujarnya.
Reporter: Ririn Dayanti Harahap
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
| Foto: IST |
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan pemahaman mahasiswa dalam bidang administrasi kelembagaan, khususnya dalam hal surat-menyurat dan penyusunan anggaran kegiatan.
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Bagian Umum dan Layanan Akademik (ULA), Yusnidar, S.Ag., M.H., Kasubbag Umum dan Rumah Tangga, Kanna Rizky, M.Kom., serta seluruh perwakilan Ormawa, UKK, dan UKM di lingkungan Univeritas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe.
Dalam sambutannya, Yusnidar menyampaikan pentingnya membenarkan yang biasa dan membiasakan yang benar. Ia menekankan bahwa saat ini sistem administrasi tidak lagi harus menggunakan berkas fotokopi, melainkan dapat dilakukan melalui berkas digital dengan tanda tangan elektronik. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi serta mengurangi penggunaan kertas. Selain itu, beliau juga menjelaskan pentingnya pemahaman dalam tata cara penyusunan surat yang benar, terutama berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap lembaga dan ditujukan kepada pihak terkait.
Achirul, S.E., dalam pemaparannya menegaskan bahwa proses administrasi, seperti penyerahan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ), Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan pemesanan belanja bahan, harus dilakukan sesuai prosedur melalui sistem POK. Ia juga mengingatkan bahwa anggaran yang disusun harus sesuai dengan ketentuan, tidak boleh dimanipulasi, dan harus dipastikan bahwa anggaran, POK, serta Surat Keputusan (SK) telah tersedia sebelum kegiatan dilaksanakan.
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Selanjutnya, Dewi Saputri turut menyampaikan beberapa poin penting terkait teknis pelaksanaan administrasi kegiatan. Ia menyebutkan bahwa LPJ kegiatan harus disiapkan sejak kegiatan mulai dilaksanakan. Perencanaan kegiatan juga wajib dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembina, kemudian disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Sebelum kegiatan dimulai, SK harus sudah tersedia. Ia juga mengingatkan bahwa absensi peserta harus dibagikan di awal kegiatan, bukan setelah kegiatan selesai. Selain itu, dokumentasi kegiatan harus mencakup foto dari empat sudut, yaitu kiri, kanan, depan, dan belakang.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa pembayaran untuk pihak eksternal, seperti moderator atau pembicara dari luar civitas kampus, harus mengacu pada Standar Biaya Masuk (SBM), pembayaran hanya dapat dilakukan jika pihak tersebut berasal dari luar kampus dan maksimal sebesar 10% dari jumlah peserta. Moderator dibayar per kegiatan, sedangkan pemateri dibayar per jam sesuai peraturan yang berlaku. RAB kegiatan juga harus sudah disusun dan diketahui sejak awal pelaksanaan.
Dalam sesi berikutnya, Kanna menekankan bahwa seluruh kegiatan yang akan diselenggarakan harus memiliki RAB yang telah dirancang sejak tahun sebelumnya, bukan disusun secara mendadak ketika kegiatan hendak dilaksanakan.
Ketua panitia pelaksana, Andi Mahendra Putra Nasution, menyampaikan bahwa kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai struktur administrasi kelembagaan, khususnya dalam penulisan surat-menyurat. "Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan manfaat besar bagi seluruh mahasiswa di bidang keorganisasian, serta menjadi program yang berkelanjutan di setiap lembaga," ujarnya.
Salah satu peserta, Rauza Alya dari Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI), juga menyampaikan kesannya terhadap kegiatan tersebut. "Menurut saya, kegiatan hari ini sangat menambah wawasan. Materi yang disampaikan memberikan banyak manfaat bagi saya secara pribadi. Harapannya, kegiatan ini terus diselenggarakan agar mahasiswa berikutnya memahami hal-hal penting dalam administrasi organisasi," ungkapnya.
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Acara ini dihadiri oleh Ketua Jurusan (Kajur) dan Sekretaris Jurusan (Sekjur) PGMI, yakni Sarah Fazillah, S.Si., M.Pd.dan Misrina, S.Pd., M.Pd. serta dibuka untuk umum, khususnya seluruh civitas academica UIN SUNA Lhokseumawe.
Dalam expo ini, dipamerkan beragam karya kreatif mahasiswa, mulai dari produk makanan, lukisan, kerajinan tangan, media pembelajaran, kolase, alat peraga dari bahan daur ulang, hingga kostum 3 dimensi (3D). Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang unjuk bakat, tetapi juga sebagai bentuk implementasi pembelajaran dari berbagai mata kuliah.
