Portal Berita Al-Kalam

LPM Al-Kalam Kembali Selenggarakan Kegiatan PJTD 2025: Asah Kemampuan Siswa dalam Jurnalistik

Foto: Fika Munayya www.lpmalkalam.com - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan, yaitu Pelatihan Jur...

HEADLINE

Latest Post

19 Agustus 2025

Resensi Novel The Midnight Library

Foto: Gramedia.com


www.lpmalkalam.com-

Resensi Novel The Midnight Library


Identitas Buku

Judul: The Midnight Library

Penulis: Matt Haig

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2020

Jumlah Halaman: 368 halaman

Genre: Fiksi, Fantasi, Filosofi, Self-help

ISBN: 9786020649320

Harga: Rp109.000,-


Tentang Penulis

Matt Haig lahir pada 3 Juli 1975. Ia adalah pengarang novel dan jurnalis berkebangsaan Inggris. Ia menulis buku fiksi dan nonfiksi untuk anak-anak maupun dewasa. Haig pernah memenangi penghargaan Blue Peter Award dan The Smarties Book Prize. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa.

Sinopsis Singkat

Pernahkah kamu membayangkan seperti apa hidupmu jika dulu mengambil keputusan yang berbeda? Pertanyaan ini menjadi inti dari novel The Midnight Library karya Matt Haig. Melalui kisahnya, pembaca diajak merenung tentang penyesalan, pilihan hidup, dan arti menerima diri sendiri.

Novel ini membawa pembaca menyelami kehidupan Nora Seed, seorang perempuan yang merasa hidupnya penuh kegagalan dan kesedihan. Ia merasa tidak ada lagi alasan untuk bertahan, sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, di antara hidup dan mati, Nora tiba-tiba mendapati dirinya terbangun di sebuah perpustakaan misterius yang disebut Midnight Library.

Di perpustakaan itu, ia menjelajahi berbagai kemungkinan hidup untuk memutuskan apa yang membuat hidup pantas dijalani. Setelah melalui berbagai penyesalan dan kegagalan, akankah Nora Seed akhirnya menemukan kebahagiaan sejati?

Dengan ditemani pustakawan bernama Mrs. Elm, Nora menjelajahi kehidupan-kehidupan tersebut, mencari jawaban tentang arti kebahagiaan. Perjalanannya mengajarkan bahwa kesempurnaan hidup bukanlah menghapus semua penyesalan, melainkan menerima diri dengan segala kekurangan dan kemungkinan.

"Segala sesuatunya akan lebih mudah kalau kita paham tidak ada satu pun cara hidup yang bisa memberimu kekebalan terhadap kesedihan. Bahwa kesedihan adalah intrinsik kebahagiaan. Kau tidak bisa mendapatkan yang satu tanpa mengalami yang lain." (The Midnight Library, hlm. 230)

Kelebihan

Novel ini mengangkat isu penyesalan dan makna hidup yang relevan dengan kehidupan. Kisahnya dekat dengan realitas yang dialami banyak orang. Bahasa yang digunakan ringan dan nyaman dibaca. Sangat cocok bagi pembaca yang ingin merenung tanpa terbebani narasi yang rumit.

Kekurangan

Beberapa bagian terasa berulang saat Nora berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan lain, sehingga alurnya terkesan panjang. Penyelesaian konflik di akhir cerita juga terkesan terburu-buru, sehingga sebagian pembaca mungkin berharap ada eksplorasi lebih mendalam.

Kesimpulan

The Midnight Library adalah novel yang memadukan fantasi dan filosofi hidup dengan indah. Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi cermin untuk melihat kembali pilihan-pilihan hidup. Sangat direkomendasikan untuk pembaca remaja hingga dewasa yang menyukai kisah reflektif, inspiratif, dan meninggalkan kesan mendalam.


Penulis: Indira Ulfa Rizkya

Editor: Putri Ruqaiyah

16 Agustus 2025

Home Town Cha-Cha-Cha: Salah Satu Serial Drama Korea yang Harus Ditonton

Foto: IST

www.lpmalkalam.com - Serial drama Korea Selatan berjudul Home Town Cha-Cha-Cha menjadi salah satu drama terbaik yang menyentuh hati dan meninggalkan kesan mendalam bagi penonton. Drama dengan jumlah 16 episode ini tayang pertama kali pada tahun 2021 dan diperankan oleh Shin Min-a serta Kim Seon-ho.

