Portal Berita Al-Kalam

LPM Al-Kalam Kembali Selenggarakan Kegiatan PJTD 2025: Asah Kemampuan Siswa dalam Jurnalistik

Foto: Fika Munayya www.lpmalkalam.com - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan, yaitu Pelatihan Jur...

HEADLINE

Latest Post

22 Oktober 2025

Rindu yang Abadi

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Di antara senja yang merangkul bumi,

Kucari jejakmu dalam sunyi.

Bayangmu hadir, namun tak tergapai,

Rindu ini abadi, takkan usai.


Setiap langkah adalah kenangan,

Saat bersamamu, hati penuh impian.

Tawa, canda, semua terpatri,

Dalam ingatan yang tak pernah mati.


Malam sunyi menjadi saksi bisu,

Rindu ini menggebu-gebu.

Bintang-bintang seolah mengerti,

Betapa dalamnya rindu di hati.


Di taman hati, namamu terukir,

Sebagai janji yang takkan pudar.

Meski jarak memisahkan kita,

Cinta ini abadi selamanya.


Ombak rindu terus berdeburan,

Menyapu pantai kenangan.

Setiap desiran adalah bisikan,

Rindu yang tak pernah terucapkan.


Dalam doa kusebut namamu,

Semoga kau merasakan rindu yang sama.

Karena di sini, di hatiku yang terdalam,

Rindu ini abadi, takkan pernah padam.


Mentari pagi datang menyapa,

Namun rindu ini tetap membara.

Karena kaulah melodi dalam jiwa,

Rindu yang abadi selamanya.


Penulis: Muhammad Iftal (Magang)

 

20 Oktober 2025

Si Rupawan

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com

Dunia hanya milik si rupawan,

dihuni oleh orang-orang menawan,

dikuasai para manusia serakahan,

yang tak memiliki kelebihan,

yang tak memiliki kekuasaan,

semakin dikucilkan,

juga ikut diasingkan.


Apalah daya kaum rendahan,

hanya bisa merasakan kesialan

yang kunjung datang

tanpa tahu surutnya kapan.

Diri ini terus berdoa pada Tuhan,

tangan ini terus ditadahkan.

Di balik cahaya remangan,

secepat mata memejam,

terselip harapan.


Semoga dunia lekas diberi kesehatan,

segera dianugerahi kebaikan,

juga dititipkan keadilan,

dijauhkan dari jamahan

tangan orang yang tak diperkenan,

serta genggaman para durjana.


Penulis: Lutfhiyatil Syaqirah (Magang)
 

19 Oktober 2025

Remaja di Zaman Sinyal

Foto: Pexels.com

www.lpmalkalam.com

Kami lahir di antara cahaya layar,

tumbuh bersama dering notifikasi,

dan belajar mengenal dunia melalui jempol dan jaringan tanpa batas.

Kami menatap dunia dari kaca kecil di genggaman,

seakan seluruh hidup bisa diringkas dalam satu unggahan yang sempurna.


Kami, remaja yang katanya mudah bimbang,

mudah jatuh cinta,

mudah marah, dan mudah menyerah.

Tapi di balik itu semua,

ada hati yang rapuh, tapi berani.

Ada jiwa yang terluka, tapi masih ingin mencoba.


Kami berbicara lewat chat,

tertawa di ruang virtual,

dan menangis tanpa suara,

karena takut dianggap terlalu lemah

di dunia yang sibuk menilai daripada memahami.


Kami ingin dikenal,

tapi juga takut terlalu terlihat.

Kami ingin mencintai,

tapi takut disakiti.

Kami ingin jadi hebat,

tapi kadang hanya ingin istirahat.


Di kelas kami tersenyum,

meski kepala penuh dengan tanya:

tentang masa depan, tentang pilihan,

tentang siapa kami sebenarnya.

Kami belajar menghitung, menulis, dan menghafal,

tapi tak ada pelajaran

tentang bagaimana menghadapi kecewa,

atau cara menerima diri sendiri.


Kami menulis di catatan rahasia,

tentang mimpi yang mungkin tak akan kami ceritakan,

tentang seseorang yang hanya bisa kami kagumi diam-diam,

tentang rasa takut gagal yang menekan dada setiap malam menjelang.


Kami mendengar dunia berkata,

“Remaja itu malas, remaja itu tak tahu arah,”

padahal mereka lupa,

kami sedang berjuang memahami arah itu sendiri.

Kami tak ingin jadi sempurna,

kami hanya ingin dimengerti.


Kami mencintai tanpa janji,

berharap tanpa kepastian,

dan kehilangan dengan diam,

karena begitulah cinta di zaman ini—

cepat datang, cepat pergi,

meninggalkan jejak di pesan terakhir

yang tak sempat dikirim.


Namun di balik tawa yang dibuat-buat,

masih ada doa yang diam-diam kami kirimkan

kepada Tuhan yang mungkin sudah lelah

mendengar permintaan yang sama setiap malam.

Kami memohon bukan untuk kaya,

bukan untuk viral,

tapi hanya untuk tenang.