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Expo ini merupakan bentuk pemenuhan tugas mata kuliah, sekaligus sarana untuk mengasah skill dan bakat mahasiswa PGMI serta sebagai wadah untuk menampilkan apresiasi seni dan aktualisasi hasil pembelajaran mahasiswa.
"Harapannya, kegiatan ini bisa terus dilaksanakan setiap tahun dengan persiapan dan pelaksanaan yang lebih meriah dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Reporter: Aprillia Fira Purnama
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
| Foto: Pexels.com |
Gadget bukan sepenuhnya alat yang buruk. Ia bisa menjadi sarana edukatif yang luar biasa jika digunakan dengan benar, misalnya untuk belajar bahasa, membaca buku digital, atau menonton video pembelajaran. Namun, jika dibiarkan tanpa pengawasan, gadget dapat menjadi sumber kecanduan, menurunkan konsentrasi, serta mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak.
Banyak orang tua dan pendidik yang belum memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam mengatur penggunaan gadget secara sehat. Akibatnya, anak-anak dibiarkan terlalu bebas, atau justru terlalu dilarang tanpa penjelasan yang memadai. Kedua pendekatan ini bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
![]() |
| Foto: Pexels.com |
Pendidikan yang baik tidak hanya mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh, tetapi juga menjelaskan "mengapa?". Oleh karena itu, anak-anak perlu diajak berdiskusi mengenai dampak bermain gadget terlalu lama, diajarkan cara mengelola waktu, serta diberikan alternatif kegiatan yang menyenangkan dan mendidik di luar layar.
Orang tua adalah "guru pertama" bagi anak. Keteladanan mereka sangat menentukan. Jika orang tua sendiri kecanduan gadget, maka akan sulit mengharapkan anak mampu membatasi diri. Maka dari itu, edukasi kepada orang tua tentang pola pengasuhan digital sangatlah penting.
Dengan demikian, ledakan penggunaan gadget yang membludak saat ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Ia merupakan cermin dari bagaimana pendidikan anak, baik di rumah maupun di sekolah, dijalankan. Dengan pendidikan yang kuat dan bijak, gadget dapat menjadi alat yang mendidik, bukan merusak. Sebaliknya, tanpa bimbingan, anak-anak dapat tersesat dalam dunia digital.
Penulis: Rusmawati
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: Muhammad Alif Maulana |
![]() |
| Foto: IST |
Kegiatan diawali dengan sambutan hangat dari Ketua Jurusan TBIn, Istiqamah, M.Pd. Dalam sambutannya, Istiqamah menegaskan pentingnya penguasaan strategi penyampaian materi, tidak hanya sekadar penguasaan konten. “seorang guru tidak hanya harus mampu mempelajari materi, namun juga bagaimana materi tersebut disampaikan kepada para siswa," ujarnya. Ia berharap kegiatan ini dapat membuka cakrawala pengetahuan mahasiswa serta dapat mempraktikkan model pembelajaran yang efektif di dalam kelas.
Kuliah tamu ini dibuka secara resmi oleh Dekan FTIK, Dr. Jumat Barus, SS., M.S., yang memberikan semangat dan motivasi kepada para mahasiswa. “Ilmu dari bangku kuliah hanyalah awal. Dunia kerja menuntut guru yang mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang relevan dan kekinian. Jangan sampai kita menggunakan model yang sudah ketinggalan zaman,” tegasnya.
Kegiatan ini turut menghadirkan pemateri hebat yang berasal dari Universitas Tidar, Dr. Ayu Wulandari, M.Pd. Ayu memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi guru di kelas, termasuk kendala dari sisi peserta didik maupun pendekatan pembelajaran itu sendiri. “Solusinya adalah memilih model pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa. Guru harus mampu menciptakan ruang belajar yang membuat siswa aktif dan terlibat,” jelasnya.
Sesi tanya jawab menegaskan pentingnya pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi, seperti discovery learning, inquiry learning, problem based learning, dan project based learning yang memiliki fokus dan pendekatan berbeda. Pembelajaran berdiferensiasi, perencanaan pembelajaran mendalam, serta pemahaman perbedaan antara modul ajar dan modul pembelajaran juga menjadi kunci dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Rilisan
Editor: Zuhra
![]() |
| Foto: IST |
Aulia Rahmat, M.Pd., salah satu Tim Humas menyampaikan bahwa informasi prestasi mahasiswa yang dimuat di media sosial kampus berasal dari mahasiswa itu sendiri, dengan cara mengirimkan informasi tersebut ke email Humas. Jika tidak dikirimkan, maka tidak ditayangkan karena tidak ada informasi yang diperoleh oleh Humas.