Menariknya, serial drama ini tidak hanya berlatar di perkotaan Seoul, tetapi juga di desa tepi laut bernama Gongjin, tempat Shin Min-a dan Kim Seon-ho membangun kembali kehidupan mereka. Meski bergenre romansa dan komedi, kehidupan sehari-hari tokoh utama beserta orang di sekitarnya mampu meninggalkan kesan mendalam bagi penonton, penuh makna, dan sarat pelajaran. Bahkan, saya yang baru menonton empat tahun setelah drama ini tayang merasa tertarik sepenuhnya untuk masuk dan hidup di dalamnya.

Shin Min-a berperan sebagai Yoon Hye-jin, seorang dokter gigi asal Seoul. Sebelumnya, ia tak pernah membayangkan akan pindah ke Desa Gongjin dan membuka klinik di sana. Berbeda dengan Hong Du-sik, yang diperankan oleh Kim Seon-ho, Desa Gongjin adalah kampung halamannya. Hong Du-sik memiliki panggilan khas yang tak pernah absen di desa tersebut, yaitu Hong Banjang—ketua desa yang dikenal oleh semua warga. Meski disebut “pengangguran,” ia memegang peranan penting karena keuletannya membuat ia selalu diandalkan oleh warga setempat.

Siapa sangka, meskipun disebut pengangguran, Hong Banjang memiliki jadwal harian yang padat? Ia lulusan Teknik dari Universitas Negeri Seoul, namun memilih kembali ke kampung halaman karena alasan yang tak diketahui warga desa, hingga menjadi salah satu misteri Gongjin. Meski begitu, ia mahir dalam banyak hal dan senang membantu sesama. Rasa kekeluargaan yang kuat di Desa Gongjin menjadi salah satu alasan warga begitu menyayanginya.

Di sisi lain, Hye-jin membutuhkan waktu untuk beradaptasi dari kehidupan kota ke pedesaan. Sikapnya yang awalnya cenderung arogan membuat sebagian warga tidak nyaman. Bahkan, pesan yang disampaikan Hong Banjang saat menegur Hye-jin karena dianggap menghina nasib salah satu warga masih teringat jelas di benak saya: “Hidup tak selalu adil bagi semua orang. Ada orang yang jalannya penuh lubang dan tidak mulus. Ada juga orang yang berlari sekuat tenaga lalu menemui jurang di ujung jalannya.”

Sungguh dalam. Pesan Hong Banjang kepada Hye-jin terasa seolah ditujukan untuk siapa pun yang menontonnya. Benar-benar tidak ada yang tahu seperti apa jalan hidup seseorang. Melalui drama ini, saya kembali diingatkan akan hal itu.

Tak hanya menyuguhkan romansa dan komedi ringan, drama ini juga sarat rasa kekeluargaan, tolong-menolong, kasih sayang, serta pembelajaran yang disampaikan bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga aksi para tokohnya.

Saya rasa, drama Korea ini cocok bagi siapa saja yang ingin menonton tayangan ringan namun nyaman di hati. Terlebih, banyak hal menarik yang tersaji di dalamnya. Menonton serial drama Home Town Cha-Cha-Cha membuat kita tak hanya menjadi penonton, tetapi juga seolah diajak masuk ke dalam ceritanya. 

Lihatlah di sekitar kalian. Kalian akan menyadari bahwa kalian dikelilingi hal-hal berharga.”


Penulis: Alya Nadila

Editor: Putri Ruqaiyah

21 Juli 2025

Bahasa Aceh Mencapai Level Kritis, Siapa yang Peduli?

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com- “Bahasa adalah Jiwa Bangsa,” begitulah kata pepatah yang bermakna mendalam tentang bahasa dan identitas suatu daerah. Namun, seiring berkembangnya zaman pepatah itu mulai hilang dari peradaban. Pergeseran bahasa yang kian meningkat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi suatu daerah. Setiap daerah memiliki bahasa tersendiri yang membedakannya dengan daerah yang lain. Jika bahasa daerah punah, maka daerah tersebut akan kehilangan identitasnya. Itulah yang sedang dikhawatirkan terhadap vitalitas bahasa Aceh saat ini. 

