Portal Berita Al-Kalam

Alih Status IAIN ke UIN, Username dan Profil Media Sosial UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe Belum Berganti? Ini Alasannya

Foto: IST www.lpmalkalam.com -  Humas Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menuai pertanyaan dari mahasiswa terkai...

HEADLINE

Latest Post

20 Juni 2025

Aksi Bersih dan Kampanye Lingkungan Warnai Milad UKM PA Jipala ke-14

 

Foto: Abdul Aziz Perangin-angin

www.lpmalkalam.com- Dalam rangka peringatan milad ke-14, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam (PA) Jipala Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menggelar aksi bersih dan kampanye lingkungan yang bertitik temu di Lapangan Biro UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe pada Jumat (20/06/2025). 

Kegiatan ini dihadiri oleh kru UKM PA Jipala serta beberapa tamu undangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi sampah dan juga memperasri lingkungan kampus serta menyadarkan mahasiswa tentang pentingnya memerhatikan lingkungan sekitar. Kegiatan ini diisi dengan aksi mengutip sampah dan pemasangan pamflet yang dimulai dari Lapangan Biro UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe hingga Halaman Gedung Lab Center.

Muhammad Safii, Ketua Umum UKM PA Jipala, menyampaikan setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa tetap menjaga lingkungan agar tidak tercemar. 

"Acara ini dimulai dari Lapangan Biro UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe hingga Lab Center. Acara ini diisi dengan aksi bersih-bersih dengan mengutip sampah dan pemasangan plang-plang tadi," ujar Abi Naim selaku ketua panitia ketika diwawancarai.


Reporter: Tiara Khalisna

Editor: Zuhra

18 Juni 2025

LGBT Menyerang, Muda-Mudi Dihadang: Respons Al-Qur'an terhadap Perilaku Fahisyah yang Dapat Merusak Moral Anak Bangsa

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com- Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur kehidupan umatnya dengan aturan-aturan terbaik yang telah ditetapkan oleh Allah. Salah satu perintah-Nya adalah mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang. Al-Qur’an menegaskan hal ini melalui kisah umat Nabi Luth a.s. yang termaktub dalam Surah An-Naml ayat 54–58.

Q.S. An-Naml (54–55):
ูˆَู„ُูˆุทًุง ุฅِุฐْ ู‚َุงู„َ ู„ِู‚َูˆْู…ِู‡ِ ุฃَุชَุฃْุชُูˆู†َ ุงู„ْูَุงุญِุดَุฉَ ูˆَุฃَู†ุชُู…ْ ุชُุจْุตِุฑُูˆู†َ (ูฅูค) ุฃَุฆِู†َّูƒُู…ْ ู„َุชَุฃْุชُูˆู†َ ุงู„ุฑِّุฌَุงู„َ ุดَู‡ْูˆَุฉً ู…ِّู† ุฏُูˆู†ِ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ۚ ุจَู„ْ ุฃَู†ุชُู…ْ ู‚َูˆْู…ٌ ุชَุฌْู‡َู„ُูˆู†َ (ูฅูฅ)

Artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu melihat (kejahatannya)? Sungguh, kamu mendatangi laki-laki (untuk memuaskan nafsumu), bukan perempuan. Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).’”

Penjelasan Ayat:
Dalam ayat tersebut, “fahisyah” merupakan kata kunci. Menurut Tafsir Al-Munir, istilah ini merujuk pada perbuatan keji dengan mendatangi sesama jenis untuk memuaskan nafsu, padahal mereka menyadari bahwa hal tersebut merupakan kejahatan. Sementara menurut Tafsir Al-Misbah, “fahisyah” adalah perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh umat-umat sebelum Nabi Luth a.s. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa salah satu bentuk kerusakan moral anak bangsa adalah penyimpangan terhadap fitrah seksualitas manusia.

Lantas, timbul pertanyaan: apakah di Nanggroe Aceh Darussalam yang dikenal sebagai Serambi Makkah, daerah yang kental dengan nilai-nilai keislaman juga terdapat individu yang tergabung dalam kelompok LGBT?

Hasil analisis penulis dari Januari hingga April 2025 terhadap kasus LGBT di Kota Lhokseumawe menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan wawancara dengan dua informan (MRR dan AS), yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas di Lhokseumawe, MRR menyampaikan, “LGBT di kota ini sebenarnya banyak, hanya saja mereka masih tahu batasan untuk menutupi kelainan mereka.”

Faktor utama yang membuat kelompok ini tidak terang-terangan menyuarakan identitas mereka adalah keberadaan Qanun Jinayat yang diterapkan di Aceh, serta peran aktif instansi pemerintah seperti Wilayatul Hisbah (WH) di Lhokseumawe. Mereka yang terbukti melakukan perilaku amoral akan diproses secara hukum dan direhabilitasi.

