HEADLINE

Latest Post
Loading...

25 August 2017

PEMIRA : Demokrasi Mahasiswa atau Sayembara Kekuasaan


Oleh : Musliadi Salidan
Momentum yang musiman setiap tahunnya di setiap Perguruan Tinggi itu selalu disorot ramai, seakan melupakan kegaduhan ratap dan tangis penderitaan yang terus hadir sepanjang masa. Ratap dan tangis yang hanya diingat satu tahun sekali saja, diingat hanya sebagai tameng para serigala yang berlindung di bulu domba penderitaan masa. Serigala-serigala yang saat ini sedang mengonggong nyaring tentang sinergitas, harmonisasi, profesionalitas, inovasi, pluralisme, persatuan, aksi dan sangat banyak sekali kenyaringan-kenyaringan adu mulut yang dalam upaya nya untuk menolong para domba dari jurang penderitaan yang sangat dalam. Namun, kenyaringan-kenyaringan hanyalah tebaran harapan untuk sang domba agar medekat kepadanya, akhirnya sang domba hanya di jadikan sebagai makanan empuk untuk sang serigala pengobral janji.

Suatu usaha dalam mewujudkan tujuan bersama tentu saja mempunyai sistem, tanpa sistem mustahilah tujuan itu akan tercapai. Merujuk di atas tentang Politik dan Perguruan Tinggi yang tidak bisa terlepas dari politik begitupula politik juga tidak bisa lepas dari sistem politik. Sistem politik merupakan sebuah rangkaian kegiatan atau proses di dalam sebuah masyarakat politik dalam mempengaruhi dan menentukan siapa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Begitu juga pengertian sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.

Ada beberapa macam-macam sistem politik yang sering kali di terapkan di dalam pemerintahan, adapun diantaranya yaitu Sistem Demokrasi, Otokrasi, Aristokrasi, Monarki, Oligarki dsb. Politik dalam lingkungan Perguruan Tinggi juga mengunakan salah satu dari sitem tersebut, yang saat ini masih kita gunakan adalah sistem politik demokrasi. Menganut pada pengertian sistem politik demokrasi ini adalah adanya hak-hak rakyat untuk ikut memerintah dan dalam lingkungan universitas rakyat adalah masa yang dinaungi oleh Perguruan Tinggi tersebut. Juga dalam organisasi mahasiswa berarti mahasiswa yang dinaungi oleh wewenang organisasi tersebut, yang memberikan kuasa untuk memeritah kepada mahasiswa dalam seluruh lapis kelas baik organisator ataupun mahasiswa umum.

Demokrasi berlangsung dengan berdasarkan pada asas-asas. Asas-asas demokrasi itu ialah sebagai berikut.Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dengan tidak melupakan kepentingan umum. Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah. Jika dukungan rakyat tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintahan itu adalah suatu pemerintahan yang demokratis. Begitu juga seharusnya demokrasi yang berlangsung di universitas adalah demokrasi yang tidak melupakan asas-asanya.

Yang sering terjadi dan sering lepas dari sorotan adalah ketika demokrasi di Perguruan Tinggi telah melupakan asas-asasnya dan bukanlah satu demokrasi yang berdiri dalam upaya nya untuk mewujudkan tercapainya tujuan bersama. Yang kedua demokrasi di Perguruan Tinggi ini dalam penerapannya sekarang sudah tidak lagi memperhatikan partisipasi seluruh kelas mahasiswa, baik itu mahasiswa organisator ataupun dengan mahasiswa “kupu-kupu” (stigma dan julukan yang diberikan mahasiswa organisator kepada mahasiswa yang tidak sejalan dengannya). Bisa dilihat saja partisipasi mahasiswa dalam setiap tahunnya semakin menurun, dalam artian partispasi ini adalah partisipasi paham secara penuh bukan hanya partisipasi asal-asalan saja.

Satu hal sekarang masih buram di Perguruan Tinggi kita adalah ketidakjelasan politik dan sistem politik yang sedang terjadi ataupun diterapkan, politik yang seharusnya untuk kemaslahatan bersama hanya menjadi pusat perhatian yang diramai-ramaikan oleh beberapa orang saja. Sistem politik demokrasi yang melupakan asas-asasnya juga sudah tidak bisa didebut lagi dengan demokrasi.
Politik mahasiswa seperti pengertian sebelumnya yang seharusnya menjadi jalan dan jembatan atau proses untuk mencapai konsesus terhadap seluruh lapis kelas mahasiswa, kemudian beralih fungsi menjadi pangung-pangung para serigala setiap tahunnya dan hanya musiman saja dalam mencari domba-domba untuk dimakannya. Sayembara musiman tersebut membuat para serigala-serigala ini berebut berburu domba-domba, barang siapa mendapatkan domba yang lebih banyak dia adalah srigala yang berhak bertahta.