Hal ini disetujui oleh Saifuddin, S.Sos., Pranata Humas Muda yang mengatakan bahwa informasi tersebut dikirimkan oleh mahasiswa yang bersangkutan atau melalui fakultas dan jurusan masing-masing. "Kalau dia (mahasiswa) juga nggak kasih tau (kalau) dia juara, apalagi dia juaranya bukan dikirim oleh kampus, tapi (berbentuk) prestasi, fakultas atau jurusannya juga mungkin nggak tau. Ya, nggak naik di sini," ungkapnya.
Beliau juga mengatakan bahwa Humas kerap mencari tahu informasi-informasi melalui website LPM Al-Kalam dan masing-masing jurusan, menghindari ketertinggalan informasi. Menurut pengakuannya, sekecil apapun prestasinya, jika positif, maka akan ditayangkan jika pihak Humas mengetahuinya.
Namun demikian, ada pula berita yang tidak dimuat dikarenakan adanya ketidaksesuaian format yang telah disampaikan oleh Humas saat mahasiswa ingin mengirimkan informasi melalui email. "Ada yang layak dipublikasikan, ada yang tidak dipublikasikan. Selemah-lemahnya mengirimkan rilis ke Humas, mereka harus menyebutkan 5W + 1H, atau nomor (handphone) yang bisa kami konfirmasi. Kalau nggak ada, ya, sudah, kami skip," jelas Aulia.
Tata cara pengiriman berita yang belum diketahui seluruhnya oleh mahasiswa UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe juga diperjelas oleh Aulia. Ia mengatakan bahwa panduan pengiriman berita telah disebarluaskan melalui divisi Infokom masing-masing Organisasi Mahasiswa (Ormawa). "Organisasi mahasiswa itu kan, wadah bagi mahasiswa. Jadi, kami cuma teruskan ke Ormawa aja. Nggak harus ke semua (mahasiswa) ini. DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa), kan, ada presiden, departemen, menteri. Infokomnya yang harusnya menyebarkan ke seluruh mahasiswa," tambahnya.
Aulia mengatakan, penyampaian informasi ini tidak disampaikan langsung kepada seluruh mahasiswa. Hal ini bertujuan agar jurusan, fakultas, Ormawa, hingga seluruh kampus mengetahui bahwa mahasiswa tersebut sedang berprestasi melalui penyampaian informasi secara bergilir, sehingga ada apresiasi dari masing-masing untuk memberi ucapan selamat kepadanya. Namun, mahasiswa peraih prestasi ini dapat mengirimkan informasi tersebut secara langsung melalui email Humas. Layanan Humas juga dapat diakses melalui media sosial dan WhatsApp Sapa Humas.
Reporter: Alya Nadila dan Ririn Dayanti Harahap
Penulis: Alya Nadila
Editor: Zuhra
![]() |
| Foto: Pexels.com |
Di Lhokseumawe, 1 Muharam bukan sekadar angka baru dalam penanggalan Islam, melainkan dapat dimaknai sebagai momentum kolektif untuk berhijrah secara spiritual dan sosial. Saya menyaksikan bagaimana masyarakat menyambut hari besar ini dengan kekhidmatan dan kebersamaan yang luar biasa. Pawai akbar yang melibatkan pelajar, santri, tokoh masyarakat, dan umat Muslim dari berbagai kalangan menjadi bukti bahwa semangat hijrah tidak hanya hidup dalam kisah sejarah Rasulullah saw. tetapi juga tercermin nyata dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh. Sebagai perantau, saya merasa tidak hanya disambut, tetapi juga diajak turut serta dalam kebersamaan itu. Saya tidak hanya menyaksikan keramaian, tetapi merasakan keterikatan yang menghangatkan hati.
Pada malam harinya, suasana religius semakin terasa. Masjid-masjid dipenuhi jamaah yang mengikuti zikir akbar dan doa bersama. Saya berkesempatan mengikuti salah satu kegiatan tersebut di lingkungan kampus. Tausiah dari para ulama tidak hanya membahas sejarah hijrah, tetapi juga menyentuh sisi personal, bagaimana kita sebagai individu perlu terus memperbaiki diri, meninggalkan keburukan, dan menjemput kebaikan. Dalam suasana tersebut, saya merasa benar-benar diajak untuk merenung bukan hanya sebagai mahasiswa, tetapi sebagai manusia yang terus berproses dalam perjalanan spiritualnya.