Bagaimana status mereka di mata masyarakat? “Status kami di mata masyarakat masih sama seperti orang-orang pada umumnya, yakni masih dianggap normal,” ungkap AS. Ternyata, MRR dan AS pernah menjalin hubungan selama hampir dua tahun. Mereka menyebut bahwa faktor penyebab kecenderungan homoseksual tersebut adalah lingkungan yang tidak mendukung, tekanan sosial berupa kecaman dan bullying semasa sekolah, serta ketiadaan kasih sayang dari orang tua.

Mereka mengakui bahwa apa yang mereka lakukan adalah penyimpangan. Ini sejalan dengan makna “fahisyah” dalam ayat sebelumnya, yaitu sadar akan kesalahan namun tidak saling mengingatkan. “Di kota ini banyak LGBT pendatang dari luar daerah. Dominan dari mereka adalah orang-orang pintar, bahkan tidak sedikit yang memiliki posisi penting di kampus maupun di pemerintahan,” lanjut AS. Ketika ditanya bagaimana mereka saling mengenal, AS menjawab, “Awalnya kami kenalan dari aplikasi khusus gay, lalu lanjut ke media sosial biasa.”

Tugas kita sebagai masyarakat adalah menjaga diri dan lingkungan dari perbuatan menyimpang tersebut. Ingatlah kodrat dan fitrah kita sebagai manusia. Seperti ungkapan warganet Indonesia: “Awalnya bercanda, lama-lama jadi suka.” Kebiasaan buruk akan membawa dampak buruk pula, sebagaimana yang dialami oleh kedua informan yang pernah mengidap penyakit menular seksual (IMS) seperti gonore dan sifilis. Penyakit ini dapat menjadi bentuk peringatan dari Allah agar manusia tidak mendekati perbuatan amoral seperti homoseksualitas.

Karya: Galih Novdiantoro, Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe (Rilis)

Editor: Putri Ruqaiyah

22 Februari 2025

Liburan semester di Sidikalang: Antara Alam, Kuliner , dan Keluarga

Foto: Juramaida Ziliwu

www.lpmalkalam.com- Menghabiskan liburan semester di kampung halaman, khususnya di kota Sidikalang, dapat menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Sidikalang, yang dikenal dengan udara sejuk dan pemandangan alam yang asri, menawarkan berbagai aktivitas yang dapat dinikmati selama liburan.Salah satu daya tarik utama Sidikalang adalah kekayaan alamnya. Anda dapat mengunjungi perkebunan kopi yang terkenal di daerah ini, mengingat Sidikalang dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi. Selain itu, menikmati kuliner lokal seperti durian Sidikalang yang memiliki rasa khas dapat menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan.

Liburan di kampung halaman juga memberikan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga besar dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Mengikuti kegiatan tradisional atau sekadar berbincang dengan tetangga dapat memperkaya pengalaman dan memperdalam pemahaman tentang budaya lokal.

Jauh dari hiruk-pikuk kota besar, Sidikalang menawarkan suasana tenang yang ideal untuk refleksi dan relaksasi. Menghabiskan waktu di alam terbuka, seperti berjalan-jalan di sekitar desa atau menikmati pemandangan pegunungan, dapat membantu menyegarkan pikiran sebelum kembali ke rutinitas sehari-hari. Secara keseluruhan, liburan semester di kampung halaman seperti Sidikalang tidak hanya menawarkan keindahan alam dan kuliner khas, tetapi juga kesempatan untuk mempererat hubungan keluarga dan menikmati ketenangan yang jarang ditemui di perkotaan.


Oleh: Juramaida Ziliwu

Editor: Redaksi

05 Desember 2024

Perjalanan Juramaida ke Kota Lhokseumawe: Mewujudkan Impian Kuliah di IAIN Lhokseumawe

Foto: www.iainlhokseumawe.ac.id

www.lpmalkalam.com- Pagi itu, aku terbangun dengan semangat membara. Setelah berbulan-bulan berjuang dan belajar, aku akhirnya diterima di Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe, kampus yang selama ini aku impikan. Kabar itu membuatku tidak sabar untuk memulai petualangan baru dalam hidupku.

Setelah berpamitan dengan keluargaku, aku mengemas ransel dengan hati-hati. Aku memasukkan buku-buku pelajaran, beberapa pakaian, dan makanan ringan yang disiapkan ibuku. "Jaga diri, ya, Maida. Belajar yang baik dan jangan lupa berdoa," kata ibu sambil memelukku erat. Dengan semangat dan harapan, aku melangkah keluar rumah menuju Terminal Amplas di Medan.

Sesampainya di terminal, suasana ramai langsung menyambutku. Bus-bus besar berdiri di sepanjang jalan, dan penumpang datang dan pergi. Aku membeli tiket untuk bus yang menuju Lhokseumawe. Sambil menunggu, aku melihat sekeliling, merasakan kebisingan dan kesibukan yang membuatku sedikit cemas. Namun, rasa semangatku untuk kuliah mengalahkan semua ketakutan itu.

