![]() |
Foto: IST |
www.lpmalkalam.com-
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berperan besar dalam membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia dan berilmu. Salah satu pondok pesantren yang memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu agama adalah Pondok Pesantren Bustanul Arifin di Bener Meriah, Aceh. Pondok pesantren ini merupakan pusat pendidikan Islam yang masih mempertahankan metode pembelajaran klasik, terutama dalam mengajarkan kitab kuning yang merupakan warisan intelektual ulama terdahulu.
Di era modern yang penuh tantangan, keberadaan pondok pesantren seperti Bustanul Arifin sangat penting dalam menjaga nilai-nilai Islam dan membekali santri dengan ilmu agama yang kuat. Pondok pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf, tetapi juga menanamkan akhlak dan kedisiplinan kepada santrinya. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah, peran, dan kontribusi pondok pesantren ini dalam melestarikan kitab kuning menjadi menarik untuk dikaji
2. Rumusan Masalah
Dalam laporan ini, beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Pesantren Bustanul Arifin?
2. Apa saja kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren Bustanul Arifin?
3. Bagaimana metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan?
4. Apa peran pesantren dalam melestarikan tradisi keilmuan Islam di tengah perkembangan zaman?
3. Tujuan Penulisan
Laporan ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan sejarah serta perkembangan Pesantren Bustanul Arifin.
2. Mengidentifikasi kitab-kitab kuning yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Menganalisis metode pengajaran kitab kuning di pesantren Bustanul Arifin.
4. Menguraikan kontribusi pesantren dalam menjaga dan mengembangkan tradisi keilmuan Islam.
4. Manfaat Penulisan
Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat, baik bagi akademisi maupun masyarakat umum, dalam memahami lebih dalam tentang peran pesantren dalam melestarikan kitab kuning dan mempertahankan pendidikan Islam tradisional. Selain itu, laporan ini juga dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang tertarik dalam studi tentang pesantren dan pendidikan Islam di Indonesia.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam tentang peran Pesantren Bustanul Arifin dalam melestarikan kitab kuning. Penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada pemahaman mendalam daripada angka-angka statistik, karena fokusnya adalah menggali informasi mengenai bagaimana pesantren ini mempertahankan tradisi pengajaran kitab kuning di tengah perkembangan zaman.
Metode deskriptif dipilih karena sesuai untuk mengkaji fenomena sosial dan budaya, termasuk sistem pendidikan di pesantren. Melalui pendekatan ini, penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kitab-kitab yang diajarkan, metode pembelajarannya, serta tantangan yang dihadapi pesantren dalam menjaga tradisi ini.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis, baik dalam bentuk buku, artikel, jurnal, maupun dokumentasi digital. Data sekunder ini tetap dapat memberikan informasi yang akurat dan mendalam mengenai sistem pendidikan pesantren dan pembelajaran kitab kuning. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
• Sumber Buku dan Kitab Kuning
Untuk memahami kitab-kitab yang diajarkan di pesantren, penelitian ini menggunakan beberapa kitab kuning klasik yang menjadi rujukan utama di banyak pesantren, termasuk di Pesantren Bustanul Arifin. Kitab-kitab tersebut antara lain:
• Tafsir Jalalain – Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuthi (kitab tafsir)
• Bulughul Maram – Ibnu Hajar Al-Asqalani (kitab hadis)
• Al-Ajurumiyyah – Ibnu Ajurrum (kitab nahwu)
• I’anatut Thalibin – Sayyid Al-Bakri (kitab fiqih madzhab Syafi’i)
Kitab-kitab ini dijadikan referensi untuk memahami isi pembelajaran di pesantren serta metode pengajarannya.