Tenang dalam hati yang sering ribut sendiri.


Kami belajar dari patah hati,

dari kegagalan,

dari pertemanan yang perlahan menjauh,

dan dari waktu yang berjalan terlalu cepat,

sementara kami masih mencoba memahami maknanya.


Kami tidak ingin hanya jadi bayangan,

atau sekadar nama di daftar hadir kehidupan.

Kami ingin berarti,

walau hanya untuk satu orang,

atau bahkan hanya untuk diri kami sendiri.


Karena meski kami sering bingung,

sering takut,

dan sering merasa sendirian,

kami tetap berjalan.

Dengan langkah yang mungkin kecil,

tapi nyata.


Kami, remaja zaman ini,

tumbuh di tengah badai informasi,

terkadang kehilangan arah,

namun tak pernah benar-benar berhenti mencari cahaya.


Dan suatu hari nanti,

ketika dunia menertawakan masa muda kami,

kami akan tersenyum,

karena kami tahu, kami pernah hidup dengan sepenuh hati—

di masa paling rumit,

tapi paling indah.


Penulis: Daffa Alkausar (Magang)
 

Mata Air Cinta

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com-

Ibu…

Memelukmu adalah kenyamananku,

Melukis senyummu adalah keinginanku,

Mencintaimu tentu wajib bagiku.


Namun terkadang…

Melawanmu adalah hal sepele bagiku,

Bahkan sering kali aku menyakitimu dan

Melupakanmu sebagai pahlawan hidupku.

Tanpa kusadari betapa teririsnya hatimu

Oleh sikap bodoh yang aku berikan.


Haruskah aku menjadi pelindung,

Bukan malah menjadi anak yang tak tahu untung?

Haruskah aku jadi anak penurut,

Bukan menjadi anak yang hanya bisa menuntut?


Ibu…

Maafkan anakmu yang tak pernah tahu diri,

Yang tak pernah merasa cukup. Maafkan, Ibu…

Sekarang aku telah dewasa, Bu.

Kini aku sadar betapa banyak keringat yang kau teteskan untukku.

Namun maaf, Bu, hanya rasa kecewa yang bisa aku lantunkan.


Aku sangat bangga padamu,

Aku sangat beruntung memilikimu.

Kau bagaikan sosok istimewa bagiku.


Ibu…

Aku berjanji tak akan pernah terucap

Kata henti di benakku ini.


Ibuku, mata air cintaku.

 

Penulis: Intan Sarifah (Magang)

18 Oktober 2025

Rumit

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com

Matahari tenggelam, kini malam menghampiri.

Bulan dan bintang menyinari gelapnya malam.

Kini hanyalah sunyi yang datang menyelimuti,

dan angin malam yang menemani.


Kuratapi kesedihan tanpa batas limit,

bagaikan kehidupan berhenti berotasi.

Kususun bintang menjadi sebuah persegi,

memecahkan misteri di barisan bintang.


Kehidupanku kini bagai tak simetris,

tak tahu ke mana harus ku berarah.

Aku tersesat di antara ruang yang luas,

dalam waktu dan jarak yang tak terhingga.


Rumitku melepas diri dari bayangan,

membuatku tersadar akan satu hal:

waktu dan jarak tak dapat dipisahkan

di setiap kehidupan di bumi ini.


Penulis: Luthfiatil Syaqirah (Magang)

Tentang Kamu

Foto: Pixabay.com

www.lpmalkalam.com

Kau tinggal di baris paling depan,

pada kata yang kedua, di koma dan titik yang kupilih dengan semata.

Kau singgah untuk berjeda, bersembunyi di balik spasi-spasi yang ada,

menjadi alasan setiap kalimatku berdiri tegak,

meski aku rapuh, meski aku runtuh.


Kau adalah wujud dari kata indah;

butuh fokus, tenang, dan keberanian untuk menulis serta merawat.

Di antara beribu kata yang menarik,

aku akan tetap memilih satu nama — yaitu kamu.


Bahkan saat akhirnya tinta tetap tentangmu yang kuurai,

aku senang menulis tentangmu.

Dan semua itu pasti akan membuatmu sadar,

karena aku meraih perhatian lewat kataku yang manis dan puitis.


Jika suatu saat bait itu akan usang,

kertasnya akan hilang,

tetap namamulah yang kuingatkan,

karena semuanya adalah kamu —

titik, koma, dan aku… selalu untukmu.


Penulis: Intan Sarifah (Magang)

Mengenai Saya

Foto saya
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al – Kalam adalah salah satu lembaga pers mahasiswa guna mengembangkan bakat jurnalis muda yang berada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (SUNA) Lhokseumawe.

Redaksi Al-Kalam

Nama

Email *

Pesan *

LPM AL-Kalam UIN SUNA Lhokseumawe, 0823-6508-3003 (Pemimpin Redaksi) 0852-6227-8755 (Sekretaris Redaksi) Alamat:Jl. Medan Banda Aceh,Alue Awe,Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Diberdayakan oleh Blogger.