![]() |
Foto: Pexels.com |
Pendahuluan
Kitab kuning, yang merujuk pada kumpulan karya tulis klasik berbahasa Arab
yang memuat ajaran agama Islam, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
tradisi pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Aceh. Keberadaan kitab
kuning di pesantren atau dayah telah menjadi ciri khas dalam upaya
mentransmisikan pengetahuan agama kepada generasi muda. Salah satu lembaga
pendidikan agama yang memiliki peran penting dalam pelestarian dan pengajaran
kitab kuning adalah Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, sebuah lembaga pendidikan
Islam yang terletak di kawasan Gayo, Aceh Tengah. Dayah ini tidak hanya dikenal
sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat di mana tradisi
pengajaran kitab kuning dipertahankan dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Sejarah Dayah Darul Huda desa Negeri Antara kec. Pintu Rime Gayo memiliki akar yang dalam pada sejarah pendidikan Islam di Aceh. Dayah ini didirikan
sekaligus dipimpin oleh Tgk. Imran bin Ismail Peudawa Rayeuk, tepatnya pada
tanggal 21 November 2019 sampai sekarang. Sejak berdirinya, dayah ini telah berfungsi sebagai
tempat di mana para santri (pelajar) mempelajari berbagai kitab kuning yang
menjadi rujukan utama dalam pengajaran ilmu agama. Kitab-kitab ini meliputi
berbagai bidang ilmu, seperti fiqh (ilmu tentang hukum Islam), tauhid (ilmu
tentang ketuhanan), tasawuf (ilmu tentang batin dan spiritualitas), serta
ilmu-ilmu bahasa Arab dan nahwu (ilmu tata bahasa Arab). Di balik pengajaran
kitab kuning ini, tersimpan nilai-nilai tradisi yang mengajarkan disiplin ilmu
yang mendalam, keteladanan, dan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan yang
diwariskan oleh para ulama terdahulu.
Kitab kuning bukan hanya menjadi alat pendidikan, tetapi juga sebuah simbol
penting dalam mempertahankan identitas budaya dan agama masyarakat Aceh,
khususnya di Gayo. Dalam masyarakat Gayo, dayah telah lama menjadi pusat
kebudayaan dan pembelajaran, yang berperan dalam membentuk karakter serta
wawasan keagamaan para santrinya. Dalam pengajaran kitab kuning, para santri
diajarkan untuk menghormati ilmu pengetahuan, menerapkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari, dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam yang murni.
Tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo juga
memiliki kekhasan tersendiri, baik dari segi metode pengajaran maupun
penerimaan masyarakat setempat terhadap ilmu yang disampaikan. Keberagaman
kitab yang diajarkan di dayah ini mencerminkan pluralitas ilmu yang berkembang
dalam dunia Islam, di mana setiap kitab memiliki peran dan kontribusi yang
berbeda terhadap pembentukan pemahaman agama yang komprehensif. Dalam hal ini,
pengajaran kitab kuning bukan hanya sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga
sarana untuk membangun masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur
Islam, yang selaras dengan karakter dan adat istiadat masyarakat Gayo.
Namun, di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dan pesat,
pelestarian tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo
menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah upaya untuk tetap relevan
dengan kebutuhan dan tantangan zaman, tanpa mengorbankan esensi dari pengajaran
kitab kuning itu sendiri. Selain itu, tantangan teknologi dan globalisasi juga
mempengaruhi cara-cara belajar dan mengajar, yang memerlukan penyesuaian dalam
metode dan media pembelajaran.
