Ada
peristiwa dimana umat islam diguncang dengan sebuah ucapan yang keluar seorang
tokoh nomor satu di DKI Jakarta, sebut saja namanya Pak Ahok. salah satu Cagub
Dki Jakarta, ada ucapan yang membuat hati umat muslim yang berkedudukan dari
Sabang sampai Marauke terguncang jiwa dan hatinya, karna ayat Al-maidah ayat
51’. menjadi sebuah celaan yang dikeluarkan dari lidah yang tajam, tanpa
berpikir panjang akan efek kedepannya. Ini bukan permainan ketika darah-darah
para syuhada muslim tumpah ruah di medan pertempuran yang tiada hentinya di
Timut tengah, ada kesan bahwa Umat Muslim lemah, namun jika agama Islam dan
wahyu Allah disepelekan maka jiwa yang sepi ini akan membara bagai api, bagai
jiwanya Umar bin khatab ketika tubuhnya gemetar penuh amarah, beserta pedang
digenggam erat ditangannya membela agama yang dilecehkan oleh kafir-kafir yang
berlaku angkuh penuh kedengkian,
4
November 2016, menjadi puncaknya dimana seluruh umat Islam berkumpul bersatu
bukan unutk membuat kegaduhan dan mengancam negara, apa lagi menggulinkan
pemerintahan, mereka berkumpul dari Sabang sampai Marauke dan merapat disatu titik yaitu Ibu kota Indonesia, Jakarta.
tuntutan meraka yang diduga sebagai pelaku penista agama harus diperoses secara hukum, yang kini kesannya
beliau seperti dalam lindungan yang tak terlihat oleh kasat mata, perwakilan
tokoh-tokoh agama bersatu padu menggema takbir beserta sholawat menghiasi
hikmatnya malam kota jakarta, yang dikawal para serdadu- serdadu berpakaian
lengkap beserta kendaraan barakuda yang gagah. Berhadapan dengan jutaan umat
yang tak bersenjata hanya bermodalkan teriakan takbir menjadi semangat jihat membela agama. Hilangnya rasa takut
terhadap timah-timah panas. Presiden kita “Pak Jokowi” gentar hingga ia hilang tak
menyambut dengan beribu alasan yang tak masuk akal. Pertemuan dengan para tokoh
ulamapun sirna, dirinya hanya diwakilahkan oleh wakilnya Pak “Jusuf Kala”
beserta perwakilan lainnya.
Kisruhpun
tak terelakkan, letupan-letupan senjata terdengar bagai tragedi Trisakti 1998,
walaupun bukan timah panas yang ditembakkan, namun hanya gas air mata, hingga
membuat segerombolan umat berlari panik hingga tersulut emosi beberapa saat,
tiga kendaraan terbakar dibakar oleh orang yang tak dikenal, konspirasipun
dimulai. Tak sedikit yang terluka dan pingsan karena gas air mata mengenai
tubuh-tubuh mereka yang lemah, namun sorotan media tersebut sirna, hanya
media-media yang pro Islam yang menyiarkan duka para demonstran, sebagian media
hanya meliput kekisruhan yang terjadi yang dilakukan para demonstran, keburukan
menjadi poin penting untuk disiarkan agar para phopia Islam dipupuk subur mekar
penuh benci. Ucapan terimakasihpun pak presiden ucapakan kepada para ulama atas
kericuhan yang telah terjadi, sindiran halus ini penuh benci, yang awalnya lari
menghindar para aksi, kini hadir dengan ucapan terimakasih disaat suasana
Jakarta mulai hening dan sepi, kemana jiwamu penuh blusukan itu wahai pemimpin,
ketika rakyatmu blusukan dikediaman istanamu, kau beralasan pergi hingga para
demonstran menjadi benci.
Siapa
sangka aksi 4 November 2016’. satu-satunya
aksi yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia, aksi ini bukan mencari sensasi
sekedar teriak-teriak sambil bertakbir mencari sorotan-sorotan kamera agar
masuk Tv, mereka berangkat dan berkumpul karna panggilan hati karna ketukan
sang ilahi, siapa lagi kalau bukan kita yang memulai pembelaan terhadap Agama
dan kitap suci Al-quran, yang kini mulai di lecehakan oleh mereka yang tidak
menyukai kita.
Al,
maidah : 51
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengmbil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagain dari mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonngan mereka. Sesungguhny
Allah tidak memberi petunjuk kepa orang-orang yang zalim.
Inilah
sepenggal ayat Alquran yang menghimbau haramnya memilih pemimpin Yahudi dan
Nasrani, seruan ayat yang menggoncang jiwanya para kafir yang haus akan
kekuasaan di tanah yang mayoritas Muslim, hingga begitu mudahnya mereka
menyepelekan wahyu Allah yang nyata ini, Maha suci Allah masih menjaga
orang-orang yang peka terhadap islam, hikmah sepenggal ayat diatas menyadarkan
kita semua untuk berpegang teguh terhadap Agama Allah dan terus mengamalkan
ayat-ayat suci Alquran dan terus membelanya hingga titik darah penghabisan.
tanggal 4 November 2016 menjadi sejarahnya jutaan umat muslim seluruh
Indonesia, maupun dunia bahwa kita masih ada dan kuat untuk membela Agama.
Dengan
aksi yang berlalu di tanggal 4 November 2016, memberikan pelajaran penting bagi
pemimpn bangsa ini, di Negeri yang toleran ini, segala ucapan yang diucapkan
harus dipikirkan dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang telah terjadi dari
lidahnya sesorang yang kini menjadi, sebuah pertikaain yang mencoreng ke
“Bhineka Tunggal Ikaan” bangsa, bukan tentang mayoritas menghargai minoritas
dan minoritas menghargai mayoritas, tapi bagaimana menjadi manusia yang bijak
bersikap serta ucapan, agar segala perbedaan yang berada di negeri tercinta ini
menjadi damai dan nyaman.
Kedewasaan
para pemimpin negeri ini sangat dibutuhkan, bersikaplah dengan dewasa serta
rendah hati, terutama bisa menghargai segala tuntutan masyarakat yang
demokrasi, terutama bapak presiden RI Indonesia “Pak Jokowi Widodo” bijaklah
dalam menghadapi segala persoalan di negeri ini, apalagi masalah penistaan
agama yang sangat sensitif, negera Indonesia adalah negara Hukum, sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 Ayat 3 UUD 1945. Kebijakan para pemimpin dalam
mennghadap persoalan di negeri ini sangat menentukan nasib bangsa dimasa yang
akan datang di negeri pancasila yang menjunjung tinggi Toleransi dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Penulis : Gunawan S.Pd.I, Alumnus STAIN Malikussaleh