Musim sayembara tahunan itu membuat beberapa mahasiswa muncul merasa menjadi yang paling pantas untuk menduduki kepemimpinan organisasi-organisasi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Baik itu BEM/DEMA Perguruan Tinggi, BEM/DEMA Fakultas, BEM/DEMA Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Perwakilan Mahasiswa dll, dengan meneriakan dan mengumbar banyak sekali kata-kata layaknya titah sang dewa, secara tidak langsung mengatas namakan sebagai utusan tuhan yang siap memikul amanah. Yang tujuannya hanya sebagai ajang unjung citra ataupun memperbanyak curriculum vitae (CV) supaya dapat diperhitungkan didalam dunia kerja dan mudah mencari lapangan pekerjaan dengan pengalamannya berorganisasi yang mentereng. Ataupun, satu strategi untuk memperluas jaringan pribadi dan golongan.

Dampak dari semua itu akan kita coba lihat dari kedua sudut pandang. Positifnya, banyak sekali janji-janji dan harapan yang ditebarkan oleh mahasiswa yang naik dalam percaturan sayembara tersebut membuat kosa kata dan wawasan kita bertambah. Negatifnya, Setelah kita mengetahui kata-kata setinggi titah dewa tersebut tetapi kita tidak mengetahui dan merasakan manifestasinya. Yang kedua adalah munculnya sekat-sekat ataupun golongan yang semakin lama akan semakin susah untuk mecapai konsesus bersama, bahkan sampai dengan saling mendendam antara satu golongan dengan golongan yang lain, munculnya batas-batas pertemanan agar tidak dianggap penghianat oleh golongannya dan sampai masuk kepada hal-hal yang sesungguhnya tidak penting tetapi dijadikan alasan untuk menjadi sekat-sekat pembatas mencapai konsesus itu. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan pengertian politik itu sendiri untuk mencapai tujuan bersama bukanlah tujuan pribadi ataupun golongan.

Dampak negatif sayembara musiman yang bertambah besar setiap tahunnya itu berbuah simalakama. Pertama, semakin tingginya rasa skeptisme mahasiswa yang sering mereka sebut dengan mahasiswa kupu-kupu karena komedi dan dangelan yang ditunjukan oleh para mahasiswa yang naik dalam percaturan sayembara musiman itu. Kedua, semakin melunturnya peran mahasiswa dalam gerakan yang dinamis bersama masyarakat karena rasa skeptisme sebagian mahasiswa yang disebabkan oleh beberapa gelintir pengobral janji palsu, yang memanggap gerakan hanyalah omong kosong karena para pengobral ini juga meneriakan sebagai peyambung gerakan dan peran aspiratif dalam membela hak-hak rakyat yang tidak diwujudkan. Lalu dengan kondisi seperti itu siapa yang perlu disalahkan, tetapi para pengobral janji palsu itu menuduhkan tuduhan palsunya kepada sebagian mahasiswa skeptis itu secara tidak sadar padahal semakin tumbuhnya skpetisme yang besar itu disebabkan oleh para pengobral janji dalam sayembara musiman. Ketiga, inkonsistensi dari para pengobral janji palsu ini yang hanya muncul musiman saja menumbuhkan semakin besarnya ketidakpercayaan terhadap organisasi-organisasi mahasiswa yang ada dalam menjalankan program-program nya yang pastinya dinilai tidak konsisten karena tidak mewujudkan janji-janji yang telah diobral dalam musim sayembara.

Kondisi seperti ini tentunya tidak akan dapat kita biarkan berlarut-larut, politik dan demokrasi mahasiswa yang sudah meluntur dari asas-asas yang semestinya. Saat ini telah berubah menjadi sayembara musiman berebut kursi tahta kepentingan, jika ini terus berlarut-larut terlalu lama tidak akan pernah terwujud konsesus dan tujuan bersama untuk masa depan yang lebih baik, bagaimana akan terwujud masa depan yang lebih baik jika konsep dan tujuannya pun belum pernah tercapai. tentunya hal itu adalah satu pekerjaan tambahan kita semua untuk didikaji dan ditemukan solusinya.


Penulis merupakan Ketua Komunitas Peduli Sejarah Aceh (KOPSA) dan saat ini aktif sebagai Kader HMI Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.