Dalam mini riset ini, penulis berupaya untuk mengkaji sejarah dan tradisi
kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, dengan fokus pada bagaimana
dayah ini menjaga dan melestarikan tradisi pengajaran kitab kuning, serta
tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan tradisi tersebut di tengah
perubahan zaman. Penelitian ini juga bertujuan untuk menggali lebih dalam
mengenai peran kitab kuning dalam membentuk karakter keagamaan masyarakat Gayo,
serta kontribusi Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dalam menjaga kelestarian
tradisi keilmuan Islam di daerah ini.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan
jenis studi kasus, yang bertujuan untuk menggali sejarah dan tradisi kitab
kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo. Peneliti akan melakukan wawancara
mendalam dengan berbagai informan kunci, seperti pimpinan dayah, pengajar,
santri, dan tokoh masyarakat setempat yang memiliki pengetahuan tentang tradisi
pengajaran kitab kuning di dayah tersebut. Selain itu, peneliti juga akan
melakukan observasi langsung terhadap proses pengajaran kitab kuning di dayah
untuk memahami dinamika interaksi antara pengajar dan santri.
Data sekunder juga akan digunakan dengan memanfaatkan studi pustaka dan
dokumen terkait, seperti arsip sejarah dayah, kurikulum pengajaran, dan
literatur yang membahas tentang kitab kuning di Aceh, khususnya di Gayo.
Analisis data dilakukan secara tematik, dengan mengidentifikasi pola-pola dan
tema utama yang berkaitan dengan sejarah, metode pengajaran, serta pengaruh
kitab kuning terhadap masyarakat Gayo.
Melalui metode ini, diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran yang
komprehensif tentang peran dan tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu
Rime Gayo serta tantangan yang dihadapi dalam melestarikan tradisi ini di
tengah perkembangan zaman.
Hasil dan
Pembahasan
Sejarah Kelahiran
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo
1. Latar
Belakang Pendirian Dayah
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo adalah sebuah
lembaga pendidikan Islam yang terletak di wilayah Gayo, Aceh. Latar belakang
berdirinya dayah ini berhubungan erat dengan sejarah dan kebutuhan masyarakat
Gayo dalam mendapatkan pendidikan agama yang lebih baik serta mendalam. Sejarah berdirinya Dayah
Darul Huda Pintu Rime Gayo bermula dari keprihatinan terhadap kurangnya sarana
pendidikan agama yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Di wilayah
Gayo, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, terdapat kebutuhan yang besar
untuk memperkuat pemahaman dan praktik ajaran Islam yang autentik dan sesuai
dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.
Selain itu, masyarakat Gayo juga memiliki tradisi
kuat dalam memperhatikan pendidikan agama, yang diwariskan secara
turun-temurun. Namun, dengan perkembangan zaman dan semakin berkembangnya
kebutuhan pendidikan modern, banyak anak muda Gayo yang kesulitan untuk
mengakses pendidikan agama yang berbasis pada kedalaman ilmu dan pengajaran
yang sesuai dengan tradisi Islam yang autentik. Sebagai jawaban atas
tantangan ini, beberapa ulama dan tokoh masyarakat di Pintu Rime Gayo
berinisiatif untuk mendirikan Dayah Darul Huda, dengan tujuan untuk memberikan
pendidikan agama yang lebih menyeluruh, membekali generasi muda dengan
pengetahuan agama yang memadai, serta menjadi pusat kajian keagamaan yang dapat
memperkuat akidah, akhlak, dan wawasan ilmiah umat Islam di Gayo.
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo bukan hanya fokus pada
pendidikan agama, tetapi juga berperan dalam membangun karakter generasi muda
yang cinta pada ajaran Islam, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, dan siap
menghadapi tantangan zaman dengan keimanan yang kuat. Dengan berdirinya Dayah
Darul Huda, diharapkan dapat mencetak generasi yang tidak hanya memiliki ilmu
agama yang tinggi, tetapi juga memiliki integritas dan mampu berkontribusi
secara positif bagi kemajuan masyarakat di wilayah Gayo maupun di tingkat
nasional.
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berdiri pada tanggal 21 November 2019, Dayah
Darul Huda Pintu Rime Gayo didirikan oleh seorang ulama lokal yang sangat
dihormati di kalangan masyarakat Gayo yakni Tgk Imran Bin Ismail yang berasal
dari Peudawa Rayeuk. Dasar terbentuknya Dayah Darul Huda ini tepatnya adalah di Desa Negeri
Antara. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mampu
menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada generasi muda Gayo serta melestarikan
tradisi keilmuan yang sudah ada.