• Sumber Artikel
Penelitian ini juga menggunakan artikel yang membahas pendidikan di pesantren, sejarah kitab kuning, serta metode pembelajaran yang digunakan di pesantren tradisional. Jurnal dan artikel ini memberikan konteks yang lebih luas mengenai bagaimana pesantren menjaga tradisi keilmuan Islam. Beberapa artikel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
• Artikel tentang sistem pendidikan pesantren di Indonesia
• Artikel tentang metode pengajaran kitab kuning di berbagai pesantren
• Hasil penelitian tentang peran pesantren dalam melestarikan ilmu keislaman
• Dokumentasi Digital dan Observasi Tidak Langsung
Karena penelitian ini tidak dilakukan secara langsung di lokasi, maka data tambahan diperoleh dari media atau wawancara online seperti:
• Menanyakan lewat wawancara tertulis (chat) untuk menanyakan bagaimana sejarah perkembangan pesantren kepada pimpinan dayah.
• Video atau rekaman kajian yang menjelaskan bagaimana kitab kuning diajarkan di pesantren.
• Berita online atau situs resmi pesantren yang membahas sistem pembelajaran dan program pendidikan mereka.
Walaupun penelitian ini menggunakan wawancara tidak langsung melalui pimpinan dayah di Pesantren Bustanul Arifin dan wawancara dilakukan melalui aplikasi WhatsApp untuk memperoleh informasi mengenai sistem pembelajaran kitab kuning di pesantren dan menggunakan video atau berita yg dishare di media, tapi penelitian ini tetap bisa memperoleh informasi yang akurat meskipun tanpa obsevasi langsung.
• Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan mencakup beberapa metode, yaitu observasi tidak langsung, wawancara daring, dan studi dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai sistem pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Bustanul Arifin.
• Observasi Tidak Langsung
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati suatu objek secara sistematis. Namun, dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara tidak langsung karena adanya kendala dalam melakukan kunjungan langsung ke pesantren. Sebagai gantinya, data diperoleh melalui dokumentasi berupa file yang berkaitan dengan pembelajaran di pesantren. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning.
• Wawancara Daring
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari narasumber yang memiliki pengalaman dan pengetahuan langsung tentang sistem pembelajaran di pesantren. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara daring melalui aplikasi komunikasi seperti WhatsApp, yang memungkinkan interaksi dengan pimpinan di Pondok Pesantren Bustanul Arifin. Wawancara ini bersifat semi-terstruktur, yang berarti terdapat daftar pertanyaan utama, tetapi tetap memberikan keleluasaan bagi narasumber untuk menjelaskan lebih detail. Dengan teknik ini, diperoleh data mengenai kurikulum pembelajaran, kitab-kitab yang diajarkan, serta metode yang diterapkan dalam memahami kitab kuning.
• Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi tertulis yang berasal dari sumber-sumber internal Pondok Pesantren Bustanul Arifin. Data diperoleh dari arsip pesantren, seperti daftar kitab yang digunakan dalam pembelajaran, struktur kurikulum, serta jadwal pelajaran yang disusun oleh pengajar. Selain itu, dokumentasi juga mencakup rekaman visual berupa foto atau video kegiatan santri dalam belajar kitab kuning. Dengan metode ini, penelitian dapat memperoleh gambaran mengenai sistem pendidikan di pesantren berdasarkan sumber yang ada.
• Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dari wawancara daring, observasi tidak langsung, dan dokumentasi dari pesantren. Data yang telah dikumpulkan dianalisis melalui tiga tahap berikut:
• Reduksi Data
1. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan melalui WhatsApp dikumpulkan dan dicatat.
2. Informasi yang kurang relevan, seperti percakapan di luar topik atau data yang tidak berkaitan dengan pembelajaran kitab kuning, disaring agar lebih fokus.
3. Data utama yang berhubungan dengan daftar kitab, metode pembelajaran, serta bagaimana pesantren menjaga tradisi keilmuan Islam dipilih untuk dianalisis lebih lanjut.
• Penyajian Data
1. Data yang sudah dirapikan disusun dalam bentuk narasi agar lebih mudah dipahami.
2. Hasil wawancara dengan pimpinan mengenai pembelajaran kitab kuning dipaparkan dengan bahasa yang lebih sistematis.
3. Informasi dari dokumentasi, seperti daftar kitab yang digunakan di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, diurutkan sesuai jenjang pendidikan agar lebih jelas.
4. Jika diperlukan, data bisa disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan kitab-kitab yang diajarkan di setiap tingkat pendidikan.