Bahasa Aceh kini tengah menghadapi masalah yang serius terhadap keberlangsungannya. Pasalnya, berdasarkan penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bahasa Aceh mendapat skor 3 berdasarkan kriteria UNESCO yang berarti masuk ke dalam kategori terancam punah secara pasti. Lalu bagaimana dengan keberlangsungan identitas suatu daerah jika bahasanya berada pada level kritis?

Ketika bahasa suatu daerah telah mengalami pergeseran secara drastis, maka sudah dapat dipastikan bahasa tersebut terancam punah secara perlahan. Bahasa Aceh bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan jati diri dan identitas bagi daerah Aceh. Apabila bahasa Aceh telah punah, maka punah pula budaya lokal yang di dalamnya terkandung nilai sejarah, agama, pendidikan, moral, adab, dan etika.

Pergeseran bahasa terjadi karena dampak globalisasi yang semakin berkembang, serta minimnya penggunaan bahasa ibu yang diwariskan kepada generasi muda. Banyak generasi muda di Aceh menganggap bahwa menggunakan bahasa Indonesia berarti keren dan gaul. Sedangkan orang yang menggunakan bahasa daerah dianggap kudet (kurang update), serta ketinggalan zaman. Hal tersebut memicu pergeseran bahasa akibat generasi muda lebih memilih menggunakan bahasa nasional dibandingkan dengan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada larangan untuk menggunakan bahasa nasional, namun jangan sampai bahasa ibu lengser dari tempatnya. Sesuaikan pada tempat dan porsinya masing-masing, bahasa nasional dalam lingkup formal, sedangkan bahasa daerah dalam lingkup informal terutama pada lingkungan rumah dan keluarga. Sebagai generasi muda, mempertahankan vitalitas bahasa tempat kita berasal berarti menjaga jati diri daerah tersebut.


Penulis: Daini Rizki
Editor: Tiara Khalisna 

 

20 Juli 2025

Kesetaraan di Hadapan Allah: 10 Karakter Mulia yang Dijanjikan Ampunan dan Syurga (QS. Al-Ahzab Ayat 35)

 

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com - Seorang laki-laki dan perempuan muslim itu sama di hadapan Allah tergantung bagaimana perbuatan amal salihnya: siapa yang tetap taat dalam ketaatannya, yang membenarkan kebenaran dan bersabar di setiap keadaan, khusyuk dalam beribadah, yang senantiasa selalu bersedekah di kala lapang maupun sempit, dan yang selalu berzikir mengingat Allah. Allah akan memberikan ampunan dan pahala (syurga) yang sama untuk umat muslim laki-laki maupun perempuan, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab ayat 35)

Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 35

Surah Al-Ahzab ayat 35 menurut Tafsir Ringkas (Kemenag RI), Allah menjanjikan ampunan dan balasan kebaikan kepada para istri Nabi selama mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Janji demikian juga diberikan kepada siapapun, laki-laki maupun perempuan, yang beriman dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Ayat ini menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah dalam hal mendapat balasan amal perbuatan sesuai apa yang masing-masing individu kerjakan.

Surah Al-Ahzab ayat 35 ini menyebutkan tentang 10 karakter hamba Allah yang dijanjikan mendapatkan ampunan dari segala dosa-dasanya dan akan di masukkan ke dalam syurga. 10 karakter itu antara lain sebagai berikut.

1. Taat dan tunduk terhadap aturan Islam. Contohnya adalah senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2. Membenarkan dan mempercayai ajaran Allah Swt. beserta rasul-Nya. Contohnya ialah mempercayai bahwa Rasulullah adalah utusan Allah dan mempercayai ajarannya, meneladani sifat-sifat Rasulullah sebagaimana yang Rasulullah lakukan.

3. Selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dengan kekhusyukan dan ketenangan. Contohnya seperti melaksanakan salat dengan tidak tergesa-gesa (khusyuk), menghindari perbuatan yang dilarang, memperbanyak sunnah dan selalu bersyukur dalam setiap keadaan, dan lain-lain.

4. Benar dalam ucapan dan perbuatan sebagai tanda keimanan yang sempurna. Contohnya adalah mengucapkan amar ma'ruf nahi mungkar sesuai kebenaran ajaran Islam dan perbuatannya sesuai dengan ajaran dan sunnah-sunnah Rasulullah.

5. Sabar dalam menghadapi setiap kesulitan (cobaan) dalam melaksanakan perintah Allah serta menahan syahwat dan hawa nafsu.

6. Khusyuk dan tawadu kepada Allah Swt. dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban.

7. Bersedekah dengan harta dan memberi bantuan kepada mereka yang serba kekurangan. Contohnya bisa seperti bersedekah kepada anak yatim, kaum duafa, kaum fakir miskin, dan lain-lain.

8. Berpuasa yang dapat membantu menundukkan syahwat dan hawa nafsu. Contohnya adalah menjalankan puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, dan puasa pada hari-hari yang disunnahkan dalam Islam.

9. Menjaga kemaluan dan kehormatan dari segala perbuatan yang haram dan keji. Contohnya adalah memiliki rasa malu, tidak berzina dan tidak mendekati, menjaga batasan antara laki- laki dan perempuan dan tidak bersentuhan dengan lawan jenis, dan lain-lain.

10. Selalu ingat kepada Allah Swt. dengan lidah dan hati. Contohnya adalah lidah yang selalu berzikir dan hati yang selalu mengingat Allah.

Di dalam QS.Al-Ahzab ayat 35 juga disebutkan bahwa laki-laki dan perempuan sama derajatnya di hadapan Allah Swt., yang membedakannya hanyalah amal perbuatannya sebagaimana pahala yang mereka dapatkan atas amal kebaikan mereka.

Pesan moral dari ayat ini adalah kesetaraan kedudukan lelaki dan perempuan di hadapan Allah Swt. dalam beribadah dan menerima pahala, serta keutamaan pentingnya ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya dalam segala aspek kehidupan.

 

Karya: Nur Havivi, Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe

Editor: Alya Nadila

14 Juli 2025

Luka yang Manis

Foto: Ismi Sayyidina Lubis

www.lpmalkalam.com

Kamu ....

Yang hidup dengan tegak,

dan penuh keadilan

Dalam sanubari ini

Ternyata telah disusun oleh takdir

tuk jadi luka paling dalam

Terlalu rapi untuk matiku

Menggerai bak untaian benang

sepakat akan kenang

Membumbung sang serak

walau berakar merak

Kian saksama mengangkat sepi yang jemawat

Meski pahit saat dijilat

Meredam dendam keramat 

Sejauh perjalanan malam

Menuju malam nan gelap tanpa undangan 

Memapah dosa kita,

yang tak ada balasnya


Penulis: Ismi Sayyidina Lubis

Editor: Zuhra

07 Juli 2025

Pengaruh Pendidikan Anak terhadap Gadget yang Membludak Saat Ini

Foto: Pexels.com
www.lpmalkalam.com - Di era digital saat ini, gadget seperti smartphone dan tablet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan untuk anak-anak. Fenomena ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut pendidikan serta nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini.

Gadget bukan sepenuhnya alat yang buruk. Ia bisa menjadi sarana edukatif yang luar biasa jika digunakan dengan benar, misalnya untuk belajar bahasa, membaca buku digital, atau menonton video pembelajaran. Namun, jika dibiarkan tanpa pengawasan, gadget dapat menjadi sumber kecanduan, menurunkan konsentrasi, serta mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak.

Banyak orang tua dan pendidik yang belum memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam mengatur penggunaan gadget secara sehat. Akibatnya, anak-anak dibiarkan terlalu bebas, atau justru terlalu dilarang tanpa penjelasan yang memadai. Kedua pendekatan ini bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak.

