HEADLINE

Latest Post
Loading...

08 November 2016

Jutaan Muslim 4 November 2016


Ada peristiwa dimana umat islam diguncang dengan sebuah ucapan yang keluar seorang tokoh nomor satu di DKI Jakarta, sebut saja namanya Pak Ahok. salah satu Cagub Dki Jakarta, ada ucapan yang membuat hati umat muslim yang berkedudukan dari Sabang sampai Marauke terguncang jiwa dan hatinya, karna ayat Al-maidah ayat 51’. menjadi sebuah celaan yang dikeluarkan dari lidah yang tajam, tanpa berpikir panjang akan efek kedepannya. Ini bukan permainan ketika darah-darah para syuhada muslim tumpah ruah di medan pertempuran yang tiada hentinya di Timut tengah, ada kesan bahwa Umat Muslim lemah, namun jika agama Islam dan wahyu Allah disepelekan maka jiwa yang sepi ini akan membara bagai api, bagai jiwanya Umar bin khatab ketika tubuhnya gemetar penuh amarah, beserta pedang digenggam erat ditangannya membela agama yang dilecehkan oleh kafir-kafir yang berlaku angkuh penuh kedengkian,
4 November 2016, menjadi puncaknya dimana seluruh umat Islam berkumpul bersatu bukan unutk membuat kegaduhan dan mengancam negara, apa lagi menggulinkan pemerintahan, mereka berkumpul dari Sabang sampai Marauke dan merapat  disatu titik yaitu Ibu kota Indonesia, Jakarta. tuntutan meraka yang diduga sebagai pelaku penista agama harus  diperoses secara hukum, yang kini kesannya beliau seperti dalam lindungan yang tak terlihat oleh kasat mata, perwakilan tokoh-tokoh agama bersatu padu menggema takbir beserta sholawat menghiasi hikmatnya malam kota jakarta, yang dikawal para serdadu- serdadu berpakaian lengkap beserta kendaraan barakuda yang gagah. Berhadapan dengan jutaan umat yang tak bersenjata hanya bermodalkan teriakan takbir menjadi semangat  jihat membela agama. Hilangnya rasa takut terhadap timah-timah panas. Presiden kita “Pak Jokowi” gentar hingga ia hilang tak menyambut dengan beribu alasan yang tak masuk akal. Pertemuan dengan para tokoh ulamapun sirna, dirinya hanya diwakilahkan oleh wakilnya Pak “Jusuf Kala” beserta perwakilan lainnya.
Kisruhpun tak terelakkan, letupan-letupan senjata terdengar bagai tragedi Trisakti 1998, walaupun bukan timah panas yang ditembakkan, namun hanya gas air mata, hingga membuat segerombolan umat berlari panik hingga tersulut emosi beberapa saat, tiga kendaraan terbakar dibakar oleh orang yang tak dikenal, konspirasipun dimulai. Tak sedikit yang terluka dan pingsan karena gas air mata mengenai tubuh-tubuh mereka yang lemah, namun sorotan media tersebut sirna, hanya media-media yang pro Islam yang menyiarkan duka para demonstran, sebagian media hanya meliput kekisruhan yang terjadi yang dilakukan para demonstran, keburukan menjadi poin penting untuk disiarkan agar para phopia Islam dipupuk subur mekar penuh benci. Ucapan terimakasihpun pak presiden ucapakan kepada para ulama atas kericuhan yang telah terjadi, sindiran halus ini penuh benci, yang awalnya lari menghindar para aksi, kini hadir dengan ucapan terimakasih disaat suasana Jakarta mulai hening dan sepi, kemana jiwamu penuh blusukan itu wahai pemimpin, ketika rakyatmu blusukan dikediaman istanamu, kau beralasan pergi hingga para demonstran menjadi benci.
Siapa sangka aksi 4 November 2016’.  satu-satunya aksi yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia, aksi ini bukan mencari sensasi sekedar teriak-teriak sambil bertakbir mencari sorotan-sorotan kamera agar masuk Tv, mereka berangkat dan berkumpul karna panggilan hati karna ketukan sang ilahi, siapa lagi kalau bukan kita yang memulai pembelaan terhadap Agama dan kitap suci Al-quran, yang kini mulai di lecehakan oleh mereka yang tidak menyukai kita.
Al, maidah : 51
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengmbil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagain dari mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonngan mereka. Sesungguhny Allah tidak memberi petunjuk kepa orang-orang yang zalim.
Inilah sepenggal ayat Alquran yang menghimbau haramnya memilih pemimpin Yahudi dan Nasrani, seruan ayat yang menggoncang jiwanya para kafir yang haus akan kekuasaan di tanah yang mayoritas Muslim, hingga begitu mudahnya mereka menyepelekan wahyu Allah yang nyata ini, Maha suci Allah masih menjaga orang-orang yang peka terhadap islam, hikmah sepenggal ayat diatas menyadarkan kita semua untuk berpegang teguh terhadap Agama Allah dan terus mengamalkan ayat-ayat suci Alquran dan terus membelanya hingga titik darah penghabisan. tanggal 4 November 2016 menjadi sejarahnya jutaan umat muslim seluruh Indonesia, maupun dunia bahwa kita masih ada dan kuat untuk membela Agama.
Dengan aksi yang berlalu di tanggal 4 November 2016, memberikan pelajaran penting bagi pemimpn bangsa ini, di Negeri yang toleran ini, segala ucapan yang diucapkan harus dipikirkan dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang telah terjadi dari lidahnya sesorang yang kini menjadi, sebuah pertikaain yang mencoreng ke “Bhineka Tunggal Ikaan” bangsa, bukan tentang mayoritas menghargai minoritas dan minoritas menghargai mayoritas, tapi bagaimana menjadi manusia yang bijak bersikap serta ucapan, agar segala perbedaan yang berada di negeri tercinta ini menjadi damai dan nyaman.
Kedewasaan para pemimpin negeri ini sangat dibutuhkan, bersikaplah dengan dewasa serta rendah hati, terutama bisa menghargai segala tuntutan masyarakat yang demokrasi, terutama bapak presiden RI Indonesia “Pak Jokowi Widodo” bijaklah dalam menghadapi segala persoalan di negeri ini, apalagi masalah penistaan agama yang sangat sensitif, negera Indonesia adalah negara Hukum, sebagaimana tercantum dalam pasal 1 Ayat 3 UUD 1945. Kebijakan para pemimpin dalam mennghadap persoalan di negeri ini sangat menentukan nasib bangsa dimasa yang akan datang di negeri pancasila yang menjunjung tinggi Toleransi dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Penulis : Gunawan S.Pd.I, Alumnus STAIN Malikussaleh
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.