Setelah beberapa saat, bus yang ditunggu akhirnya tiba. Aku mencari tempat duduk dan merasa lega ketika bisa duduk di samping jendela. Dengan senyum di wajah, aku melihat pemandangan kota Medan yang mulai menjauh. Setelah bus melaju, aku menyaksikan pemandangan alam yang indah—sawah hijau yang membentang, bukit-bukit yang berdiri megah, dan pohon-pohon yang menghiasi sepanjang perjalanan. Perjalanan ini bukan hanya tentang berpindah tempat, tetapi juga tentang menuju cita-cita.

Selama perjalanan, aku berbincang dengan penumpang di sampingku, seorang mahasiswa dari Medan yang juga akan kuliah di Lhokseumawe. Kami berbagi cerita tentang harapan dan pengalaman hidup. Aku merasa senang bisa bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki tujuan yang sama.

Setelah lima belas jam perjalanan, bus akhirnya memasuki Kota Lhokseumawe. Aku bisa melihat laut di kejauhan dan merasakan angin segar yang menerpa wajahku. Tak lama kemudian, bus berhenti di terminal, dan aku melangkah keluar dengan penuh rasa syukur. Aku memesan grab untuk membawaku ke kampus.

Di grab, aku  memperhatikan suasana Lhokseumawe yang berbeda dari Medan. Jalanan yang lebih sepi, rumah-rumah yang sederhana, dan suara ombak di dekat pantai memberikan nuansa baru. Aku merasa bersemangat ketika grab akhirnya tiba di depan Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe.

Sesampainya di kampus, aku takjub melihat gedung-gedung yang megah dan suasana yang hangat. Aku segera menuju gedung rektorat untuk mendaftar ulang dan mengikuti orientasi mahasiswa baru. Di sana, aku bertemu dengan banyak teman baru, dan kebersamaan itu membuatku merasa lebih nyaman dan bersemangat.

Orientasi berlangsung selama beberapa hari, diisi dengan berbagai kegiatan yang mengenalkan mahasiswa baru pada lingkungan kampus. Aku belajar banyak tentang visi misi kampus, fasilitas yang tersedia, dan berbagai kegiatan kemahasiswaan. Aku merasa beruntung bisa menjadi bagian dari institusi yang memiliki komitmen tinggi dalam pendidikan agama.

Hari-hari berlalu, aku mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di Lhokseumawe. Aku aktif mengikuti kelas dan berusaha belajar dengan giat. Setiap malam, saat mengerjakan tugas, aku selalu teringat akan pesan ibu untuk tidak lupa berdoa dan bersyukur atas kesempatan ini.

Dengan tekad dan semangat yang kuat, aku yakin bahwa perjalanan dari Medan ke Lhokseumawe ini adalah langkah awal menuju masa depan yang gemilang. Aku siap menghadapi segala tantangan dan meraih impian untuk menjadi seorang sarjana yang berkualitas dan berkontribusi bagi masyarakat. Di dalam hati, aku percaya bahwa setiap usaha dan doa tidak akan sia-sia.


Oleh: Juramaida Ziliwu (Magang)

Editor: Redaksi

26 Oktober 2024

Bur Telege, Destinasi Wisata Negeri di Atas Awan Takengon yang Menyatu dengan Alam

 

Foto: Zuhra 

www.lpmalkalam.com- Takengon, Aceh tengah, semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang menyuguhkan keindahan alam yang menakjubkan dan budaya yang kaya. Tak heran, kunjungan wisata ke Kabupaten Aceh Tengah diklaim mencapai 1.500 hingga 3.000 pengunjung perharinya.

Salah satu tempat yang sudah lama viral dan layak dikunjungi adalah wisata  Bur Telege, yang dibangun oleh pemuda desa Hakim Bale Bujang sejak tahun 2017 silam.

Objek wisata Bur Telege atau sering juga disebut sebagai "Bur Gayo"  ini berada di Desa Hakim Bale Bujang kecamatan Lut tawar, Takengon, Aceh Tengah , pada ketinggian 1.450 Meter Diatas Permukaan Laut. Bur Telege diperkirakan akan menjadi salah satu destinasi primadona di kawasan Takengon, Aceh Tengah.

Foto: Zuhra 

Wisata yang bergaya klasik dengan konsep menyatu dengan alam dan di lengkapi dengan villa dream hill Bur Telege  ini menawarkan sensasi menikmati berbagai wisata dalam satu tempat baik di siang maupun malam hari.

Tempat ini  menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang datang dan ingin menikmati pesona Aceh sambil merasakan sejuknya Kota Takengon.