Foto: Pexels.com

Pendidikan yang baik tidak hanya mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh, tetapi juga menjelaskan "mengapa?". Oleh karena itu, anak-anak perlu diajak berdiskusi mengenai dampak bermain gadget terlalu lama, diajarkan cara mengelola waktu, serta diberikan alternatif kegiatan yang menyenangkan dan mendidik di luar layar.

Orang tua adalah "guru pertama" bagi anak. Keteladanan mereka sangat menentukan. Jika orang tua sendiri kecanduan gadget, maka akan sulit mengharapkan anak mampu membatasi diri. Maka dari itu, edukasi kepada orang tua tentang pola pengasuhan digital sangatlah penting.

Dengan demikian, ledakan penggunaan gadget yang membludak saat ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Ia merupakan cermin dari bagaimana pendidikan anak, baik di rumah maupun di sekolah, dijalankan. Dengan pendidikan yang kuat dan bijak, gadget dapat menjadi alat yang mendidik, bukan merusak. Sebaliknya, tanpa bimbingan, anak-anak dapat tersesat dalam dunia digital.


Penulis: Rusmawati

Editor: Putri Ruqaiyah

30 Juni 2025

1 Muharram sebagai Hari dengan Tekad Perubahan

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com - 1 Muharram bukan hanya sekadar memperingati tahun baru Islam atau pergantian tahun dalam kalender Hijriah. Tetapi, di hari tersebut juga mengingatkan umat islam akan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah. Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil pembelajaran bahwasanya 1 Muharram bukan hanya sekadar pergantian tahun, akan tetapi di hari tersebut kita dapat mengevaluasi diri untuk lebih baik lagi dan menjadi pribadi yang berani untuk perubahan ke hal-hal yang lebih positif.

1 Muharram juga dapat dijadikan juga sebagai hari kebangkitan diri sendiri dari sifat yang takut akan mengambil keputusan dan takut akan mempertahankan kejujuran, karena di hari ini Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk lebih jujur, ikhlas dalam segala hal, dan lebih tegas dalam meninggalkan hal yang tidak baik. Di tengah lingkungan sosial, hijrah dapat dimaknai secara luas, diantaranya adalah keluar dari zona nyaman menuju ruang perbaikan, dan siap untuk menghadapi tantangan moral, perpecahan sosial, dan degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Maka, semangat 1 Muharram bisa dijadikan sebagai titik bagi umat Islam untuk berhijrah dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik, serta menjadi contoh yang baik di tengah-tengah masyarakat seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad saw. kepada kita umatnya.

Dengan semangat tahun baru Islam 1447 H, alangkah baiknya kita perkuat iman serta tanamkan dalam diri untuk bertekad memperbaiki diri dan menjadi masyarakat yang lebih berani mengambil keputusan dan berani dalam mempertahankan kejujuran.

“Selamat tahun baru Islam, hijrah bukan hanya sejarah, tapi arah hidup kita untuk membelai hari berikutnya."


Penulis: Abdul Azis Perangin-angin

Editor: Zuhra

10 Juni 2025

#JusticeForArgo - Ketika Hukum Membungkuk di Hadapan Privilege

 

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- Peristiwa tragis yang menimpa Argo Ericko Achfandi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), tidak bisa dianggap sekadar kecelakaan lalu lintas biasa. Kasus ini mencerminkan bagaimana ketidakadilan masih hidup di tengah masyarakat kita, terutama ketika kekuasaan dan pengaruh ikut bermain dalam proses penegakan hukum. Argo adalah mahasiswa muda yang cerdas, berasal dari keluarga sederhana, dan dikenal memiliki banyak prestasi akademik. Namun, hidupnya berakhir tragis setelah ditabrak mobil BMW yang dikendarai oleh Christiano Tarigan, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis di UGM yang merupakan anak dari petinggi perusahaan besar.

Setelah kejadian itu, publik dikecewakan oleh lambannya penanganan hukum. Meski pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka, ia tidak langsung ditahan. Bahkan, muncul rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa pelat nomor mobil sempat diganti secara diam-diam saat berada di kantor polisi. Tindakan tersebut semakin memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum.

