Portal Berita Al-Kalam

LPM Al-Kalam Gelar Kegiatan KLASIK di MAN Kota Lhokseumawe: Menumbuhkan Semangat Jurnalisme Sejak Dini

Foto: Jati Mainah www.lpmalkalam.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menyelenggarakan kegiatan K...

HEADLINE

Latest Post

25 Agustus 2025

Indonesia Terjerat dalam Belenggu Kekuasaan bahkan di Era Kemerdekaan

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com - Indonesia sebagai negara kepulauan yang saat ini memiliki 38 provinsi dan 17.508 pulau dengan 10 diantaranya berada di perbatasan maritim dan 3 diantaranya berada di perbatasan darat negara tetangga. Siapa yang menyangka bahwa tanah air Indonesia dulunya hanya berasal dari dua benua yaitu Sunda Shelf (Paparan Sunda) dan Sahul Shelf (Paparan Sahul). Saat itu, Paparan Sunda menghubungkan wilayah Indonesia bagian barat (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) dengan daratan Asia, sedangkan Paparan Sahul menghubungkan Indonesia bagian timur (Papua) dengan daratan Australia. Karena pemanasan global permukaan air laut naik secara signifikan pertahunnya hingga banyaknya dataran yang tenggelam sehingga terbentuknya pulau-pulau saat ini.  

Pada abad ke-19 negeri ini juga telah memiliki berbagai sebutan sebelum akhirnya disebut dengan Indonesia. Terdapat berbagai nama terdahulu dari bangsa ini seperti Hindia Timur, Nusantara, serta dua nama yang diusulkan oleh George Samuel Windsor Earl yang berasal dari Inggris yaitu "Indunesia" dan "Melayunesia". Selain nama-nama yang telah disebutkan masih banyak lagi penyebutan wilayah ini. Hingga pada akhirnya James Richardson Logan, yaitu seorang antropolog, melalui konsistensi dalam menuliskan nama "Indonesia" di dalam karya tulisnya menjadikan sebutan itu sebagai nama wilayah yang disebutkan (Indonesia). Nama "Indonesia" dipilih setelah melakukan perubahan bunyi fonem /u/ menjadi /o/ karena lebih mudah diujarkan oleh penduduk lokal. Meskipun nama tersebut berasal dari warga negara asing, di negara ini orang pertama yang menggunakan nama "Indonesia" ialah Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara tepatnya pada tahun 1913.

Setelah melewati sejarah terbentuknya wilayah dan nama negara Indonesia yang kaya akan rempahnya, menjadikannya banyak didatangi oleh warga negara asing. Salah satunya berasal dari Belanda. Siapa yang tidak mengetahui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang akrab dikenal sebagai perampok tersadis dalam sejarah. Tidak bisa dipungkiri bahwa dahulu saat Belanda masih berada di Indonesia, VOC yang merupakan sebuah perusahaan dagang milik Belanda yang telah berdiri dari tahun 1602 dianggap jahat oleh penduduk pribumi karena mencuri harta (berupa rempah) milik Indonesia. Sejak berada di Sekolah Dasar (SD)/sederajat masyarakat Indonesia sudah ditanamkan bahwa warga Belanda telah melakukan kerja paksa atau dikenal dengan kerja rodi tanpa digaji.

Kerja rodi ini awalnya terjadi karena Daendels  yang saat itu menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang meminta warga Indonesia untuk membangun jalan dengan jarak 1000 Kilometer (KM) tepatnya dari Anyer—Panarukan. Dengan kabar bahwa pembangunan tersebut tidak dibayar sehingga seolah menjadi kerja paksa yang dilakukan pribumi. Padahal faktanya adalah pada tahun 1808 Daendels telah memberikan uang sebesar RM30,000 masa itu yang diberikan kepada bupati yang hingga saat ini tidak diketahui namanya. Sadisnya ialah justru perampok tersebut berasal dari kaum yang sama dengan keturunan yang sama. Warga Indonesia yang memegang kekuasaan justru menjadi tikus yang siap memakan apapun yang menurutnya baik (terlebih soal kertas) apalagi dengan nilai tinggi. Seolah sejauh ini sejarah hanya ditulis oleh pemenang yang ingin menampakkan sisi positifnya. 

Saat ini banyak yang sudah menyadari bahwa ternyata rakyat Indonesia justru ditindas sesamanya. Akankah ini prediksi Bapak Proklamator yang mengatakan, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri." Menanggapi beberapa kalimat sebelumnya bisa saja bukti pembayaran Bupati kepada rakyatnya tidak terarsip baik, jika hal demikian terjadi anggaplah tadi ialah dongeng pembelajaran. Jika hal tersebut benar adanya, maka hentikan rantai ketamakan tersebut.

Saat ini, bahkan kemerdekaan ke-80 tahun, rakyat justru meringis tertindas. Begitu banyak penindasan yang dilakukan para "Pejabat," maaf "Oknum pejabat," yang menjelma seekor tikus hanya saja perampakannya lebih rapi. Bahkan kasus pembunuhan yang dilakukan kaum berseragam kepada pihak sesamanya. 

Pada hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke-80 tahun, dengan jiwa patriotisme sebagai warga negara mari kita satukan tekad mencintai tanah air dengan sepenuhnya. Menjadi pengeras suara demi kesejahteraan bersama dan secara perlahan membuat para mereka yang "Haus," (jabatan mungkin demi kertas bernilai) mampu mengelola pikiran dengan benar bahwa semuanya akan kembali pada rakyat termasuk uang pajak dan bukan pada mereka yang, "Haus." Semoga selama 80 tahun kemerdekaan NKRI hukum juga akan tajam (tidak tumpul) ke atas bukan hanya tajam kebawah (hanya tumpul dibawah). Tulisan ini mungkin terlalu sensitif dalam menyambut hari kemerdekaan, tapi pada kenyataannya hal itulah yang terjadi. Mari kita rayakan kembali HUT NKRI Ke-80 seolah telah ikut berjuang dengan pahlawan demi merebutkan kemerdekaan.


Penulis: Ririn Dayanti Harahap 

Editor: Tiara Khalisna

banner
Latest
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam UIN SUNA Lhokseumawe, 0823-6508-3003 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.