Bur Telege terkenal karena keindahan panorama alam Gayo yang bisa di lihat dari ketinggian 1.450 mteter Diatas Permukaan Laut seperti danau Lut Tawar, Kota Takengon, dan pegunungan sekitar.


Oleh: Salsabella Rizki 

Editor: Redaksi 

24 April 2024

Kemelut Pers Mahasiswa Ditengah Krisisnya Pembekuan Suara

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com- Pers mahasiswa merupakan sebuah tonggak penggerak penyuaraan masyarakat kampus yang tidak mampu dan takut untuk membuka suaranya. Pers mahasiswa dapat diartikan sebagai sebuah media atau organisasi yang dibentuk untuk dijadikan sebagai sarana penyampaian berita kepada masyarakat kampus maupun luar kampus. Kata pers tidak akan pernah lepas dari istilah jurnalistik yang bertugas untuk mencari, memperoleh, mengolah dan menyampaikan suatu informasi. Kata pers yang disandingkan dengan kata mahasiswa atau pers mahasiswa menjadi kan pergerakan ini sebagai roda penggerak suara mahasiswa yang takut menyuarakan pendapatnya terkait dengan kampus tempatnya menempuh pendidikan. Kegiatan jurnalistik di kampus dapat dikelola oleh dua pihak yaitu kegiatan jurnalistik yang dikelola oleh kampus sendiri yang dikenal dengan istilah pers kampus dan terdapat pula kegiatan jurnalistik yang dikelola oleh mahasiswa yang dikenal dengan Lembaga pers mahasiswa. Pers mahasiswa bukan hanya sebagai roda penggerak suara mahasiswa saja tetapi gerakan ini juga dapat menjadi staff control sosial negara.

Pers mahasiswa juga dijadikan sebagai acuan berdirinya demokrasi dalam suatu negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah terkait pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang mampu merubah masa depan indonesia dan tentunya dalam hal ini pers mahasiswa bekerja sama dengan para aktivis lainnya ikut andil dalam perannya merubah masa depan bangsa indonesia. Hal ini telah menyimpulkan bahwa pers mahasiswa memiliki suatu bagian dan peranan yang sangat penting dalam mewarnai corak sejarah perjuangan bangsa indonesia. 

Namun hingga saat ini apakah pers mahasiswa dapat bergerak sebebas itu? Apakah pers mahasiswa dapat bersuara dengan bebas tanpa adanya rintangan dan hambatan dari sekitar? Apakah semua masyarakat kampus mendukung penuh segala pergerakan yang dilakukan oleh pers mahasiswa? 

Nyatanya pergerakan pers mahasiswa tidaklah semulus dan sebebas yang diharapkan. Berbagai rintangan dan hambatan akan selalu mewarnai pergerakan pers mahasiswa. Gerakan pers mahasiswa tidaklah sebebas dengan apa yang telah sejarah-sejarah dan berita-berita keluarkan. Banyak pihak yang tidak menyukai gerakan pers mahasiswa bahkan tidak segan-segan pihak tersebut mencoba membekukan suara pers mahasiswa sampai ingin memblokade pergerakannya. Padahal eksistensi pers mahasiswa di tengah masyarakat sangatlah penting dan patut dijaga serta dipertahankan terutama dilingkungan kampus. Pers mahasiswa merupakan suatu wadah untuk para mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa kritis yang dapat membuat mahasiswa memiliki semangat nasionalisme yang kuat serta menjadi generasi intelektual yang hebat bagi masa depan indonesia, tapi sayangnya banyak pihak yang tutup mata dengan hal ini. 

Eksistensi pers mahasiswa dilingkungan kampus terkadang membuat para birokrat kampus merasa terancam karena takut pers mahasiswa akan menerbitkan suatu berita yang menjatuhkan posisinya. Tidak hanya dilingkungan kampus saja gerakan pers mahasiswa ditengah masyarakat juga tak jarang mendapatkan penolakan karena takut menerbitkan beberapa berita yang menyinggung otoritas negara. Jika pers mahasiswa menerbitkan suatu berita yang membuat keadaan birokrat kampus maupun otoritas negara terpojokkan maka pada saat seperti inilah suara dari gerakan pers mahasiswa akan dibekukan. Birokrat kampus akan mencoba mengemas berbagai larangan untuk menghentikan gerakan pers mahasiswa untuk menerbitkan atau menelusuri suatu berita terkait dengan sedang adanya penyelewengan secara mendalam dalam zona internal kampus maupun eksternal. Larangan tersebut akan dibumbui dengan bahasa-bahasa yang normatif, santun dan penuh dengan pengertian seperti memberikan pengertian untuk lebih fokus kepada meningkatkan prestasi nilai akademik dan non akademik mahasiswa. Jika pers mahasiswa tidak menuruti apa yang diperintahkan oleh birokrat kampus maka gerakan pers mahasiswa terancam dihentikan dan di cabut haknya untuk menyampaikan sebuah berita. Tidak sampai disitu saja ancaman yang didapatkan oleh pers mahasiswa juga dapat berupa kekerasan fisik dan penyerangan ruang kesekretariatan tempat para pers mahasiswa menyatukan buah pikirannya. Ancaman ini juga akan disangkut pautkan kepada seluruh anggota pers mahasiswa seperti ancaman skors dan drop out dari kampus. Padahal seharusnya bukankah jika terjadinya suatu kesalahan maka hal itu harus dituntaskan? bukankah kebenaran harus ditegakkan? bukankah sebuah informasi penting yang ditutupi dari mahasiswa oleh birokrat kampus harus disampaikan karena mahasiswa juga memiliki hak untuk mengetahui informasi terkini tentang apa yang terjadi ditempat nya menempuh pendidikan? bukankah masyarakat juga perlu mengetahui apa yang telah terjadi didalam negaranya?.

