![]() |
Foto: Pixabary.com |
Orang yang tidak beretika sering kali mencari perhatian atau reaksi untuk memperkuat perilaku mereka. Saat kita merespons dengan emosi, kita justru memberikan apa yang mereka inginkan: validasi atas tindakan mereka. Sebaliknya, dengan memilih untuk diam, kita memutus siklus provokasi yang mereka coba ciptakan.
Diam juga memberikan ruang untuk merenung. Dengan tidak terburu-buru bereaksi, kita memiliki waktu untuk mempertimbangkan langkah terbaik tanpa memperburuk situasi. Hal ini penting untuk menjaga integritas dan tidak terjebak dalam perilaku serupa yang hanya memperkeruh keadaan.
Selain itu, diam dapat menjadi pernyataan tegas tanpa kata-kata. Ketika seseorang menunjukkan perilaku yang tidak beretika, respons diam bisa dianggap sebagai bentuk ketidaksetujuan yang bermartabat. Itu adalah cara untuk menunjukkan bahwa kita tidak akan turun ke level yang sama dengan mereka.
Namun, penting untuk memahami konteks di mana diam harus digunakan. Diam tidak berarti membiarkan ketidakadilan terus terjadi, terutama jika perilaku tidak beretika tersebut merugikan banyak orang. Dalam situasi tertentu, melibatkan pihak yang lebih berwenang atau mengomunikasikan masalah dengan cara yang baik adalah langkah yang diperlukan.
Pada akhirnya, diam adalah bentuk kekuatan. Ini menunjukkan bahwa kita cukup percaya diri dan bijaksana untuk tidak terpengaruh oleh provokasi atau tindakan negatif. Dengan memilih untuk diam, kita tidak hanya melindungi martabat diri, tetapi juga menunjukkan bahwa etika dan kendali diri jauh lebih kuat daripada balasan emosional.
Oleh: Putri Ruqaiyah (Magang)
Editor: Redaksi