Seiring berjalannya waktu, Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berkembang
menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang terkenal di daerah Gayo dan
sekitarnya. Keberadaannya sangat penting bagi masyarakat Gayo, karena dayah ini
tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai tempat
pelestarian budaya dan ajaran Islam yang menjadi identitas masyarakat Gayo.
Melalui pendidikan di dayah ini, banyak generasi muda Gayo yang memiliki dasar
agama yang kuat serta pemahaman yang mendalam mengenai ajaran Islam, yang
kemudian kembali ke masyarakat untuk menyebarkan pengetahuan agama dan
menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendiri Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo
Dayah Darul Huda desa Negeri Antara kecamatan Pintu Rime Gayo di pimpin dan didirikan oleh
seorang ulama asal Peudawa Rayeuk yakni Tgk. Imran bin Ismail Peudawa Rayeuk,
tepatnya dari tanggal 21 November 2019 sampai dengan sekarang.
3. Kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo
Kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo menggambarkan suasana
pendidikan yang sangat kental dengan nilai-nilai keislaman dan tradisi
masyarakat Gayo. Dayah ini tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan
agama, tetapi juga sebagai pusat pengajaran yang mendalam dalam membentuk
karakter dan kepribadian santri. Berikut adalah gambaran umum mengenai
kehidupan di dayah ini:
Pendidikan Agama yang Komprehensif
Di Dayah Darul Huda, santri mempelajari berbagai cabang ilmu agama, seperti
tafsir, hadits, fiqh, aqidah, tasawuf, dan bahasa Arab. Kurikulum yang
diajarkan mengutamakan pembekalan pengetahuan agama yang kuat agar santri dapat
mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
di Dayah Darul Huda mengadopsi sistem pesantren tradisional yang mengutamakan
hafalan, terutama Al-Qur'an dan kitab-kitab klasik, namun tetap mengimbangi
dengan pemahaman ilmiah yang lebih modern agar santri siap menghadapi tantangan
zaman.
Kehidupan Santri yang Disiplin
Santri yang belajar di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo menjalani kehidupan
yang sangat disiplin dan teratur. Mereka mengatur waktu antara belajar,
beribadah, dan berinteraksi dalam lingkungan yang saling mendukung. Setiap hari
dimulai dengan salat berjamaah di masjid, dilanjutkan dengan kegiatan belajar
di kelas, dan diakhiri dengan salat malam atau kajian keagamaan. Aktivitas di
dayah sangat padat dengan kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah,
zikrulillah, tadarus Al-Qur'an, dan kajian kitab. Selain itu, kegiatan sosial
dan budaya juga menjadi bagian dari rutinitas santri, di mana mereka terlibat
dalam acara-acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, dan
lainnya.
Pembinaan Karakter dan Akhlak
Selain fokus pada pendidikan agama, kehidupan di Dayah Darul Huda juga
sangat memperhatikan aspek pembinaan akhlak dan karakter. Santri didorong untuk
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam pergaulan sehari-hari, dengan
penuh rasa hormat kepada sesama, baik kepada sesama santri maupun pengasuh
dayah. Hal ini bertujuan agar para santri tidak hanya cerdas dalam ilmu agama
tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik.
Hubungan dengan Masyarakat Sekitar
Dayah Darul Huda juga menjalin hubungan erat dengan masyarakat Gayo. Masyarakat sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan dayah, seperti pengajian umum, acara keagamaan, dan kegiatan sosial lainnya. Kehidupan di dayah tidak terlepas dari kearifan lokal dan budaya Gayo, yang mengutamakan gotong royong dan saling membantu antar sesama. Santri juga dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal dan bakti sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Fasilitas yang Mendukung Pendidikan
Dayah Darul Huda memiliki fasilitas yang mendukung proses pendidikan,
seperti ruang kelas, perpustakaan, asrama, masjid, dan ruang kajian. Fasilitas
ini membantu santri dalam mengembangkan potensi mereka, baik dari sisi keilmuan
maupun dalam hal ibadah dan pembentukan karakter. Walaupun fasilitasnya
sederhana, dayah ini tetap berusaha untuk menciptakan suasana yang kondusif
bagi perkembangan ilmu dan keimanan santri.