Yang tak kalah menyentuh adalah kegiatan santunan anak yatim yang menjadi bagian penting dalam perayaan ini. Di Lhokseumawe, kepedulian terhadap anak yatim bukan hanya wacana, tetapi benar-benar diwujudkan dalam bentuk perhatian dan kasih sayang. Saya menyaksikan sendiri bagaimana mereka tidak hanya diberikan bantuan materi, tetapi juga disapa hangat, ditemani, dan dirangkul sebagai bagian utuh dari masyarakat. Dari situ saya belajar bahwa keberagamaan bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga tentang kepedulian sosial.
Terlihat juga bagaimana institusi pendidikan di Aceh berperan aktif dalam menyemarakkan Muharam. Lomba-lomba Islami di sekolah dan pesantren seperti tilawah, azan, kaligrafi, dan ceramah agama menjadi sarana untuk menumbuhkan semangat kompetisi yang sehat sekaligus menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. Di kalangan mahasiswa, diskusi keagamaan dan kajian makna hijrah dalam konteks kekinian menjadi ruang intelektual yang sangat bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai keislaman di Aceh tidak hanya diwariskan, tetapi juga dibumikan secara konkret.
Sebagai mahasiswa dari luar daerah, saya merasa sangat beruntung bisa menyaksikan langsung sebuah perayaan yang tidak hanya kaya akan tradisi, tetapi juga sarat dengan nilai. Saya belajar bahwa hijrah bukan hanya soal berpindah tempat, melainkan juga berpindah sikap, cara pandang, dan pola hidup ke arah yang lebih baik. Perayaan 1 Muharam di Lhokseumawe menjadi contoh nyata bagaimana semangat itu dapat tumbuh dalam kehidupan masyarakat secara alami dan berkelanjutan.
Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa tradisi perayaan 1 Muharam di Lhokseumawe adalah kekayaan yang tidak hanya layak dipertahankan, tetapi juga perlu dikembangkan dan dikenalkan lebih luas. Di tengah arus globalisasi yang sering kali mengikis nilai-nilai lokal dan spiritual, perayaan seperti ini menjadi ruang dakwah kultural yang efektif. Ia tidak hanya mempererat ukhuwah, tetapi juga menjadi penanda bahwa identitas keislaman masih kuat berakar dalam masyarakat. Sebagai mahasiswa perantauan, saya tidak hanya membawa ilmu dari kampus, tetapi juga pengalaman batin yang akan saya kenang dan jadikan bekal dalam perjalanan hidup saya ke depan.
Penulis: Arahmadan Jaminur Berutu
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: Neza Azharni |
Pelatihan ini mengusung tema "Menjembatani Cinta Tanpa Suara, Berseni dengan Isyarat yang bermakna." Kegiatan ini diikuti sekitar 80 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, serta tamu undangan. Kegiatan ini bertujuan membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, sebagai upaya membangun komunikasi yang inklusif dan ramah disabilitas.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Wakil Rektor III, Dr. Darmadi, S.Sos., M.Si. “Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada panitia pelaksana, khususnya kepada Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah menggagas kegiatan ini dengan semangat inklusi dan empati," ungkap Darmadi dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini tidak hanya tentang belajar bahasa isyarat sebagai alat komunikasi, tetapi juga tentang membuka hati, membangun kesadaran, dan menjembatani cinta kepada saudara-saudara dari kalangan disabilitas. “Cinta tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata. Terkadang, isyarat sederhana mampu menyampaikan makna yang lebih dalam daripada seribu kalimat,” tambahnya.
Ia juga berharap kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun kampus yang ramah disabilitas, bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara emosional dan spiritual.
Ketua Jurusan KPI, Zanzibar, M.Sos., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian sosial mahasiswa terhadap kelompok disabilitas, khususnya tuna rungu, serta sebagai langkah awal menciptakan lingkungan kampus yang lebih terbuka dan inklusif.
Acara pelatihan diisi oleh pemateri yang berkompeten di bidang bahasa isyarat, yaitu Mursyita, S.Pd.Gr., guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Aneuk Nanggroe. Melalui pelatihan ini, Mursyita berharap peserta mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari serta menyebarkan kesadaran akan pentingnya komunikasi yang setara.