Jika kampus tempat mahasiswa menempuh pendidikan dan menimba ilmu saja tidak mendukung gerakan pers mahasiswa untuk menyuarakan dan menyampaikan kebenaran lalu bagaimana nasib generasi indonesia kedepannya. Lantas siapa yang akan menegakkan kebenaran jika gerakan seperti pers mahasiswa saja tidak pernah didukung dan malah disalahkan. Pergolakan mahasiswa demi menegakkan kejujuran diatas kemunafikan suatu pihak tertentu haruslah menjadi suatu keharusan yang diteruskan. Menjadi seorang mahasiswa bukan berarti hanya untuk memetik pelajaran di dalam ruang kelas demi mengejar nilai ipk dan mendapatkan gelar saja, tetapi mahasiswa juga perlu bersirkulasi untuk menyampaikan pendapat serta menuntut segala keadilan terhadap suatu hal yang melenceng dari kebenaran. Pers mahasiswa diharapkan mampu menjadi wadah yang tepat untuk menampung para mahasiswa yang akan menyuarakan kebenaran, menjadi sebuah pengamat dan peninjau di tengah-tengah terjadinya gejolak hilangnya kebenaran dan keadilan negara dan kampus. Dari keadaan seperti ini maka, Secara tidak langsung secara terbuka maupun tidak terbuka saat ini birokrat kampus bahkan otoritas negara telah mencerminkan sikap ketidakpeduliannya terhadap adanya demokrasi di indonesia.

Pers mahasiswa sebagai penyalur informasi selayaknya mengabarkan kabar berita dan isu￾isu terkini yang sedang hangat dibicarakan terutama dilingkungan kampus. Sebagai penyalur informasi pers mahasiswa dapat dijadikan sebagai tumpuan yang dapat menampilkan pemberitaan yang logis dari buah pikir mahasiswa yang kritis. Tetapi kegemilangan prediket pers mahasiswa saat ini hampir tenggelam karena adanya rasa ketidakpedulian dari birokrat kampus maupun otoritas negara untuk memvalidasi keberadaan pers mahasiswa. Bukan hanya birokrat atau otoritas negara saja yang tidak peduli terhadap pers mahasiswa tetapi sangat disayangkan bahwa ketidakpedulian tersebut juga berasal dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum sendiri. Sikap malas menanggapi isu dan berita terkini yang sedang ramai diperbincangkan membuat gerakan pers mahasiswa menjadi sangat sulit dikembangkan. Sikap malas dari mahasiswa dan masyarakat tersebut bukan tanpa ada alasan tetapi sikap malas menanggapi berasal dari rasa takut untuk membongkar sebuah permasalahan dari isu yang sedang ramai dibicarakan. 

Rasa takut yang di alami mahasiswa membuat mereka enggan untuk bergabung kedalam gerakan pers mahasiswa dan memilih untuk fokus pada masalah akademik saja jika pun mereka ingin mencari kegiatan non akademik maka tidak jarang mahasiswa untuk menghindari ajakan bergabung dengan pers mahasiswa karena mengetahui bahwa tidak jarang pers mahasiswa akan berurusan dengan birokrat kampus dimana hal itu dapat mengancam kedudukannya sebagai mahasiswa harapan dari orang tuanya. Jika minat para mahasiswa untuk bergabung dengan pers mahasiswa terus berkurang maka eksistensi pers mahasiswa akan tenggelam dan meninggalkan rekaman sejarah saja.

Kebanyakan birokrat kampus menginginkan keberadaan pers mahasiswa seperti bunga mawar yang selalu memberikan keharuman dan menebarkan keindahannya, begitu juga dengan pers mahasiswa yang dituntut untuk membuat berita yang harus membawa harum nama kampus karena menilai pers mahasiswa hanyalah gerakan mahasiswa yang bekerja dibawah naungan birokrat kampus saja. Beda halnya dengan pers mahasiswa yang ingin bekerja secara independen dan menulis berbagai berita sesuai dengan aturan jurnalistik.

