Portal Berita Al-Kalam

Alih Status IAIN ke UIN, Username dan Profil Media Sosial UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe Belum Berganti? Ini Alasannya

Foto: IST www.lpmalkalam.com -  Humas Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menuai pertanyaan dari mahasiswa terkai...

HEADLINE

Latest Post

19 Juli 2025

Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo: Sejarah dan Tradisi Kitab Kuning

Foto: Pexels.com
www.lpmalkalam.com

Pendahuluan

Kitab kuning, yang merujuk pada kumpulan karya tulis klasik berbahasa Arab yang memuat ajaran agama Islam, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tradisi pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Aceh. Keberadaan kitab kuning di pesantren atau dayah telah menjadi ciri khas dalam upaya mentransmisikan pengetahuan agama kepada generasi muda. Salah satu lembaga pendidikan agama yang memiliki peran penting dalam pelestarian dan pengajaran kitab kuning adalah Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, sebuah lembaga pendidikan Islam yang terletak di kawasan Gayo, Aceh Tengah. Dayah ini tidak hanya dikenal sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat di mana tradisi pengajaran kitab kuning dipertahankan dan terus dilestarikan hingga saat ini.

Sejarah Dayah Darul Huda desa Negeri Antara kec. Pintu Rime Gayo memiliki akar yang  dalam pada sejarah pendidikan Islam di Aceh. Dayah ini didirikan sekaligus dipimpin oleh Tgk. Imran bin Ismail Peudawa Rayeuk, tepatnya pada tanggal 21 November 2019 sampai sekarang. Sejak berdirinya, dayah ini telah berfungsi sebagai tempat di mana para santri (pelajar) mempelajari berbagai kitab kuning yang menjadi rujukan utama dalam pengajaran ilmu agama. Kitab-kitab ini meliputi berbagai bidang ilmu, seperti fiqh (ilmu tentang hukum Islam), tauhid (ilmu tentang ketuhanan), tasawuf (ilmu tentang batin dan spiritualitas), serta ilmu-ilmu bahasa Arab dan nahwu (ilmu tata bahasa Arab). Di balik pengajaran kitab kuning ini, tersimpan nilai-nilai tradisi yang mengajarkan disiplin ilmu yang mendalam, keteladanan, dan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan yang diwariskan oleh para ulama terdahulu.

Kitab kuning bukan hanya menjadi alat pendidikan, tetapi juga sebuah simbol penting dalam mempertahankan identitas budaya dan agama masyarakat Aceh, khususnya di Gayo. Dalam masyarakat Gayo, dayah telah lama menjadi pusat kebudayaan dan pembelajaran, yang berperan dalam membentuk karakter serta wawasan keagamaan para santrinya. Dalam pengajaran kitab kuning, para santri diajarkan untuk menghormati ilmu pengetahuan, menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam yang murni.

Tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo juga memiliki kekhasan tersendiri, baik dari segi metode pengajaran maupun penerimaan masyarakat setempat terhadap ilmu yang disampaikan. Keberagaman kitab yang diajarkan di dayah ini mencerminkan pluralitas ilmu yang berkembang dalam dunia Islam, di mana setiap kitab memiliki peran dan kontribusi yang berbeda terhadap pembentukan pemahaman agama yang komprehensif. Dalam hal ini, pengajaran kitab kuning bukan hanya sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga sarana untuk membangun masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Islam, yang selaras dengan karakter dan adat istiadat masyarakat Gayo.

Namun, di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dan pesat, pelestarian tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah upaya untuk tetap relevan dengan kebutuhan dan tantangan zaman, tanpa mengorbankan esensi dari pengajaran kitab kuning itu sendiri. Selain itu, tantangan teknologi dan globalisasi juga mempengaruhi cara-cara belajar dan mengajar, yang memerlukan penyesuaian dalam metode dan media pembelajaran.

Dalam mini riset ini, penulis berupaya untuk mengkaji sejarah dan tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, dengan fokus pada bagaimana dayah ini menjaga dan melestarikan tradisi pengajaran kitab kuning, serta tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan tradisi tersebut di tengah perubahan zaman. Penelitian ini juga bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai peran kitab kuning dalam membentuk karakter keagamaan masyarakat Gayo, serta kontribusi Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dalam menjaga kelestarian tradisi keilmuan Islam di daerah ini.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis studi kasus, yang bertujuan untuk menggali sejarah dan tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo. Peneliti akan melakukan wawancara mendalam dengan berbagai informan kunci, seperti pimpinan dayah, pengajar, santri, dan tokoh masyarakat setempat yang memiliki pengetahuan tentang tradisi pengajaran kitab kuning di dayah tersebut. Selain itu, peneliti juga akan melakukan observasi langsung terhadap proses pengajaran kitab kuning di dayah untuk memahami dinamika interaksi antara pengajar dan santri.

