![]() |
Ilustrator.Net Penulis: Maulana |
Membacalah agar apa yang tergiang dan terbayangkan segera terpuaskan dengan pengetahuan yang telah dan sudah ditemukan, hal ini buah dari kajian dan perenungan yang kian memuncak dan memundak
Mengkaji jalan kiri dan mengambil pintasan kanan adalah sistematika dan proses biasa yang dilalu oleh seseorang yang punya prinsip berkehidupan, bahwa barat adalah kebayakan salah dan kalah tentunya perihal ini adalah kesimpulan dari buah otak/pikir masing-masing individu, sebaliknya menjustifikasi timur dengan kebenaran dan kereaslistisan adalah sebuah kemandekan yang sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang apatistik dan agnotisistik dengan mengedepankan pro terhadap sepihak dan keyakinan yang sudah berakar sedari dahulu ketika pertama melihat cerah dan indahnya dunia yang dipenuhi estetika dan dinamika
Beragama seharusnya menjadi landasan awal dalam melangkah dan menapaki kerasnya kehidupan. Agama tidak mengajarkan kekerasan dan penjustifikasian sekalipun terhadap yang berbeda pemahaman dan haluan, bukan agamanya yang salah justru orang yang menganut agama yang terlanjur mengembangkan propaganda petaka yang pada akhirnya tersematlah gelar bahwa agama musuh terbesar semua manusia
Patut dipertanyakan kepada penganut agama yang setia mengikuti dan mengimaninya ''Kenapa sebagian orang yang beragama tidak lantas menjadikan agama sebagai wadah untuk menebarkan kedamaian dan toleransi yang indah dan ramah?''
Nah, dizaman yang edan ini yang dibutuhkan adalah para pemikir dan pemuka agama yang progresif, artinya mereka yang mengedepankan jalan pikirannya tidak untuk menyudutkan pihak yang salah karena lantas dia benar ataupun sebaliknya membenarkan yang salah dengan cara yang anarkis dan repsesif
Indonesia khususnya dan umumnya dunia yang memiliki budaya dan tradisi beragama yang kuat dan benar pasti berkenan dan ingin untuk memiliki generasi yang progresif positif dan kritis namun lurus dan mulus, mereka yang percaya sains tidak membenci agama dan mereka yang mengimani agama namun tidak mencaci sains
Banyak orang ketika mendapakan pendapat dan argumentasi yang sedikit paradoks dengannya lantas langsung mencoba mempertanyakan isi pikiran dan pusaran teks tersebut, terkadang juga sampai kepada mengeluarkan perkataaan yang melewati norma sosial dan dalil agama karena tak sesuai dengan ekspekstasi dan pemahaman yang dianutnya
Pernah satu ketika saya menulis di sosial media tentang pemikiran tokoh yang berbeda agama dengan islam, seorang mengingatkan bahwa "Baca saja bukunya asalkan jangan salah meletakkannya, karena pemikiran orang yang tidak begama islam bebas!", ada benarnya memang, tetapi apa salahnya jika membaca hanya sebatas untuk menambahkan pengetahuan dalam artian memperkaya wawasan dan sebagai pendukung referensi terhadap diri sendiri dan kiranya kepada siapa saja yang membutuhkan
Proses mendapatkan ilmu pemgetahuan (epistemologi) menurut filsafat ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan membaca, membaca apapun dan dimanapun agar gelepnya pikiran tergantikan dengan cahanya (Nur) kepengetahuanan dan pencerahan yang terluruskan
Membaca dan menelusuri sampai kepada tahap meneliti adalah langkah efektif yang perlu di galakkkan oleh pemikir dan generasi islam yang progreaif dan optimis, perihalnya ketika mengkaji pemikiran tokoh yang sekuler, liberal, sosialis, kapitalis, dan marxisme tidak serta-merta menjadikan satu pemahaman yang harus dan wajib diyakini seketika itu juga tentunya
Setiap orang ada filterisasi yang dianugerahkan oleh tuhan untuk membedakan dan mengkomprasikan benar dan salah terhadap kevaliditasannya sebuah pengetahuan yang didapatkan, membaca yang setengan-setengah itulah yang memilukan dan menyesatkan.
Penulis merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Anggota aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Al-kalam IAIN Lhokseumawe.