![]() |
| Foto: IST |
Pengumuman tersebut merupakan hasil seleksi KPM Internasional, KPM Reguler, KPM Rekognisi, KPM Mandiri, dan KPM Responsif pada tahun 2025. Hal tersebut disambut dengan antusias oleh mahasiswa yang menunggu pengumuman kelulusan. KPM ini merupakan kegiatan penting untuk para mahasiswa mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama kuliah melalui pengabdian langsung di tengah masyarakat.
Nadya Maqfirah, mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) yang lulus seleksi KPM Internasional mengatakan bahwa seleksi tersebut berlangsung sangat ketat dan menuntut kesiapan yang matang dari setiap peserta yang mendaftar. Tahapan seleksi juga dimulai dari administrasi dan interview untuk menilai kesiapan maupun komitmen dan pemahaman terhadap konsep pengabdian lintas negara.
"Semoga KPM Internasional ini dapat mempererat kerja sama antara kampus UIN SUNA dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri, semakin terkenal di tingkat internasional sebagai institusi yang aktif, adaptif, dan mampu bersaing di tingkat global," tulisnya melalui pesan WhatsApp ketika diwawancarai Minggu (26/10/2025). Ia juga mengharapkan agar KPM Internasional ini juga tetap berlanjut dan mahasiswa di angkatan berikutnya memiliki kesempatan untuk mengabdi dan menimba pengalaman di lintas negara.
Hal serupa juga datang dari Putri Handayani, mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang lulus KPM Internasional. Ia turut menyampaikan pesan untuk teman-teman yang ingin mengikuti KPM Internasional tahun depan agar mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, terutama dalam hal bahasa dan mental. "Jangan takut gagal karena setiap proses adalah pembelajaran berharga. Tetap semangat dan yakini bahwa pengabdian ini adalah jalan untuk meningkatkan kemampuan diri sekaligus memberikan manfaat luas," ujarnya.
Salah satu mahasiswa yang lulus KPM Rekognisi, Rindi Rivalni, mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah (ES) mengatakan bahwa ketika dia mengikuti kegiatan Gerakan Sumut Mengajar (GSM) bisa diupayakan ke KPM Rekognisi, berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku. Walaupun awalnya goyah karena GSM hanya 14 hari, tetapi berkat dukungan dari Dekan serta Wakil Dekan (Wadek), sehingga ia tetap memutuskan untuk mendaftar. Rindi juga mengajukan dua program yaitu Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi. Dia juga berpesan untuk memanfaatkan waktu luang sebaik mungkin, misalnya dengan mengikuti kegiatan volunteer atau kegiatan positif lainnya untuk menambah pengalaman dan memberikan dampak baik bagi orang lain.
"Jangan nunggu kesempatan datang dulu baru bergerak, tapi ciptain sendiri peluang untuk berkembang. Dari kegiatan kayak gini, kita bisa nemuin versi terbaik dari diri kita yang mungkin belum pernah kita sadari. Capek pasti, tapi rasa puas dan bangganya jauh lebih besar. Jadi, jangan takut nyoba hal baru, karena dari pengalaman di lapangan kita bisa belajar makna sebenarnya dari tanggung jawab, empati, dan pengabdian," tutupnya.
Reporter: Neiva Zaida Hasanah Saragih


