![]() |
Foto: @Zenmaarif/Instagram |
Alih-alih dianggap sebagai pahlawan kemanusiaan karna berdialog tentang terkait konflik Israel-Palestina, justru kecaman demi kecaman terus menghampiri bahkan pemecatan oleh PBNU sebagai pengurus pusat dari organisasi islam terbesar se-indonesia diterbitkan.
memang sejatinya “dialog” yang mereka lakukan berimplikasi buruk terhadap jiwa kemanusiaan tiap-tiap orang yang teguh memperjuangkan kemerdekaan Palestina, kunjungan itu seakan-akan mencederai gerakan boikot yang selama ini digaungkan demi terwujudnya kebebasan Al-quds dari cengkraman zionis Israel.
Saya teringat cuitan Ustadz Felix Siaw dilaman twitternya dengan mengangkat analogi bahwa “ikan busuk dimulai dari kepalanya”, menghadirkan perspektif yg berbeda. Apakah hal kontroversial semacam ini baru terjadi kali ini dan dipandang hal yang “busuk” karna dilakukan oleh warga biasa seperti mereka? Atau malah sebenarnya kunjungan mesra dengan zionis ini sudah berlangsung dari petingginya sehingga menjadi role model bagi yang ada dibawahnya?.
Mengingat Pimpinan PBNU sejak zaman Gus Abdurrahman Wahid hingga Gus Yahya Cholil Staquf pernah melakukan lawatan ke Israel bahkan menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committe (AJC). Jika lawatan ke Israel dinarasikan sebagai pencederaan terhadap moral dan prinsip bangsa karna bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945, maka bukankah seharusnya siapapun yang terlibat dalam kegiatan tersebut hendaknya mendapatkan konsekuensi yang sama dan tidak dibedakan oleh kedudukan dan jabatan yang diemban?. Menurut hemat saya, kondisi saat ini belum sampai pada membusuknya kepala, hanya saja kebusukan akan merambat jika tidak dicegah segera.
Oleh: Raja Oktariansyah
Editor: Redaksi