Ketiadaannya regulasi hukum yang melindungi pers mahasiswa juga menjadi kendala para pers mahasiswa untuk terus berkembang. Tidak tersedianya undang-undang yang secara spesifik membahas tentang kewenangan, hak dan perlindungan untuk pers mahasiswa merupakan masalah yang sangat genting. Tidak ada tempat berlindung dan tidak ada tempat pengaduan membuat pers mahasiswa resah dengan eksistensinya dilingkungan kampus untuk mengeluarkan suaranya tanpa adanya hak pembekuan suara oleh birokrat kampus dan otoritas negara. pers mahasiswa harus memiliki kebebasan demi menyalurkan informasi yang ditutupi oleh berbagai pihak. Jika Gerakan Pers mahasiswa diberhentikan lalu kemana mahasiswa akan menyuarakan buah pikirannya yang kritis.

Maka dari itu untuk membuat pers mahasiswa kembali terbit dan tetap bertahan sebagai roda penggerak suara mahasiswa, pers mahasiswa harus dapat menguatkan kembali hasil kualitas berita liputannya. Karena sebuah beritalah yang akan membuat banyak pihak merasa tersinggung dan memunculkan konflik antara pers mahasiswa dengan birokrat kampus maupun dengan otoritas negara. memperbaiki kualitas berita maka akan menghasilkan nilai produk mahasiswa yang tinggi dan dapat berdampingan dengan kualitas jurnalistik pada umumnya. Meningkatkan mutu berita juga aka meningkatkan kecerdasan mahasiswa dan masyarakat. Pers mahasiswa diharapkan dapat semakin tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dimana tercium adanya sebuah berita penyelewengan, maka pers mahasiswa bertugas untuk meninjau dan meneliti kebenaran dari isu tersebut. Begitu juga sepatutnya dengan birokrat kampus yang seharusnya dapat mendukung gerakan pers mahasiswa untuk menyuarakan pikiran kritisnya dan mempertahankan nilai-nilai demokrasi dengan menjunjung kebenaran dan keadilan serta sudah sepatutnya birokrat kampus juga memberikan kebebasan bersuara terhadap pers mahasiswa seperti kegiatan aktivis jurnalistik pada umumnya. 


Oleh: Fitdaturrahmi

Editor: Redaksi

30 Januari 2023

Mahasiswa IAIN Lhokseumawe Ziarah ke Makam Tgk Chik Awe Geutah, Ulama Sufi Pada Masanya

Foto: IST

www.lpmalkalam.comPada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2022 jam 11.30 WIB, kami berziarah ke makam Tgk Chik Awe Geutah yang terletak di Gampong Awe Geutah, Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Di kesempatan kali ini kami bertiga Muhammad Rizky Azdillah, Eka Munanda dan Firza Humaira yang merupakan mahasiswa IAIN Lhokseumawe. Tujuan kami ke makam Tgk Chik Awe Geutah yaitu untuk berziarah dan juga untuk mengetahui sedikit banyaknya sejarah masa hidup beliau.

Lokasinya sekitar 6 Km dari jalan raya Medan-Banda Aceh. Di makam tersebut ada keturunan ketujuh dari Tgk Chik Awe Geutah yang memandu siapa saja yang berziarah kesana. Awalnya kami dikira ingin mengambil tarikat, namun setelah kami jelaskan barulah kami bertanya jawab seputaran kisah hidup Tgk Chik Awe Geutah.

Informasi yang kami peroleh bahwa Tgk Chik Awe Geutah mempunyai hubungan erat dengan Tgk Chik Tanoh Abee, Jantho, Kabupaten Aceh besar, Banda Aceh. Beliau mengatakan jika ingin memperoleh informasi yang lebih maka alangkah baiknya juga berziarah ke makam Tgk Chik Tanoh abee.
Foto: IST
Di area pemakaman tidak diperbolehkan untuk memfoto dan memvideokan keadaan disana. Pada hari itu, Banyak orang yang berziarah ke makam Tgk Chik Awe Geutah dengan tujuan untuk menunaikan nazar. Ternyata banyak orang yang bernazar di makam ini. Disamping makam terdapat balee khalut (balai khalut) yang sudah berusia 1000 tahun lebih, disampingnya juga terdapat sumur yang airnya boleh diambil untuk diminum, cuci muka dan menyembuhkan penyakit. Sebelum pulang kami juga sempat meminumnya dan membawa pulang. Pengambilan air sumur ini harus cucu beliau yang menimbanya.
Foto: IST
Di luar area makam juga terdapat  beberapa rumah adat Aceh. Satu diantaranya yang masih terawat, usia rumah tersebut lebih kurang 700 tahun sedangkan yang lain pembangunannya terhenti dan belum siap. Di depan rumah adat Aceh ini kami diperbolehkan untuk berfoto. Di rumah ini menetap keturunan-keturunan dari Tgk Chik Awe Geutah. Letak makam beliau di bawah rumah yang beliau tempati semasa hidupnya. Karena rumahnya model panggung atau Rumoh Aceh, jadi di bawah rumah tersebut beliau dimakamkan. 