Ketua panitia, Arif Firmanda, menyampaikan, “Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas, khususnya teman-teman tuli dan tunawicara. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi semua kalangan.”
Ia menambahkan harapannya agar mahasiswa mampu menjalin komunikasi yang lebih baik dengan penyandang disabilitas, serta tidak lagi mengasingkan mereka dalam kehidupan sosial.
Ketua HMJ KPI, Ferdi Firmansyah, mengungkapkan, "Tujuan pelatihan ini sangat banyak, khususnya untuk kalangan disabilitas. Menurut saya, anak-anak disabilitas saat ini masih kurang mendapat perhatian. Maka dari itu, pelatihan ini diadakan agar mereka bisa lebih dipandang dan diingat oleh masyarakat luas.”
Ferdi berharap anak-anak disabilitas semakin terlihat dan tidak lagi dipandang sebelah mata. Kepada masyarakat umum, ia mengajak untuk lebih menghargai dan tidak merendahkan mereka. "Karena pada dasarnya, kita semua itu sama. Semoga kita semua bisa lebih baik dan saling menghargai ke depannya,” tuturnya.
Reporter: Juramaida Ziliwu
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: IST |
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama strategis antara FEBI UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe dan PT Pegadaian, dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap literasi keuangan syariah serta memperkenalkan peluang investasi emas di kalangan generasi muda.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Dr. Iskandar, M.Si., yang mewakili rektor. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi kolaborasi antara kampus dan dunia industri, khususnya pegadaian, dalam memberikan wawasan praktis kepada mahasiswa.
Basuki Tri Andayani, Deputi Operasional Kanwil I Sumatera Utara–Aceh turut memberikan sambutan pembuka. Ia menekankan pentingnya literasi keuangan dalam membentuk generasi muda yang cerdas secara finansial dan berorientasi pada ekonomi syariah yang adil dan inklusif.
![]() |
| Foto: IST |
Seminar ini menghadirkan empat narasumber berkompeten, yaitu:
1. Dr. Iskandar, M.Si. – Wakil Rektor I UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe
2. Sofwan Idris, S.Kom., M.M., Ph.D. – Owner Petrodollar Coffeatery & Roastery
3. Anisa Ul Munawarah – Marketing Kelembagaan B2B Pegadaian Area Banda Aceh
4. Sahrel Jumadi – Customer Relationship Officer Pegadaian CPS Lhokseumawe
Acara dipandu oleh Zulfikar Syarif, S.E., M.S.M. selaku moderator yang mengarahkan diskusi menjadi lebih interaktif dan inspiratif.
Seminar ini turut dihadiri oleh jajaran pimpinan FEBI UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe:
1. Tgk. Munawar Rizki Jailani, Lc., M.Sh., Ph.D. – Dekan FEBI
2. M. Yoesoef, Lc., M.Sh. – Wakil Dekan I
3. Ainun Mardhiah, M.Si. – Wakil Dekan II
4. Zulfikar, M.Sos. – Wakil Dekan III
Sementara dari pihak Pegadaian, turut hadir tokoh-tokoh penting yang memperkuat sinergi antara akademisi dan industri keuangan:
1. Heri Budi Kusuma – Kepala Departemen Operasional Unit Usaha Syariah
2. Andya Fauzi – Kepala Departemen Bisnis Analis Kanwil I Sumut–Aceh
3. Ronald Fahrizan – Kepala Departemen Non-Gadai Area Aceh
4. Abdul Arif Fadillah – Kepala Departemen Gadai Area Aceh
5. Apriandes – Pimpinan Cabang Pegadaian CPS Lhokseumawe
![]() |
| Foto: IST |
Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh lebih dari 100 mahasiswa FEBI. Para peserta tidak hanya memperoleh wawasan baru seputar pengelolaan keuangan dan investasi syariah, tetapi juga mendapatkan motivasi untuk mulai membangun masa depan finansial secara cerdas dan terarah.
Dalam kesempatan terpisah, Dekan FEBI, Tgk. Munawar Rizki Jailani, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari komitmen FEBI untuk menjembatani teori dan praktik serta mendorong literasi keuangan syariah yang inklusif di kalangan generasi muda.
Seminar Kemilau Emas Muharram diharapkan menjadi langkah awal dari kerja sama berkelanjutan antara UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe dan PT Pegadaian dalam membangun ekosistem literasi keuangan berbasis nilai-nilai syariah di Aceh dan Indonesia secara umum.
