![]() |
| Foto: Putri Ruqaiyah |
Prof. Zulfikar menceritakan perjalanan panjangnya hingga meraih jabatan akademik tertinggi tersebut. Ia mengaku, pencapaian ini merupakan hasil dari perjuangan yang tidak mudah. “Saya alumni S1 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, kemudian melanjutkan S2 di IAIN Medan, dan S3 di UIN Sumatera Utara,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa perjalanan selama menempuh pendidikan S3 penuh tantangan karena harus membagi waktu antara kuliah dan tanggung jawab di kampus.
“Perjalanannya panjang, karena selain kuliah, saat itu saya juga menjabat sebagai dekan dan ketua program studi di pascasarjana. Setiap Kamis dan Jumat saya harus berangkat ke Medan. Jadi, selain belajar, saya juga harus menyelesaikan tanggung jawab sebagai dosen di kampus,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai makna dari gelar Guru Besar, Prof. Zulfikar menegaskan bahwa jabatan tersebut bukan hanya sekadar gelar akademik, melainkan tanggung jawab untuk mengembangkan bidang keilmuan.
“Makna yang paling mendasar dari gelar Guru Besar adalah bidang keahlian itu sendiri. Karena saya berada di bidang Pendidikan Islam, maka makna yang harus saya perdalam adalah bagaimana memahami dan mendalami bidang keilmuan ini, serta dapat memberikan kontribusi, pemikiran, dan manfaat bagi masyarakat, khususnya di dunia akademik dalam ruang lingkup ilmu Pendidikan Islam,” jelasnya.
Sebagai Direktur Pascasarjana, Prof. Zulfikar juga memaparkan langkah strategis yang akan dilakukan ke depan, salah satunya melalui kolaborasi akademik.
“Langkah strategis yang bisa saya lakukan sebenarnya adalah kolaborasi. Untuk mencapai gelar Guru Besar, kolaborasi menjadi kunci penting, baik dalam bidang penelitian maupun publikasi ilmiah. Dengan kolaborasi, prosesnya akan lebih mudah dan peluang untuk diterbitkan di jurnal internasional juga lebih besar,” paparnya.
Lebih lanjut, Prof. Zulfikar mengaku sangat bersyukur atas pencapaian ini setelah melalui proses panjang selama lima tahun dan tiga kali pengajuan.
“Pastinya senang, karena sudah lima tahun berjuang. Ini pengajuan yang ketiga baru lulus, setelah sebelumnya tahun 2021 dan 2023 belum berhasil. Tapi yang paling penting adalah dukungan dari teman-teman, sahabat, orang tua, dan istri. Saya sempat down saat dua kali gagal, tapi karena ada dukungan moral dari orang-orang terdekat dan rekan di kampus, saya tidak berhenti dan terus mencoba,” katanya penuh rasa syukur.
Menutup wawancara, Prof. Zulfikar menyampaikan harapannya agar UIN SUNA Lhokseumawe dapat melahirkan lebih banyak guru besar untuk mendukung kemajuan kampus.
“Harapan saya, semoga UIN SUNA bisa melahirkan lebih banyak guru besar lagi. Karena keberadaan guru besar sangat dibutuhkan untuk pengembangan kampus, apalagi sekarang kita sudah berstatus Universitas Islam Negeri,” tutupnya.
Reporter: Tiara Khalisna
Penulis: Putri Ruqaiyah
Editor: Zuhra