• Penarikan Kesimpulan
1. Setelah data dianalisis dan disusun, dilakukan interpretasi untuk memahami pola dan makna dari informasi yang diperoleh.
2. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan, serta informasi dari dokumen internal pesantren.
3. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana Pondok Pesantren Bustanul Arifin menjaga tradisi kitab kuning dan menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan santri.
Dengan teknik analisis ini, penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Bustanul Arifin berdasarkan data yang dikumpulkan langsung melalui wawancara dan dokumentasi internal.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Sejarah Dayah
Dayah Bustanul Arifin merupakan dayah yang dibawah naungan Yayasan Darul Muttaqin yang didirikan pada tanggal 03 Agustus 2000 yang dipimpin oleh Tgk. Syarqawi Abd Shamad. Awalnya dayah Bustanul Arifin hanya memberikan pendidikan kitab klasik saja (non-Formal) akan tetapi dengan beriringnya waktu dan tuntutan dari masyarakat maka pada 2001 Dayah Terpadu Bustanul Arifin mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bustanul Arifin yang dikepalai Oleh Tgk. Saidi M. Nurdin, S.Pd, kemudian pada tahun 2004 Dayah Bustanul Arifin juga mendirikan Madrasah Aliyah dengan maksud agar santriwan-santriwati yang tamat dari MTs Bustanul Arifin langsung bisa melanjutkan di jenjang selanjutnya tanpa pindah sekolah dan pindah dayah.
Dalam perjalanan roda pendidikan pada tahun 2005 MTs dan MA, kemudian mengalami perubahan nama menjadi SMP dan SMA Terpadu Bustanul Arifin. Atas dorongan dan dukungan masyarakat Bener Meriah dan sekitarnya Dayah Bustanul Arifin agar mendirikan dan mengelola perguruan tinggi, maka pada tahun 2011 Dayah Bustanul Arifin mengajukan permohonan pendirian perguruan tinggi kepada Kementerian Agama Republik Indonesia, Alhamdulillah pada tanggal 3 April 2013 dayah Bustanul Arifin disetujui dan diberi kepercayaan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia untuk menggelola Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Bustanul Arifin Prodi Bahasa Arab dengan SK Dirjen Pendis Nomor 779 Tahun 2013.
Awalnya Dayah Bustanul Arifin hanya memiliki area 1,5 Ha di Pondok Sayur (Komplek Putri Sekarang) yang pada waktu itu masih digabung antara komplek putra dan putri, dengan bertambahnya tahun maka juga bertambah pula santri di Dayah Bustanul Arifin, maka pada tahun 2012 sudah tidak memungkinkan lagi untuk digabung jadi satu dan di pindahkan di daerah Bale Atu (±5 Km) dari komplek putri dengan luas areal tanah 6,5 Ha.
Dayah Bustanul Arifin selalu melakukan kajian strategis dan penelitian untuk meningkatkan mutu pendidikan di Dayah Bustanul Arifin Khususnya dan pada seluruh Dayah umumnya, Pada saat ini Dayah Bustanul Arifin memiliki 3 (tiga) Program unggulan: Takhassus Kutub Turats, Tahfidz Al-Qur’an, dan Reguler. Pada prakteknya masing-masing program memiliki keunggulan masing-masing dengan tujuan untuk menyaring minat dan bakat santri.
2. Tradisi Kitab Kuning
• Pelestarian Kitab Kuning di Pesantren Bustanul Arifin
Pesantren Bustanul Arifin memiliki peran penting dalam melestarikan kitab kuning sebagai warisan keilmuan Islam. Kitab kuning tidak hanya diajarkan sebagai bahan bacaan, tetapi juga dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh santri dan para pengajar. Proses pelestarian ini dilakukan melalui beberapa metode pembelajaran, pemanfaatan kitab-kitab tertentu, serta kegiatan pendukung yang memperkuat pemahaman santri terhadap ilmu keislaman.
• Metode Pembelajaran Kitab Kuning
Di Pesantren Bustanul Arifin, kitab kuning diajarkan menggunakan beberapa metode yang telah menjadi tradisi di pesantren salaf.