Data sekunder juga akan digunakan dengan memanfaatkan studi pustaka dan dokumen terkait, seperti arsip sejarah dayah, kurikulum pengajaran, dan literatur yang membahas tentang kitab kuning di Aceh, khususnya di Gayo. Analisis data dilakukan secara tematik, dengan mengidentifikasi pola-pola dan tema utama yang berkaitan dengan sejarah, metode pengajaran, serta pengaruh kitab kuning terhadap masyarakat Gayo.

Melalui metode ini, diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang peran dan tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo serta tantangan yang dihadapi dalam melestarikan tradisi ini di tengah perkembangan zaman.

Hasil dan Pembahasan

Sejarah Kelahiran Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo

1. Latar Belakang Pendirian Dayah

Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang terletak di wilayah Gayo, Aceh. Latar belakang berdirinya dayah ini berhubungan erat dengan sejarah dan kebutuhan masyarakat Gayo dalam mendapatkan pendidikan agama yang lebih baik serta mendalam. Sejarah berdirinya Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo bermula dari keprihatinan terhadap kurangnya sarana pendidikan agama yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Di wilayah Gayo, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, terdapat kebutuhan yang besar untuk memperkuat pemahaman dan praktik ajaran Islam yang autentik dan sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.

Selain itu, masyarakat Gayo juga memiliki tradisi kuat dalam memperhatikan pendidikan agama, yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, dengan perkembangan zaman dan semakin berkembangnya kebutuhan pendidikan modern, banyak anak muda Gayo yang kesulitan untuk mengakses pendidikan agama yang berbasis pada kedalaman ilmu dan pengajaran yang sesuai dengan tradisi Islam yang autentik. Sebagai jawaban atas tantangan ini, beberapa ulama dan tokoh masyarakat di Pintu Rime Gayo berinisiatif untuk mendirikan Dayah Darul Huda, dengan tujuan untuk memberikan pendidikan agama yang lebih menyeluruh, membekali generasi muda dengan pengetahuan agama yang memadai, serta menjadi pusat kajian keagamaan yang dapat memperkuat akidah, akhlak, dan wawasan ilmiah umat Islam di Gayo.

Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo bukan hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga berperan dalam membangun karakter generasi muda yang cinta pada ajaran Islam, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan keimanan yang kuat. Dengan berdirinya Dayah Darul Huda, diharapkan dapat mencetak generasi yang tidak hanya memiliki ilmu agama yang tinggi, tetapi juga memiliki integritas dan mampu berkontribusi secara positif bagi kemajuan masyarakat di wilayah Gayo maupun di tingkat nasional.

Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berdiri pada tanggal 21 November 2019, Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo didirikan oleh seorang ulama lokal yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Gayo yakni Tgk Imran Bin Ismail yang berasal dari Peudawa Rayeuk. Dasar terbentuknya Dayah Darul Huda ini tepatnya adalah di Desa Negeri Antara. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada generasi muda Gayo serta melestarikan tradisi keilmuan yang sudah ada.

Seiring berjalannya waktu, Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang terkenal di daerah Gayo dan sekitarnya. Keberadaannya sangat penting bagi masyarakat Gayo, karena dayah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai tempat pelestarian budaya dan ajaran Islam yang menjadi identitas masyarakat Gayo. Melalui pendidikan di dayah ini, banyak generasi muda Gayo yang memiliki dasar agama yang kuat serta pemahaman yang mendalam mengenai ajaran Islam, yang kemudian kembali ke masyarakat untuk menyebarkan pengetahuan agama dan menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendiri Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo

Dayah Darul Huda desa Negeri Antara kecamatan Pintu Rime Gayo di pimpin dan didirikan oleh seorang ulama asal Peudawa Rayeuk yakni Tgk. Imran bin Ismail Peudawa Rayeuk, tepatnya dari tanggal 21 November 2019 sampai dengan sekarang.

3. Kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo

Kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo menggambarkan suasana pendidikan yang sangat kental dengan nilai-nilai keislaman dan tradisi masyarakat Gayo. Dayah ini tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pengajaran yang mendalam dalam membentuk karakter dan kepribadian santri. Berikut adalah gambaran umum mengenai kehidupan di dayah ini:

Pendidikan Agama yang Komprehensif

Di Dayah Darul Huda, santri mempelajari berbagai cabang ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh, aqidah, tasawuf, dan bahasa Arab. Kurikulum yang diajarkan mengutamakan pembekalan pengetahuan agama yang kuat agar santri dapat mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di Dayah Darul Huda mengadopsi sistem pesantren tradisional yang mengutamakan hafalan, terutama Al-Qur'an dan kitab-kitab klasik, namun tetap mengimbangi dengan pemahaman ilmiah yang lebih modern agar santri siap menghadapi tantangan zaman.