Suara publik pun menggema di media sosial. Tagar #JusticeForArgo menjadi trending dan dipenuhi oleh protes serta seruan keadilan. Salah satu unggahan dari akun @craven** menunjukkan gambar pelaku dengan tulisan “Awas! Pembunuh!” sebagai bentuk kemarahan atas ketidakjelasan proses hukum. Sementara itu, akun @pxx* mengunggah doa penuh haru untuk Argo, yang menunjukkan betapa besarnya empati dan solidaritas dari masyarakat.

Latar belakang Argo yang berasal dari keluarga kurang mampu menambah kepedihan cerita ini. Ayahnya telah meninggal, dan ibunya menghidupi keluarga dengan berjualan kue. Argo adalah harapan keluarga, pemuda yang ingin menjadi pengacara korporat demi mengubah nasib. Kini, harapan itu sirna bukan hanya karena kelalaian, tetapi karena sistem hukum yang lemah di hadapan kekuasaan.

Kita harus bertanya secara jujur, apakah hukum masih mampu berdiri tegak di hadapan orang-orang yang memiliki jabatan dan uang? Sampai kapan hukum hanya berlaku keras untuk mereka yang lemah dan tunduk pada mereka yang kuat? Keadilan seharusnya menjadi hak semua warga negara, bukan hak istimewa yang hanya bisa dibeli oleh segelintir orang.

Jika hukum tidak mampu memberikan keadilan bagi Argo, maka ini bukan sekadar kegagalan prosedur, melainkan kegagalan moral. Sebuah bangsa yang membiarkan hukum tunduk pada kekuasaan adalah bangsa yang sedang kehilangan jiwanya. Kita semua punya tanggung jawab untuk terus menyuarakan keadilan agar tragedi seperti ini tidak terulang lagi.


Penulis: Putri Ruqaiyah
Editor: Tiara Khalisna

09 Juni 2025

Raja Ampat Digusur: Ketika Surga Dikorbankan Demi Rakusnya Beton dan Investor

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- Penggusuran kawasan adat dan pesisir di Raja Ampat atas nama pembangunan merupakan tamparan keras bagi akal sehat dan nurani. Di negara yang kerap membanggakan kekayaan alamnya ke seluruh dunia, justru masyarakat asli yang menjaga tanah itu turun-temurun malah dipaksa pergi, seolah-olah mereka tidak punya hak atas ruang hidup sendiri. Ironisnya, semua ini dibungkus rapi dengan label kemajuan dan kesejahteraan.

Raja Ampat bukan hanya tempat wisata yang indah di mata dunia. Ia adalah tanah kelahiran, tempat berteduh, dan ruang hidup masyarakat adat yang menjaganya dengan nilai-nilai luhur. Tapi hari ini, mereka yang menjaga alam justru dituding sebagai penghambat, sementara pihak luar yang membawa proyek beton dan infrastruktur dianggap pahlawan pembangunan.

Situasi ini menyisakan pertanyaan besar. Siapa sebenarnya yang menikmati hasil dari pembangunan tersebut? Apakah warga lokal yang terusir dan kehilangan ruang hidup atau para pemodal besar yang membangun resor mewah di atas tanah yang bukan milik mereka, lalu menjual keindahan alam untuk keuntungan pribadi?

Lebih menyakitkan lagi, negara yang seharusnya melindungi hak rakyat justru terlihat lebih sibuk melayani kepentingan investor. Hukum adat diabaikan, suara masyarakat dibungkam, dan warisan budaya dianggap tidak lebih penting dari selembar izin proyek.

Jika pembangunan hanya berarti menggusur, menghancurkan ruang hidup, dan meminggirkan masyarakat adat, maka kita tidak sedang maju melainkan mundur secara perlahan namun pasti. Pembangunan tersebut bukanlah masa depan yang cerah, tapi kenangan pahit yang akan diwariskan pada generasi berikutnya.

Jika Raja Ampat hilang, bukan hanya destinasi wisata yang musnah melainkan jati diri bangsa, harga diri masyarakat adat, dan keseimbangan alam yang tak bisa digantikan uang sebesar apa pun.


Penulis: Putri Ruqaiyah 

Editor: Tiara Khalisna 

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam UIN SUNA Lhokseumawe, 0823-6508-3003 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.