Pengasuh dan Pengajar
Dayah Darul Huda dipimpin oleh seorang pengasuh yang juga merupakan seorang
ulama atau tokoh agama yang dihormati di Gayo. Pengasuh dan para pengajar
memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing santri, tidak hanya dalam
hal ilmu agama tetapi juga dalam memberikan teladan kehidupan yang baik sesuai
dengan ajaran Islam. Para pengasuh dan pengajar di dayah ini tidak hanya
mengajar di dalam kelas, tetapi juga sering melakukan pendidikan informal, di
mana mereka mengajak santri untuk berdiskusi dan memperdalam pemahaman agama
melalui kajian-kajian tertentu.
Pentingnya Keteladanan
Kehidupan di Dayah Darul Huda mengajarkan nilai-nilai keteladanan. Santri
diajarkan untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kejujuran, kesabaran, keikhlasan, dan kedermawanan.
Keteladanan dari pengasuh dan para pengajar menjadi aspek penting yang
menginspirasi para santri untuk mengikuti jalan yang lurus.
Pengembangan Diri Santri
Selain pendidikan agama, kehidupan di Dayah Darul Huda juga mencakup
pengembangan diri santri dalam berbagai aspek kehidupan. Santri diajarkan untuk
memiliki rasa tanggung jawab, kemampuan bekerja sama, serta kepekaan terhadap
isu-isu sosial dan kemanusiaan. Hal ini menjadikan mereka lebih siap untuk
menghadapi kehidupan di masyarakat dan berperan aktif dalam membangun daerah
dan bangsa.
Secara keseluruhan, kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo adalah
kehidupan yang sangat terpadu antara pendidikan agama yang mendalam,
pembentukan karakter, dan kehidupan sosial yang harmonis. Semua aspek kehidupan
di dayah ini dirancang untuk menciptakan generasi yang tidak hanya menguasai
ilmu agama tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan siap berkontribusi untuk
kemajuan umat dan masyarakat.
Tradisi Kitab
Kuning
Kitab kuning menjadi salah satu pilar utama dalam
proses pengajaran di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo. Kitab kuning merujuk
pada buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi ajaran Islam yang sangat
penting, seperti fiqh (hukum Islam), tauhid (ilmu ketuhanan), tasawuf (ilmu
batin), serta ilmu-ilmu terkait bahasa Arab dan gramatikanya. Tradisi
pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dimulai sejak awal
berdirinya lembaga ini dan terus dilestarikan hingga sekarang. Pengajaran kitab
kuning di dayah ini memiliki ciri khas yang sangat kental dengan metode lisan,
di mana pengajaran dilakukan secara langsung oleh guru kepada santri dalam
suasana yang sangat interaktif.
Metode pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo tidak
hanya terbatas pada membaca dan memahami teks kitab, tetapi juga sering
disertai dengan diskusi yang melibatkan pertanyaan dan jawaban antara santri
dan pengajar. Hal ini memungkinkan santri untuk lebih mendalami makna ajaran-ajaran
dalam kitab tersebut serta mengaitkan ajaran agama dengan kehidupan nyata
mereka. Santri juga diajarkan untuk menghafal bagian-bagian penting dari kitab
kuning yang telah dipelajari, sehingga mereka dapat mengaplikasikan ajaran
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tradisi pengajaran kitab kuning di
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo sangat dihargai oleh masyarakat Gayo karena
kitab kuning tidak hanya menjadi sarana untuk mendalami ilmu agama, tetapi juga
sebagai simbol identitas budaya masyarakat Gayo itu sendiri. Masyarakat Gayo
menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam kitab kuning, yang menjadi
pedoman hidup mereka dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam beribadah,
bermasyarakat, maupun dalam membangun hubungan yang harmonis dengan alam
sekitar.