Kehidupan Santri yang Disiplin

Santri yang belajar di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo menjalani kehidupan yang sangat disiplin dan teratur. Mereka mengatur waktu antara belajar, beribadah, dan berinteraksi dalam lingkungan yang saling mendukung. Setiap hari dimulai dengan salat berjamaah di masjid, dilanjutkan dengan kegiatan belajar di kelas, dan diakhiri dengan salat malam atau kajian keagamaan. Aktivitas di dayah sangat padat dengan kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah, zikrulillah, tadarus Al-Qur'an, dan kajian kitab. Selain itu, kegiatan sosial dan budaya juga menjadi bagian dari rutinitas santri, di mana mereka terlibat dalam acara-acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, dan lainnya.

Pembinaan Karakter dan Akhlak

Selain fokus pada pendidikan agama, kehidupan di Dayah Darul Huda juga sangat memperhatikan aspek pembinaan akhlak dan karakter. Santri didorong untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam pergaulan sehari-hari, dengan penuh rasa hormat kepada sesama, baik kepada sesama santri maupun pengasuh dayah. Hal ini bertujuan agar para santri tidak hanya cerdas dalam ilmu agama tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik.

Hubungan dengan Masyarakat Sekitar

Dayah Darul Huda juga menjalin hubungan erat dengan masyarakat Gayo. Masyarakat sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan dayah, seperti pengajian umum, acara keagamaan, dan kegiatan sosial lainnya. Kehidupan di dayah tidak terlepas dari kearifan lokal dan budaya Gayo, yang mengutamakan gotong royong dan saling membantu antar sesama. Santri juga dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal dan bakti sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Fasilitas yang Mendukung Pendidikan

Dayah Darul Huda memiliki fasilitas yang mendukung proses pendidikan, seperti ruang kelas, perpustakaan, asrama, masjid, dan ruang kajian. Fasilitas ini membantu santri dalam mengembangkan potensi mereka, baik dari sisi keilmuan maupun dalam hal ibadah dan pembentukan karakter. Walaupun fasilitasnya sederhana, dayah ini tetap berusaha untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan ilmu dan keimanan santri.

Pengasuh dan Pengajar

Dayah Darul Huda dipimpin oleh seorang pengasuh yang juga merupakan seorang ulama atau tokoh agama yang dihormati di Gayo. Pengasuh dan para pengajar memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing santri, tidak hanya dalam hal ilmu agama tetapi juga dalam memberikan teladan kehidupan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Para pengasuh dan pengajar di dayah ini tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga sering melakukan pendidikan informal, di mana mereka mengajak santri untuk berdiskusi dan memperdalam pemahaman agama melalui kajian-kajian tertentu.

Pentingnya Keteladanan

Kehidupan di Dayah Darul Huda mengajarkan nilai-nilai keteladanan. Santri diajarkan untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, kesabaran, keikhlasan, dan kedermawanan. Keteladanan dari pengasuh dan para pengajar menjadi aspek penting yang menginspirasi para santri untuk mengikuti jalan yang lurus.

Pengembangan Diri Santri

Selain pendidikan agama, kehidupan di Dayah Darul Huda juga mencakup pengembangan diri santri dalam berbagai aspek kehidupan. Santri diajarkan untuk memiliki rasa tanggung jawab, kemampuan bekerja sama, serta kepekaan terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan. Hal ini menjadikan mereka lebih siap untuk menghadapi kehidupan di masyarakat dan berperan aktif dalam membangun daerah dan bangsa.

Secara keseluruhan, kehidupan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo adalah kehidupan yang sangat terpadu antara pendidikan agama yang mendalam, pembentukan karakter, dan kehidupan sosial yang harmonis. Semua aspek kehidupan di dayah ini dirancang untuk menciptakan generasi yang tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan siap berkontribusi untuk kemajuan umat dan masyarakat.

Tradisi Kitab Kuning

Kitab kuning menjadi salah satu pilar utama dalam proses pengajaran di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo. Kitab kuning merujuk pada buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi ajaran Islam yang sangat penting, seperti fiqh (hukum Islam), tauhid (ilmu ketuhanan), tasawuf (ilmu batin), serta ilmu-ilmu terkait bahasa Arab dan gramatikanya. Tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dimulai sejak awal berdirinya lembaga ini dan terus dilestarikan hingga sekarang. Pengajaran kitab kuning di dayah ini memiliki ciri khas yang sangat kental dengan metode lisan, di mana pengajaran dilakukan secara langsung oleh guru kepada santri dalam suasana yang sangat interaktif.