1. Metode Bandongan
-Metode ini dilakukan dengan cara ustaz membaca dan menjelaskan isi kitab, sementara santri mendengarkan serta mencatat penjelasan yang diberikan.
-Hampir semua kitab di lakukan dengan metode seperti ini.
2. Metode Sorogan
-Dalam metode ini, santri membaca kitab di hadapan ustaz secara individu dan mendapatkan koreksi langsung.
-Biasanya digunakan untuk kitab-kitab yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam, seperti bajuri (fiqih).
3. Metode Halaqah dan Musyawarah Santri
-Santri duduk melingkar dengan ustaz di tengah, dan pembelajaran berlangsung dalam bentuk diskusi.
-Metode ini sering diterapkan dalam kajian kitab Bidayatul Mujtahid (fiqih perbandingan).
-Di Pesantren Bustanul Arifin, metode ini lebih berbasis musyawarah, di mana santri terlebih dahulu berdiskusi untuk menjawab permasalahan dalam kitab sebelum akhirnya mendapatkan bimbingan dari ustaz.
-Jika dalam diskusi ada pertanyaan atau persoalan yang sulit dijawab, ustaz akan memberikan penjelasan dan solusi yang lebih mendalam.
• Peran Santri dalam Melestarikan Kitab Kuning
Santri di Pesantren Bustanul Arifin tidak hanya sebagai penerima ilmu, tetapi juga memiliki peran dalam meneruskan tradisi keilmuan kitab kuning. Salah satu cara yang dilakukan adalah sistem kaderisasi, di mana santri yang lebih senior diberikan tanggung jawab untuk mengajarkan santri junior melalui halaqah kecil atau diskusi kitab. Selain itu, kegiatan bahtsul masail juga menjadi ajang bagi santri untuk mempraktikkan ilmu yang mereka pelajari. Dalam kegiatan ini, santri berlatih membahas berbagai persoalan keislaman dengan merujuk kepada kitab-kitab yang telah mereka pelajari. Ini menjadi salah satu strategi utama dalam menjaga agar kitab kuning tetap relevan dalam kehidupan modern.
• Kegiatan Pendukung
Pesantren juga memiliki berbagai kegiatan yang mendukung pemahaman kitab kuning, seperti:
- Hafalan matan untuk beberapa kitab penting agar santri dapat mengingat konsep-konsep utama.
- Khataman kitab, yaitu acara khusus di mana santri menyelesaikan kajian kitab tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Tabel.1 Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Tsanawiyah
Tabel. 2 Pelajaran dan Judul dan Penulis Kitab di Tingkat Aliyah
D. Penutup
1. Kesimpulan
Pesantren Bustanul Arifin di Pondok Sayur, Bener Meriah, merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang memadukan sistem tradisional dan modern dalam proses pembelajaran. Fokus utama pesantren ini adalah pelestarian tradisi keilmuan Islam melalui pengajaran kitab kuning yang terstruktur dan sesuai dengan jenjang pendidikan santri, baik di tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah. Kitab-kitab yang diajarkan mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti fiqih, nahwu, sharaf, tauhid, hadits, tafsir, tarikh, tasawuf, ushul fiqih, mantiq, balaghah, dan bahasa Arab. Setiap kitab diajarkan berdasarkan tingkat kemampuan santri, dengan penguatan pada pemahaman makna, struktur kalimat, dan nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam teks. Beberapa kitab yang digunakan antara lain Fathul Qarib, I’anatut Thalibin, Matan Al-Jurumiyah, Taqrib, Mukhtarul Hadits, Khalasah Nurul Yaqin, dan lainnya. Dalam pelaksanaannya, pesantren juga memelihara metode pengajaran klasik seperti halaqah dan musyawarah.
Tradisi ini memperkuat ikatan keilmuan antara guru dan murid, serta melatih santri dalam berpikir kritis dan berdialog secara ilmiah. Meskipun tidak semua data didapatkan secara langsung melalui observasi lapangan, informasi yang diperoleh dari dokumentasi, wawancara tidak langsung, serta referensi kitab dan struktur kurikulum yang digunakan, cukup untuk menggambarkan bahwa Pesantren Bustanul Arifin memiliki peran besar dalam menjaga warisan keilmuan Islam klasik. Melalui pendekatan yang konsisten terhadap kitab kuning dan sistem pengajaran tradisional, pesantren ini bukan hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga benteng kebudayaan dan identitas Islam yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat.
