![]() |
| Foto: liputangampongnews.id |
Menurut kutipan dari laman line1.news, terdapat 1.212 peserta musabaqah dari 23 kabupaten/kota di Aceh dengan 11 arena perlombaan. Acara ini berlangsung selama delapan hari, mulai 1–8 November 2025. Dilansir dari situs mtq.pidiejayakab.go.id, terdapat sembilan cabang lomba dengan golongan dan tingkatan usia yang berbeda, yang diikuti oleh peserta putra dan putri. Di antaranya sebagai berikut:
1. Tilawah Al-Qur’an
2. Tahfiz Al-Qur’an (Hafalan)
3. Tafsir Al-Qur’an
4. Khattil Qur’an
5. Fahmil Qur’an
6. Syarhil Qur’an
7. Qira’ah Sab’ah
8. Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ)
9. Hafalan Hadis
Keempat mahasiswa UIN SUNA Lhokseumawe yang berhasil meraih penghargaan adalah sebagai berikut:
1. Fauzan Azima, jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), meraih Juara 2 cabang Qiraat Murattal Remaja Putra.
2. Yuli Aulia, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), meraih Juara 2 cabang Hifzil 100 Hadis Putri.
3. Jihan Fanyra (KPI), meraih Juara Harapan 2 cabang KTIQ Putri.
4. Nadya Maghfirah (IAT), meraih Juara Harapan 3 cabang Qiraat Mujawwad Remaja Putri.
Fauzan Azima mengungkapkan bahwa MTQ ini lebih menantang dibandingkan MTQ mahasiswa. Jika pada MTQ mahasiswa hanya melalui seleksi kampus dan langsung ke tingkat nasional, maka MTQ provinsi harus melalui beberapa tahapan sebelum ke tingkat provinsi. “Mungkin tantangan di MTQ ini lebih besar karena perjuangannya dimulai dari tingkat kampung hingga provinsi. Setelah menang tingkat provinsi, baru kita mewakili Aceh ke kancah nasional,” ungkapnya pada Kamis (13/11/2025).
Jihan Fanyra juga menyampaikan bahwa MTQ ini sangat menantang bagi dirinya. “Kalau boleh jujur, memang mengikuti MTQ ini sangat challenge bagi saya, karena ini adalah cabang baru setelah sebelumnya menjadi pensyarah di cabang Syarhil Qur’an. Namun karena sudah lewat umur, jadi bingung beralih ke cabang yang mana. Yang dekat dan masih relevan, sehingga beralihlah ke cabang KTIQ,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Jihan juga mengatakan bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri. “Siapapun role model (panutan) kita, jika tips mereka hanya kita pegang sebagai acuan teori tanpa dipraktikkan langsung, maka teori-teori hebat yang disampaikan itu tidak akan menghasilkan perubahan dalam diri kita,” tambahnya.
Reporter: Tiara Khalisna
Editor: Putri Ruqaiyah


