![]() |
| Foto: IST |
Banjir terjadi setelah curah hujan deras mengguyur wilayah ini selama beberapa hari, sehingga menyebabkan air mulai menggenangi rumah-rumah penduduk sejak 4 hari sebelum pengungsian. Banjir ini disebabkan oleh hujan yang turun dengan intensitas tinggi, sehingga mengakibatkan sungai meluap serta sistem drainase desa tidak mampu menangani volume air yang meningkat pesat. Kenaikan air dimulai pada Rabu malam (26/11) dan mencapai tingkat berbahaya pada pagi hari. Warga yang rumahnya terendam segera menyelamatkan diri dengan mengambil barang-barang yang penting. Aparat desa dan masyarakat menjalankan proses evakuasi secara bertahap, yakni dengan menggunakan kendaraan warga dan berjalan kaki menuju Meunasah Ceumeucet yang tidak terkena banjir.
Sekretaris Desa (Sekdes) Ceumeucet, Taufik, menyampaikan rasa prihatin atas musibah yang dialami warga. “Melihat kondisi warga yang harus meninggalkan rumah mereka tentu sangat memprihatinkan. Namun, kami bersyukur. Berkat kebersamaan antara aparat desa, masyarakat, dan mahasiswa KPM Kelompok 10 UIN SUNA Lhokseumawe, proses pengungsian dapat berjalan dengan aman dan tertib,” ujarnya.
Di tempat pengungsian, warga menerima bantuan darurat berupa makanan, air minum, serta kebutuhan pokok lainnya. Akan tetapi, keterbatasan fasilitas (seperti tempat tidur) tetap menjadi masalah, terutama untuk keperluan balita dan lansia. Beberapa penduduk juga keluhkan kondisi kesehatan mereka yang beresiko akibat kelelahan dan cuaca yang berubah-ubah. Banjir memberikan dampak langsung pada kegiatan ekonomi masyarakat, seperti banyak penduduk yang tidak bisa berangkat kerja dan lahan pertanian/perkebunan yang ikut terendam banjir. Kerugian finansial tidak dapat dipastikan, namun warga khawatir hasil panen akan mengalami kegagalan.
Perangkat desa dan masyarakat berharap adanya perhatian dan bantuan lanjut dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk bantuan logistik maupun solusi jangka panjang untuk mencegah terulangnya banjir di masa mendatang. Hingga saat ini, sebagian warga masih bertahan di lokasi pengungsian sambil menunggu kondisi air surut sepenuhnya.
Penulis: Naswa Sasmita, Mahasiswi KPM Kelompok 10 UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe


