Ilustrator. Net Penulis: Geubrina Ginting |
www.lpmalkalam.com- Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan hasil alamnya, dan terletak di atas luasnya daratan yang pulaunya terdiri dari 200 pulau, bahkan tersebar ribuan ragam budaya yang menjadi salah satu keunikan bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Suku,
Agama, ras di Indonesia pun beragam. Terdapat juga beberapa budayanya seperti bahasa
daerah, tarian, lagu, alat musik, pakaian adat, upacara adat, bangunan rumah
adat, dan kesenian daerah lainnya. Indonesia adalah negara
yang sangat kental dengan adat istiadatnya.
Maka tak heran jika negara-negara lain sangat tertarik untuk berkunjung ke
tanah air kita ini.
Dengan
suku, ras dan agama yang beragam, di situlah terkadang timbul perselisihan
suatu suku dengan suku yang lain, agama dengan agama yang lain, dan sebagainya.
Bahkan sampai terjadi kerusuhan dikarenakan perbedaan argumen mengenai
pemahaman yang ia ketahui tentang agamanya atau pun orang lain, padahal negara
Indonesia ini adalah negara bebas berpendapat, mau apapun itu agama, ras,
sukunya tidak membatasinya untuk berpendapat.
Dengan
beragamnya suku, agama, ras, di Indonesia seharusnya kita harus tetap
menghargai kebijakan-kebijaka mereka yang masih terkandung norma-norma yang
wajar dan benar. Mengapa kita harus terpisah karena suatu perbedaan? Perbedaan
bukanlah suatu alasan untuk terpisah.
Perbedaan itu adalah suatu hal yang harus
kita terima dan hargai. Dengan adanya perbedaan maka kita dapat belajar dari
suatu perbedaan tersebut? Kita
tak harus menjauhi dan membenci satu sama lain, rangkullah saudara-saudara
kita. Mengapa begitu? Karena untuk bersatu itu tak harus satu. Apa maksud dari
kata tersebut?. Maksudnya ialah, apapun suku, agama, dan ras kita kita akan
dapat bersatu, walaupun dengan status yang berbeda, seperti perbedaan agama,
kita tak harus menganut agama mereka, tetapi cukup komitmen dengan agama kita
masing-masing. Namun pada hal yang lain seperti tentang kemanusiaan dan
sebagainya, kita harus bersatu.
Dalam Alquran surat Al-Kafirun ayat terakhir dari surat tersebut telah dikatakan,
yang artinya “untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. Nah disini sudah jelas,
bahwa agama tidak mengajarkan untuk memusuhi perbedaan,
kita harus saling bahu membahu, biarkan apapun latar belakangnya, karena yang
kita butuhkan adalah bersatunya kita dalam hal-hal yang dapat kita satukan, dan
tetap pada prinsip dan keyakinan masing-masing diri.
Maka
dari itu, sudah cukuplah saling hujat menghujat, memusuhi, menjauhi, sesama
umat manusia. Karena tak ada gunanya jika kita lakukan hal tersebut, masalah
kecil jangan dibesar-besarkan, tapi carilah suatu solusinya bersama-sama.
Karena dengan berdiskusi bersama-sama kita akan mempererat keakraban kita, dan
mampu menemukan jalan keluarnya.
Penulis merupakan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Anggota aktif di Pers Mahasiswa Al-Kalam dan menjabat sebagai redaktur videografi dan tulisan ini telah lulus seleksi pada ajang Sejuk.