Metode pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo tidak hanya terbatas pada membaca dan memahami teks kitab, tetapi juga sering disertai dengan diskusi yang melibatkan pertanyaan dan jawaban antara santri dan pengajar. Hal ini memungkinkan santri untuk lebih mendalami makna ajaran-ajaran dalam kitab tersebut serta mengaitkan ajaran agama dengan kehidupan nyata mereka. Santri juga diajarkan untuk menghafal bagian-bagian penting dari kitab kuning yang telah dipelajari, sehingga mereka dapat mengaplikasikan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo sangat dihargai oleh masyarakat Gayo karena kitab kuning tidak hanya menjadi sarana untuk mendalami ilmu agama, tetapi juga sebagai simbol identitas budaya masyarakat Gayo itu sendiri. Masyarakat Gayo menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam kitab kuning, yang menjadi pedoman hidup mereka dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam beribadah, bermasyarakat, maupun dalam membangun hubungan yang harmonis dengan alam sekitar.

Namun, meskipun tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo telah berlangsung lama, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelestariannya di tengah arus modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Oleh karena itu, upaya untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar mengajar, seperti menggunakan media digital untuk akses materi kitab kuning atau memperkenalkan metode pengajaran yang lebih modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional, menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan agar tradisi ini tetap relevan bagi generasi muda masa kini.

Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Tsanawiyah

Sumber data: Buku Kurikulum Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dan Informasi dari beberapa santri

Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Aliyah

Sumber data: Buku Kurikulum Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo dan Informasi dari beberapa santri

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai sejarah dan tradisi kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo, dapat disimpulkan bahwa dayah ini memiliki peran penting dalam pelestarian pendidikan Islam di daerah Gayo. Berdirinya Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo berakar dari keinginan masyarakat Gayo untuk memiliki lembaga yang dapat mendalami ilmu agama Islam secara mendalam dan sesuai dengan tradisi. Kitab kuning, sebagai pusat pengajaran di dayah ini, memiliki kontribusi besar dalam pembentukan karakter dan wawasan keagamaan santri serta masyarakat Gayo pada umumnya.

Pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo tidak hanya berfokus pada pemahaman teks, tetapi juga pada pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tradisi ini, para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga dilatih untuk menghargai nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun begitu, tantangan terbesar yang dihadapi oleh dayah ini adalah bagaimana mempertahankan relevansi pengajaran kitab kuning di tengah perkembangan teknologi dan modernitas yang semakin pesat.

Saran-saran

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan pelestarian dan pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo adalah sebagai berikut:

1. Integrasi Teknologi dalam Pengajaran: Untuk menjaga relevansi tradisi pengajaran kitab kuning, disarankan agar Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo mengadopsi teknologi pendidikan modern, seperti penggunaan media digital untuk mengakses kitab kuning dan materi ajaran Islam lainnya. Hal ini dapat memperluas jangkauan pengajaran, serta membuat proses belajar mengajar lebih menarik bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi.

2. Penyusunan Kurikulum yang Fleksibel: Kurikulum yang digunakan di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan zaman, namun tetap menjaga substansi ajaran kitab kuning. Penyesuaian ini bisa mencakup pengenalan isu-isu kontemporer dalam dunia Islam yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo.

3. Pelatihan Pengajar yang Berkelanjutan: Pengajaran kitab kuning sangat bergantung pada kemampuan pengajarnya. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan pelatihan berkelanjutan bagi para pengajar agar mereka dapat mengikuti perkembangan metode pengajaran yang lebih efektif dan adaptif dengan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam kitab kuning.

4. Kolaborasi dengan Lembaga Pendidikan Lain: Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan Islam lain, baik dalam maupun luar daerah, dapat memperkaya tradisi pengajaran kitab kuning dan membuka peluang untuk pertukaran ilmu serta pengembangan metode pengajaran yang lebih baik.

Dengan upaya-upaya ini, diharapkan tradisi pengajaran kitab kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo tetap bertahan, relevan, dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat Gayo dalam menghadapi tantangan zaman.

Daftar Pustaka

Syaikhu, A. (2020). Metode Pengajaran Kitab Kuning di Dayah Darul Huda Pintu Rime

Gayo. Tesis. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.

Mahmudi, T. (2018). Pengajaran Fiqh di Dayah-Dayah Gayo: Studi Kasus di Dayah

Darul Huda. Jurnal Ilmu Agama, 6(1), 102-118.

Yusuf, S. (2021). "Peran Kitab Kuning dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Keislaman

             di Dayah Darul Huda Pintu Rime Gayo". Jurnal Studi Keislaman Aceh, 10(1),

              75-88.


Karya: Maisarah, Mahasiswi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe

Editor: Alya Nadila

banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam IAIN Lhokseumawe, 0821-6414-4543 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.