2. Saran-saran
• Penguatan Metode Pengajaran Kitab
Diharapkan Pesantren Bustanul Arifin terus mempertahankan dan menguatkan metode pengajaran kitab kuning seperti halaqah dan musyawarah. Cara ini terbukti mampu memperdalam pemahaman santri serta membangun hubungan ilmiah yang erat antara guru dan murid.
• Pemanfaatan Teknologi sebagai Pendukung
Dalam menghadapi perkembangan zaman, pesantren dapat mulai memanfaatkan teknologi sebagai penunjang proses pembelajaran. Misalnya dengan menyediakan kitab dalam bentuk digital atau rekaman audio untuk memudahkan santri dalam mengulang pelajaran.
• Penambahan Koleksi Kitab
Pesantren diharapkan dapat menambah koleksi kitab kuning, baik tingkat dasar maupun lanjutan, termasuk kitab syarah dan hasyiah. Hal ini akan memperkaya wawasan santri dan mendukung proses belajar yang lebih dalam.
• Pelatihan untuk Para Pengajar
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pesantren dapat mengadakan pelatihan khusus bagi para ustaz dan ustazah dalam metode mengajar kitab kuning yang lebih komunikatif dan efektif.
• Peningkatan Dokumentasi Kegiatan Akademik
Penting bagi pesantren untuk mendokumentasikan kegiatan belajar-mengajar dan sistem kurikulum secara tertib. Hal ini akan memudahkan pelacakan perkembangan pesantren serta memberikan kemudahan bagi pihak luar yang ingin mengetahui sistem pendidikan di dalamnya.
• Penguatan Nilai Lokal dalam Pendidikan
Sebagai pesantren yang berada di wilayah Gayo, perpaduan antara nilai-nilai lokal dan keilmuan Islam dapat menjadi kekuatan tersendiri. Hal ini akan membuat pendidikan di pesantren lebih kontekstual dan dekat dengan budaya masyarakat sekitar.
E. Daftar Pustaka
kitab Fiqih :
• Ibnu Qasim al-Ghazi. Fathul Qorib al-Mujib. t.p., t.t.
• Abu Bakr bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi. I’aanatuth Thalibin. t.p., t.t.
Kitab Nahwu
• As-Shonhaji, Sharfuddin. Al-Jurumiyah. t.p., t.t.
• Ibnu Aqil al-Hanbali. Syarh Ibnu Aqil. t.p., t.t.
Kitab Tauhid
• Syaikh Ahmad al-Marzuqi. Aqidatul Awam. t.p., t.t.
• Syaikh Muhammad al-Fadhani. Kifayatul Awam. t.p., t.t.
Kitab hadits
• Imam Ibnu Hajar al-Asqalani. Bulughul Maram. t.p., t.t.
Kitab Tafsir
• Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi. Tafsir Jalalain. t.p., t.t.
Kitab Tarikh
• Muhammad Khudari Bek. Tarikh Tasyri’ Islami. t.p., t.t.
Kitab Tasawwuf
• Imam Az-Zarnuji. Ta'lim al-Muta'allim. t.p., t.t.
• Imam al-Ghazali. Minhajul Abidin. t.p., t.t.
Kitab sharaf
• Abdurrahman al-Jazairi. Kitabbu Tasrifi. t.p., t.t.
Kitab Balaghah
• Syekh Abdurrahman al-Akhdhari. Jauharul Maknun. t.p., t.t.
Kitab Ushul Fiqih
• Imam Al-Juwaini. Al-Waraqat fi Ushul al-Fiqh. t.p., t.t.
Kitab Mantiq
• Syekh Ahmad ad-Damanhuri. Idahul Mubham min Ma'ani as-Sullam. t.p., t.t.
Karya: Nayla Cahaya Putri, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini UIN Sultanah Nahrasiyah
Editor: Indifa ulfa