![]() |
| Foto: Pixabay.com |
Meski masih pagi, suara-suara kehidupan di desa mulai terdengar: gemercik air, ayam berkokok, Pak Tani yang berjalan menuju sawah, serta burung-burung yang berkicauan riang.
Kahfa tiba-tiba teringat roti yang kemarin diberikan ibunya. Ia segera mengambil roti itu dari kamar, lalu kembali duduk di teras untuk menikmatinya. Hari ini, ia hanya ingin menikmati roti itu sambil melihat hujan.
Di tengah kenikmatan sederhana itu, datanglah seorang petani yang tampak sangat lesu, langkahnya gontai, dan wajahnya muram.
Kahfa bertanya pelan, “Paman, apakah Paman sudah makan?”
Petani itu hanya menggeleng dengan wajah sedih. Seketika Kahfa teringat pesan ibunya, “Jika bertemu orang yang membutuhkan, jangan pernah ragu untuk berbagi.”
Tanpa pikir panjang, Kahfa mengambil potongan roti terakhir dari bungkusnya dan memberikannya kepada petani itu.
Petani itu menerima dengan senyum dan mengucapkan terima kasih. Tak lama kemudian, hujan berhenti. Sinar matahari perlahan menembus awan, menampilkan pelangi di langit.
Kahfa tersenyum. Ia menyadari bahwa dalam kesederhanaan hidup pun, selalu ada kebahagiaan yang bisa ditemukan. Bahagia bisa datang dari roti yang manis, hujan yang menyejukkan, atau dari berbagi dengan sesama.
Kahfa akhirnya memutuskan untuk tetap di rumah saja. Ia melanjutkan harinya dengan menikmati suasana setelah hujan. Ia tidak perlu pergi ke mana pun untuk mencari kebahagiaan karena kebahagiaan itu sudah ada di depan matanya, dalam kesederhanaan hidupnya sendiri.
Penulis: Lutfhiatil Syaqirah (Magang)
Editor: Putri Ruqaiyah