Namun, meskipun tradisi pengajaran kitab kuning di
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo telah berlangsung lama, tantangan terbesar
yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelestariannya di tengah arus
modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Oleh karena itu,
upaya untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar mengajar, seperti
menggunakan media digital untuk akses materi kitab kuning atau memperkenalkan
metode pengajaran yang lebih modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional,
menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan agar tradisi ini tetap relevan
bagi generasi muda masa kini.
Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Tsanawiyah
![]() |
Sumber data: Buku Kurikulum Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dan Informasi dari beberapa santri |
Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Aliyah
![]() |
Sumber data: Buku Kurikulum Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dan Informasi dari beberapa santri |
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sejarah dan
tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, dapat disimpulkan
bahwa dayah ini memiliki peran penting dalam pelestarian pendidikan Islam di
daerah Gayo. Berdirinya Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berakar dari keinginan
masyarakat Gayo untuk memiliki lembaga yang dapat mendalami ilmu agama Islam secara
mendalam dan sesuai dengan tradisi. Kitab kuning, sebagai pusat pengajaran di
dayah ini, memiliki kontribusi besar dalam pembentukan karakter dan wawasan
keagamaan santri serta masyarakat Gayo pada umumnya.
Pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu
Rime Gayo tidak hanya berfokus pada pemahaman teks, tetapi juga pada
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tradisi ini, para santri
tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga dilatih untuk menghargai
nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun begitu, tantangan
terbesar yang dihadapi oleh dayah ini adalah bagaimana mempertahankan relevansi
pengajaran kitab kuning di tengah perkembangan teknologi dan modernitas yang
semakin pesat.
Saran-saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk
meningkatkan pelestarian dan pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu
Rime Gayo adalah sebagai berikut:
1. Integrasi Teknologi dalam Pengajaran: Untuk menjaga relevansi
tradisi pengajaran kitab kuning, disarankan agar Dayah Darul Huda Pintu Rime
Gayo mengadopsi teknologi pendidikan modern, seperti penggunaan media digital
untuk mengakses kitab kuning dan materi ajaran Islam lainnya. Hal ini dapat
memperluas jangkauan pengajaran, serta membuat proses belajar mengajar lebih
menarik bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi.
2. Penyusunan Kurikulum yang Fleksibel: Kurikulum yang digunakan di
Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan
zaman, namun tetap menjaga substansi ajaran kitab kuning. Penyesuaian ini bisa
mencakup pengenalan isu-isu kontemporer dalam dunia Islam yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo.
3. Pelatihan Pengajar yang Berkelanjutan: Pengajaran kitab kuning
sangat bergantung pada kemampuan pengajarnya. Oleh karena itu, disarankan untuk
melakukan pelatihan berkelanjutan bagi para pengajar agar mereka dapat
mengikuti perkembangan metode pengajaran yang lebih efektif dan adaptif dengan
zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam kitab
kuning.
4. Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan Lain: Meningkatkan kerjasama
dengan lembaga pendidikan Islam lain, baik dalam maupun luar daerah, dapat
memperkaya tradisi pengajaran kitab kuning dan membuka peluang untuk pertukaran
ilmu serta pengembangan metode pengajaran yang lebih baik.
Dengan upaya-upaya ini, diharapkan tradisi
pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo tetap bertahan,
relevan, dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat Gayo dalam menghadapi
tantangan zaman.
Daftar
Pustaka
Syaikhu, A. (2020).
Metode Pengajaran Kitab Kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime
Gayo.
Tesis. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.
Mahmudi,
T. (2018). Pengajaran Fiqh di Dayah-Dayah
Gayo: Studi Kasus di Dayah
Darul Huda.
Jurnal Ilmu Agama, 6(1), 102-118.
Yusuf, S.
(2021). "Peran Kitab Kuning dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Keislaman
di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo". Jurnal
Studi Keislaman Aceh, 10(1),
75-88.