Rilisan
Editor: Zuhra
![]() |
| Foto: IST |
![]() |
| Foto: IST |
www.lpmalkalam.com- Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara (HTN) semester 6 UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe melaksanakan kegiatan praktik peradilan berupa simulasi sidang perceraian yang digelar langsung di ruang sidang Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe pada Selasa (01/07/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian ujian akhir mata kuliah Praktik Peradilan yang bertujuan untuk memperkenalkan sistem dan prosedur peradilan agama secara langsung kepada mahasiswa.
Dalam kegiatan ini, seluruh mahasiswa memainkan peran sebagaimana dalam proses sidang sungguhan, mulai dari hakim ketua, hakim anggota, panitera, penggugat, tergugat, hingga pihak-pihak terkait lainnya. Simulasi berlangsung dengan tertib dan profesional, menggambarkan kesiapan mahasiswa dalam memahami sistem hukum yang berlaku di Mahkamah Syar’iyah.
Salah satu mahasiswa peserta, Muthmainnah, yang berperan sebagai hakim ketua, menyampaikan kesannya. “Sebagai hakim ketua dalam praktik sidang ini, saya merasa mendapatkan pengalaman baru yang sangat berharga. Kami belajar secara langsung bagaimana proses persidangan berlangsung dan menilai apakah sidang berjalan efektif atau tidak. Apalagi, kelompok kami terpilih sebagai kelompok terbaik. Itu menjadi bukti dari kerja keras dan kekompakan kami. Harapannya, ke depan kami juga bisa merasakan praktik di lingkungan Pengadilan Negeri agar bisa membandingkan langsung bagaimana perbedaan proses antara Mahkamah Syar’iyah dan Pengadilan Negeri,” ujarnya.
Melalui kegiatan praktik ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh nilai akademik, tetapi juga pengalaman hukum yang kontekstual. Diharapkan, program serupa dapat terus dikembangkan untuk memperkaya kemampuan praktis mahasiswa di berbagai ranah hukum di Indonesia.
Reporter: Ismi Saydina Lubis
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Seminar internasional ini digagas oleh Wakil Dekan II FUAD, Nurul Hikmah, M.Pd., dan resmi dibuka pukul 08.15 WIB. Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Andiani dan Shidqi Mufid Rafi, serta penampilan tarian tradisional Ranup Lampuan dan Tarian Pukat yang menambah kekhidmatan sekaligus memperkaya nuansa budaya dalam kegiatan ini.
Acara turut dihadiri oleh:
1. Wakil Rektor I: Dr. Iskandar, M.A. (hadir secara daring melalui Zoom)
2. Dekan FUAD: Dr. Ruhama Wazna, M.A.
3. Wakil Dekan I: Irwanto, Lc., M.Th.
4. Wakil Dekan II: Nurul Hikmah, M.Pd.
5. Wakil Dekan III: Dr. Rizqy Wahyudi, M.Kom.I.
6. Ketua Prodi BKI: Hartini Mudarsa, M.Psi.
7. Sekretaris Prodi BKI: Minda Septiani, SST., M.K.M.
Jumlah peserta yang mendaftar online mencapai 171 orang, sedangkan hadir secara ofline itu mencapai 172 orang. sehingga sesuai target awal tembus 300 peserta. Seminar ini juga dibuka untuk umum secara daring sehingga menjangkau peserta dari berbagai daerah.
Sebanyak enam narasumber dihadirkan dalam seminar kolaboratif ini, baik dari dalam maupun luar negeri:
1. Muhammad Saffuan bin Abdullah, KB.PA. (Malaysia)
2. Muhammad Muhajirin, M.Pd., Kons.
3. Wannadwah binti Ja’afar (Singapura)
4. Nurul Hikmah, M.Pd.
5. Hartini Mudarsa, M.Psi.
6. Minda Septiani, SST., M.K.M.
![]() |
| Foto: Qurrata A'yuni |
Seminar ini mengangkat pentingnya kesehatan mental remaja serta bagaimana psikoterapi Islam dapat menjadi pendekatan solutif dalam menjawab tantangan mental health generasi muda saat ini.
Zahira Putri Meola, selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menyelenggarakan acara berskala internasional.
“Kegiatan ini tidak berhenti di sini, melainkan menjadi agenda berkelanjutan yang diteruskan ke generasi mahasiswa selanjutnya, sehingga terbuka untuk peserta yang lebih luas di masa mendatang,” ujarnya.
