Oleh: Abdul Ghani
Saya
masih ingat ketika SMP, guru pelajaran kesenian memberikan tugas kerajinan
tangan kepada saya beserta teman sekelas untuk membuat sesuatu berdasarkan ide
sendiri, hasilnya akan dinilai sebagai nilai tugas akhir. Jadi saya berfikir
untuk membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian, tujuannya untuk mendapatkan
nilai tinggi, minimal dapat 85 poin, jadi saya coba mendaftarkan beberapa alat
bermanfaat dalam secarik kertas untuk kepentingan sehari-hari seperti; sapu
lidi, bunga plastik, asbak rokok, hiasan lampu, dan bingkai foto. Tugasnya
harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya, lama durasi waktunya berarti 7
hari, karena kelas kesenian hanya dapat satu
pertemuan dalam seminggu.
Teman
teman ternyata memilih untuk membuat alat yang sama dalam daftar list saya,
sehingga saya mengalah dan mencari ide lain untuk mendapatkan sesuatu yang
menarik. "Hanya satu" kata bu guru kepada semua murid, ini membuat
saya harus berfikir lebih kreatif supaya karyanya beda, karena saya bukan ahli
seni, jadi saya hanya bisa meniru buatan orang lain, ujian semester lalu saya
membuat seruling pipa hasil jiplakan saya pada seruling penjual di kaki lima,
kini saya berkeliling kota untuk melihat-lihat sekedar menambah inspirasi
hingga sampai pada toko bingkisan kado, disana saya melihat banyak corak kado
yang unik dan menarik seperti kado bentuk kipas, Candy raksasa, Tas Selempang,
Boneka teddy. Saya tertarik sekali dengan bentuk-bentuk itu hingga sampai
dirumah saya coba buat, akhirnya saya punya banyak kotak kado yang unik di
rumah, Teddy Bear, Kipas, Box, Bola, Tas Selempang, Keranjang buah dan bentuk
Angsa. Semakin cintanya saya pada hasil karya itu, pada sesi pengumpulan tugas
kesenian, saya pilih dua kotak kado untuk hasil karya saya.
Saat
giliran saya membawakan 2 kotak kado
yang besar kepada guru, tepuk tangan teman-teman saya begitu meriah. Saya tidak
menyangka mendapat penghargaan begitu banyak apalagi diikuti puja puji dari
teman sebangku, "makasi nak ya, kadomu sungguh indah, kamu begitu
perhatian hingga ulang tahun ibu kamu ingat" kata bu guru kesenian, sontak
membuat saya kaget, tujuanku bukanlah sebagai hadiah tapi untuk kuperlihatkan
pada ibu guru bahwa aku bisa membuat kotak kado yang begitu indah.
Apalah
tujuanku mengerjai guru dengan memberikan kotak kosong di hari spesialnya.
Tanpa kata apa-apa aku mundur selangkah demi selangkah menghadapi rasa gugup
dan bersalah. Bu guru membawa pulang dua kado indah bentuk teddy bear dan kipas
china buatan tanganku tanpa mengetahuinya sama sekali. Pastilah karma terhadapku
berlaku karena mengerjai guru hingga aku terhantui rasa bersalah tidak
bisa melupakan kotak kosong.
Kini
aku hidup 10 tahun kemudian, masih dengan kotak kosong yang bersalah, bahkan
aku putus asa menghadapi karma itu, sampai aku takut bahwa ibu guru telah
berdoa supaya orang-orang yang kucintai menghadiahiku sebuah kotak kosong.
Hari-hari kujalani dengan penuh kewaspadaan, tidur pun aku takut mimpi akan
terjatuh dalam kotak kosong sampai tak kuasa keluar lagi, hari bahagiaku pun
kujalani dengan cemas, takut orang menghadiahkan ku kotak kosong hingga pada
suatu hari ketakutan itu tiba. aku mengalaminya, saat yang kucintai
memberikan harapan kebahagiaan dalam setiap pujiannya, hingga pada akhirnya dia
memilih meninggalkanku bersama harapan kosong. karma ibu guru benar-benar
membuatku ingin kembali ke masa lalu untuk sekedar minta maaf. Supaya karma itu
hilang, karena aku tidak tahu entah sampai kapan karma itu berlaku padaku.
Abdul Ghani Merupakan Alumnus Mahasiswa Bahasa Inggris IAIN Lhokseumawe