Penulis: Muhammad Rizky Azdillah (Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam semester V)
Editor: Redaksi


12 April 2022

Membanggakan, Dua Mahasiswa IAIN Lhokseumawe Wakili Provinsi Aceh di Ajang Putra-Putri Remaja Nusantara 2022

Radian Putra dan Mardiana (Putra-Putri Remaja Nusantara Aceh 2022) Foto: M. Akbar/lpmalkalam.com

www.lpmalkalam.com - Mahasiswa IAIN Lhokseumawe, Radian Putra dan Mardiana, meraih prestasi membanggakan. Keduanya terpilih menjadi pasangan Putra-Putri Remaja Nusantara yang akan mewakili Provinsi Aceh di tingkat Nasional pada ajang Putra-Putri Remaja Nusantara tahun 2022.

Keduanya merupakan mahasiswa dan mahasiswi aktif Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Ilmu Alquran dan Tafsir.

Kepada Kru LPM Al-Kalam, Selasa (5/4/2022) keduanya mengatakan bahwa ajang ini merupakan salah satu kesempatan mereka untuk memperkenalkan kebudayaan masyarakat Aceh di kancah Internasional.

Radian Putra, didampingi Mardiana mengatakan, "Insya Allah kami akan menjadi pelopor untuk mengembangkan dan memperkenalkan adat istiadat Aceh di mancanegara."

Sebagai putra-putri asli tanah Aceh, mereka merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk terus mempertahankan dan memperkenalkan kebudayaan Aceh khususnya kepada generasi muda. "Jangan sampai keberagaman yang elok ini punah atau terlupakan begitu saja, hanya karena perubahan gaya modern dan globalisasi yang begitu pesat," ucap Radian, pasangan Putra Remaja Nusantara, yang juga merupakan aktivis Kampus.

Laki-laki kelahiran Takengon ini juga bertekad untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk Provinsi Aceh di ajang Putra-Putri Remaja Nusantara Tahun 2022 di tingkat Nasional.

Sementara itu Mardiana, dengan panggilan akrab Diana, pasangan wanita Putra-Putri Remaja Nusantara Provinsi Aceh ini menambahkan, "Ini bukan hanya ajang untuk berkompetisi, namun sejauh perjalanan ada begitu banyak pembelajaran, pengajaran, serta lingkup relasi baru yang selalu memberikan hal-hal yang positif".

Putri Aceh asal Panton Labu ini juga memiliki tekad yang kuat untuk terus belajar dan akan berusaha memberikan yang terbaik dalam ajang ini.

Keduanya berharap, ajang ini dapat menjadi suatu semangat, motivasi dan kebanggaan bagi masyarakat Aceh khususnya kepada Mahasiswa IAIN Lhokseumawe. Mereka berharap dukungan dan doa agar bisa sukses membawa kemenangan untuk Provinsi Aceh dan sukses memperkenalkan budaya Aceh pada khalayak luas.


Reporter: Wilda Putri Raihan dan Nur Asiah

Editor: Redaksi


 

02 Januari 2021

Tetesan Keringat Pengrajin Tembikar

 Tetesan Keringat Pengrajin Tembikar

Oleh: Rita Suryani

www.lpmalkalam.com


Foto : hahehozonk.blogspot.com

Tembikar merupakan benda unik berbahan dasar tanah liat dari sawah serta sekam bakar pabrik padi. Perkembangan zaman membuat tembikar tak lagi menjadi primadona. Memproduksi tembikar memang bukan hal mudah, membutuhkan tenaga yang besar, waktu yang lama, kesabaran yang kokoh, serta ketelitian dalam mengolahnya hingga menjadi sebuah benda yang unik. Keletihan melestarikan tembikar berdampak pada Desa Me, Kecamatan Tanah Pasir, Kabupaten Aceh Utara. Dulunya sebagian besar penduduk desa itu berprofesi sebagai pengrajin tembikar.

Mengingat tahapan pembuatannya yang membutuhkan tenaga serta waktu yang lama, membuat produksi tembikar hampir punah dan hanya tersisa dua orang di desa tersebut. Prosesnya membutuhkan waktu yang lama, mulai dari persiapan bahan, pembentukan, penjemuran, pembakaran hingga penyempurnaan. Sebagian pot cukup pada tahap pembakaran, vas dan celengan dapat dihiasi dengan aksesori dan pewarnaaan yang memikat mata pembelinya. Proses tahapan pembuatannya tergantung pada bentuk dan kegunaan tembikar tersebut.

Salah satunya Nur Hafifah yang kerap disapa Kak Fah merupakan salah satu yang bertahan dari sekian banyak pengrajin tembikar di Desa Me. Pekerjaan itu telah ia geluti selama puluhan tahun. Rumah produksi itu hanya membuat pot, vas, dan celengan saja, Mentari terbit dari arah timur menemani wanita pengrajin tembikar itu mengerjakan tugasnya. Proses persiapan tanah liat dengan sekam bakar dicampur secara merata, dan proses pembentukan yang sangat membutuhkan keahlian dalam membuatnya.

Potret lokasi pembentukan beralaskan tanah dan atap seadanya yang dibuat agar tetesan hujan tidak melintasi pot yang sedang diukir rapi. Kak Fah yang duduk di bangku kayu kecil memfokuskan kedua bola matanya kepada tembikar yang sedang dibuat. Tanah yang sudah ulet diletakkan di atas alat putar agar terkesan mudah dibentuk. Tanah itu berputar seiring berputarnya bidang lingkaran di bawahnya. Sinar mentari mulai terlihat dari celah-celah dedaunan, Kak Fah masih menyelesaikan pot bunga yang hampir menyerupai pot di sampingnya. Tangan dan kaki yang berlumuran tanah harus ia jalani untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Banyaknya pot yang dihasilkan tergantung pada ukuran dan bentuk pot, biasanya menghabiskan waktu satu hari sampai 3 hari dalam proses pembentukan. Harganya juga bervariasi mulai dari lima ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Wanita kelahiran 1971 itu, menjadikan tembikar sebagai mata pencahariannya. “Dulu hampir setengah penduduk di desa itu berprofesi sebagai pengrajin tembikar. Membutuhkan kesabaran serta waktu yang lama membuat masyarakat tidak lagi memproduksi pot tanah liat itu. Dari sekian banyak pengrajin tembikar, hanya saya dan tetangga saya di sebelah yang masih membuatnya. Kami belajar membuat tembikar dari pelatihan yang diadakan oleh pihak industri, pengajarnya langsung didatangkan dari Bandung. Proses belajarnya selama bertahun-tahun baru menghasilkan sebuah karya,” jelasnya.

Sang penerang siang mulai mengeluarkan aura panasnya hingga ke penjuru bumi desa itu. Langit cerah pertanda surya berpihak kepada seniman wanita itu untuk melakukan pembakaran di halaman rumah. Persiapan alat dan proses pembakaran dibantu oleh suami dan anaknya. Pembakaran itu bertujuan untuk mempertahankan ketahanan pot dan terkesan berwarna. Panasnya surya mengerjap dalam pori, membakar kulit yang sudah keriput dan kusam. Keringat di wajahnya melintasi pipi yang terbakar uap sijago merah, bagaikan dedaunan yang disapa tetesan hujan.

Sengatan matahari tidak mampu membakar semangatnya yang berkobar. Pot dan bahan bakarnya disusun rapi secara teliti supaya tidak berjatuhan dan uap panas meresap secara sempurna. Hembusan angin membuat asap tidak lagi serempak dalam gepulannya. Menaburkan aromanya ke pakaian dan kulit yang terpapar sinar surya. Suara letusan pot menandingi hembusan angin, letusan itu sebagai pertanda bahwa ada pot yang pecah karena tanah liat dengan sekam bakar tidak tercampur secara merata.

Pot yang retak sebelum proses pembakaran dapat dibentuk kembali, sedangkan pot yang pecah setelah pembakaran tidak dapat diolah lagi seperti semula. Kepungan asap membuat bola mata pengrajin pot tanah liat itu berkaca kaca. Menembus rongga pernafasan yang membuatnya harus menjauh dari serangan asap. Tetapi, ia harus tetap mengawasi supaya jilatan api tidak menguasai pot. Hal itu dilakukan supaya pot berwarna merah bata seperti yang diminati oleh kebanyakan pelanggan.

“Penjualan pot ada yang dipesan ada yang dibuat langsung tanpa dipesan. Banyak dari pelanggan yang menyukai pot warna merah bata, dan ada juga yang suka warna hitam, tetapi jarang. Padahal warna hitam lebih tahan lama,” ujar wanita kelahiran Me Matang Panyang tersebut. Ketika sijago merah mulai menguasai pot dan mengalahkan kepungan asap, Kak Fah dan suaminya mencoba memisahkan pot yang sudah berwarna merah bata dengan mengambil satu persatu menggunakan kayu ukuran panjang. Mengumpulkan dan merapikan pot yang sudah dingin dengan tenaga yang tersisa.

Editor : Redaksi


Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam IAIN Lhokseumawe, 0821-6414-4543 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.