Tiara Khalisna, salah satu peserta, juga menyampaikan pandangannya. “Kegiatan ini membantu mahasiswa untuk termotivasi dan menjadi ajang pembelajaran. Harapannya, kegiatan seperti ini tidak berakhir di sini, tetapi menjadi agenda rutin tahunan yang terus diselenggarakan dari tahun ke tahun,” tuturnya.
Menariknya, seminar ini menjadi kegiatan jurusan dengan jumlah sponsor dan media partner terbanyak, yakni sebanyak 18 pihak yang turut berkolaborasi menyukseskan acara. Sebagai bentuk apresiasi, panitia juga membagikan doorprize dan sertifikat kepada para peserta.
Reporter: Aprillia Fira Purnama
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: IST |
Pelantikan ini bersamaan dengan pengangkatan 45 pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) serta sejumlah Pejabat Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama atau setingkat Eselon II lainnya.
Sebelumnya, Prof. Dr. Danial telah dilantik sebagai Rektor IAIN Lhokseumawe pada 24 Maret 2025. Kini, seiring perubahan bentuk kelembagaan menjadi UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, ia kembali mendapat kepercayaan untuk melanjutkan kepemimpinannya.
![]() |
| Foto: IST |
Dalam arahannya, Menteri Agama menyampaikan tiga pesan utama kepada para pejabat yang baru dilantik. Pertama, menjalankan Trilogi Kemenag Jilid 2, yaitu menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan.
Kedua, para rektor diminta untuk menjadi teladan di lingkungan kampus maupun di tengah masyarakat. Ketiga, beliau menekankan pentingnya penerapan kurikulum cinta sebagai pendekatan pendidikan yang menumbuhkan kasih sayang, toleransi, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pelantikan ini sekaligus menetapkan Prof. Dr. Danial, M.Ag., sebagai rektor perdana UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, yang baru saja bertransformasi dari IAIN menjadi UIN.
Rilisan
Editor: Putri Ruqaiyah
![]() |
| Foto: Pexels.com |
www.lpmalkalam.com - 1 Muharram bukan hanya sekadar memperingati tahun baru Islam atau pergantian tahun dalam kalender Hijriah. Tetapi, di hari tersebut juga mengingatkan umat islam akan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah. Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil pembelajaran bahwasanya 1 Muharram bukan hanya sekadar pergantian tahun, akan tetapi di hari tersebut kita dapat mengevaluasi diri untuk lebih baik lagi dan menjadi pribadi yang berani untuk perubahan ke hal-hal yang lebih positif.
1 Muharram juga dapat dijadikan juga sebagai hari kebangkitan diri sendiri dari sifat yang takut akan mengambil keputusan dan takut akan mempertahankan kejujuran, karena di hari ini Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk lebih jujur, ikhlas dalam segala hal, dan lebih tegas dalam meninggalkan hal yang tidak baik. Di tengah lingkungan sosial, hijrah dapat dimaknai secara luas, diantaranya adalah keluar dari zona nyaman menuju ruang perbaikan, dan siap untuk menghadapi tantangan moral, perpecahan sosial, dan degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Maka, semangat 1 Muharram bisa dijadikan sebagai titik bagi umat Islam untuk berhijrah dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik, serta menjadi contoh yang baik di tengah-tengah masyarakat seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad saw. kepada kita umatnya.
Dengan semangat tahun baru Islam 1447 H, alangkah baiknya kita perkuat iman serta tanamkan dalam diri untuk bertekad memperbaiki diri dan menjadi masyarakat yang lebih berani mengambil keputusan dan berani dalam mempertahankan kejujuran.
“Selamat tahun baru Islam, hijrah bukan hanya sejarah, tapi arah hidup kita untuk membelai hari berikutnya."
Penulis: Abdul Azis Perangin-angin
Editor: Zuhra
![]() |
| Foto: IST |
Dalam forum tersebut, Baiquni mempresentasikan hasil penelitian berjudul “Makna Perang Sabil Teungku Kuta Karang sebagai Kritik terhadap Tatanan Dunia Eurosentris pada Akhir Abad ke-19”.
Forum ini merupakan salah satu program fellowship unggulan ARI dan sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu yang mempertemukan peneliti muda dari berbagai negara, seperti Thailand, Jepang, India, Australia, Filipina, Cina, Sri Lanka, hingga Amerika Serikat, termasuk Indonesia.
Baiquni menjelaskan dari sekitar 200 pendaftar hanya 50 peserta yang dinyatakan lolos seleksi abstrak penelitian. Selanjutnya peserta diharuskan mengumpulkan 4000-5000 kata artikel untuk memaparkan tulisan.
Forum ini berlangsung secara campuran, yakni minggu pertama dilaksanakan secara daring, sementara minggu kedua berlangsung secara during di NUS.
Selama dua minggu, peserta tidak hanya mempresentasikan riset mereka dengan tema interdisipliner terkait studi Asia Tenggara, tetapi juga mengikuti serangkaian masterclass yang membahas metode penelitian terbaru. Misalnya bagaimana menggabungkan Artifisial Inteligen dengan versi lokal bisa digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif, seperti dari kajian digital humaniora secara kuantitatif.
Pada sesi panel, peserta dibagi berdasarkan tema penelitian, dimana setiap presentasi mendapat masukan dari ahli dan peserta lain. Diskusi ini menjadi ruang kritis untuk memperkaya perspektif, terutama dalam menggali pendekatan-pendekatan inovatif yang jarang dibahas di ranah akademik konvensional .
“Bagi saya, forum ini tidak hanya wadah untuk memaparkan hasil penelitian, tetapi juga kesempatan emas untuk membangun jejaring dengan peneliti global. Interaksi dengan peserta dari latar belakang budaya dan disiplin ilmu beragam memberikan wawasan baru tentang dinamika sejarah, politik, dan budaya Asia Tenggara yang kompleks”, tuturnya.
Dengan menggabungkan presentasi riset, masterclass, dan diskusi intensif, forum ini berhasil menciptakan ekosistem kolaboratif yang mendorong peneliti muda untuk melihat Asia Tenggara dari kacamata kritis dan transnasional jauh dari narasi eurosentris yang selama ini mendominasi .
Baiquni berharap forum ini menjadi pengalaman akademik yang tak ternilai, sekaligus pengingat bahwa studi Asia Tenggara harus terus dikembangkan dengan pendekatan inklusif dan reflektif.
Rilisan
Editor: Tiara Khalisna
![]() |
| Foto: Pexels.com |
Lihat saja Iran. Setelah kepergian mendadak Presiden Ebrahim Raisi, rakyat Iran kembali hidup dalam ketidakpastian. Di tengah kesedihan dan kekacauan, Amerika bukannya menaruh simpati, malah sibuk bersiap mengambil posisi seolah-olah tragedi orang lain adalah peluang untuk menunjukkan kuasa.
Amerika memang selalu datang dengan wajah “penolong”, membawa demokrasi, menegakkan hak asasi manusia, menyuarakan keadilan. Tapi, mengapa hasilnya justru luka yang lebih dalam, rumah-rumah yang rata dengan tanah, dan anak-anak yang kehilangan masa depan?
Pertanyaan itu menggema di hati banyak orang. Salah satu pengguna X menuliskan, “Jika AS datang untuk membawa kedamaian, mengapa yang tersisa hanya konflik dan kehancuran?” Sebuah kalimat sederhana, tapi sarat akan luka. Karena, bukan hanya Iran yang mengalaminya, Irak, Suriah, Afghanistan semuanya telah menjadi saksi bisu bagaimana "bantuan" bisa berubah menjadi belenggu.
Yang membuat miris, Amerika cepat sekali menunjuk jari dan menuduh negara-negara lain melanggar hak asasi manusia, tapi justru menutup mata saat kekejaman terjadi di negara sahabatnya sendiri. Di sinilah dunia mulai lelah. Standar ganda ini terlalu terang untuk diabaikan.
Tentu, setiap negara punya kepentingan. Tapi bila kepentingan itu dibungkus dengan dalih kemanusiaan, lalu berakhir pada penderitaan manusia itu sendiri, bukankah itu sebuah ironi?
Dunia tidak butuh polisi global yang merasa paling benar. Dunia butuh ruang dialog, keadilan yang adil, dan kerjasama yang setara. Bukan dominasi, bukan ancaman, bukan intervensi sepihak.
Sudah waktunya Amerika bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia benar-benar ingin menciptakan perdamaian, atau hanya ingin memastikan roda kekuasaan tetap berpihak padanya?
Dan bagi kita semua, saatnya juga untuk tidak diam. Karena perdamaian sejati lahir bukan dari tekanan, tapi dari hati yang benar-benar peduli.
Penulis: Putri Ruqaiyah
Editor: Zuhra