HEADLINE

Latest Post
Loading...

29 January 2020

Dirimu Adalah Aku

Foto: Pixabay/ Dirimu Adalah Aku, Cerpen karya Tia Safarina/ lpmalkalam

  Aku menatap tubuh yang sama di cermin dengan ukuran cermin seukuranku. Seorang gadis sebayaku menatap bengis ke arahku. Tatapannya sangat menusuk membuat bulu kudukku merinding, apa maksud dari tatapannya itu? Siapa dia? Kenapa dia menantapku seperti itu? Pikiranku menerka-nerka mencoba mencari tahu. Dia memiliki wajah yang sama tetapi pribadi yang berbeda. 

Aku berdiri mematung tanpa bergerak sedetik pun. Senyuman pongah tersungging dari bibir manis gadis itu. Gadis itu berambut ikal yang panjangnya sedada, pakaiannya yang dipakai adalah pakaian tidur berwarna putih dan tingginya pun sama denganku. Lagi, dia tersenyum remeh padaku seolah-olah dia menentangku untuk berkelahi. Aku mendengus kesal, apa sih maunya gadis ini?

Aku menutup mata sejenak, mencoba menenangkan diriku. 
        “Kau siapa? 
“Aku?” Tunjuknya pada dirinya sendiri dengan tawa. 
       “Aku bukan siapa-siapa tapi aku adalah bagian darimu.”
Aku dibuat bingung olenya, 
       “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Coba jelaskan padaku.”

Dia ketawa getir. Aku heran dengan gadis di depanku bukannya dijawab pertanyaan melainkan ketawa. Apa dia tidak waras ketawa aneh macam itu? ketawanya pun sangat mengerikan membuatku takut saja.

“Kau takut padaku,” ucapnya dingin melihat wajahku yang ketakutan. “Kamu akan tahu siapa aku sesungguhnya.” Setelah mengatakan itu, gadis tersebut pun menghilang. Mataku terbelalak melihat gadis itu  tidak ada lagi dalam cermin. Langsung saja aku mengingsut mundur dengan tubuh bergetar ketakutan. Aku celingak-celinguk mencari ke mana gadis itu menghilang.
Aku bangkit dari tidur dengan nafas terengah-engah, keringat dingin membanjari tubuhku. Deru nafas memburu kencang tidak teratur. Aku mengelap keringat di dahiku dengan kasar. Mimpi sangat buruk.

“Mimpi itu lagi.”
Sudah seminggu, aku bermimpi aneh secara berturut-turut. Aku dibuat kewalahan dengan mimpi tersebut seolah mimpi itu hantu bagiku, tiap malam selalu saja dihantui dengan mimpi aneh.

Aku mengelap keringat pada leherku, rasanya aku seperti berlari maraton. Kemudian, aku bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Aku membersihkan diri setelah itu keluar dan kembali tidur. Namun, ketika hendak menutup mata aku mendengar suara. Aku bangun lagi, apa aku sedang berhalusinasi? Kenapa aku selalu mendengar suara aneh sedangkan suara tersebut tidak ada. 

“Tolong aku.”
Aku terlonjak kaget, aku tidak berhalusinasi. Aku mencubit tangannku refleks aku merasakan sakit. “Aku tidak bermimpi.” 

Aku menutup mataku mencoba menangkap suara tersebut. Dahiku berkerut ketika aku menangkap suara. Batinku bertanya-tanya siapa kau?

“Tolong keluarkan aku. Keluarkan aku dari sini.” Dia memohon padaku sambil menangis. Aku iba padanya tetapi aku merasa perasaan tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu jika aku membantunya.

“Ka-kau sangat mirip denganku?” Aku terkejut sambil menunjuknya. Aku mengingsut mundur.

“Aku adalah bagian darimu.” 
“Apa maksudmu?”
“Akan kuceritakan setelah kau keluarkanku dari sini.” 

Di sisi lain, aku ingin mengeluarkannya tetapi sisi lain pula aku tidak bisa melakukannya. Namun, aku penasaran dengannya. Lantaran rasa penasaranku lebih dominan aku melangkah mendekatinya.
“Bagaimana aku mengeluarkanmu.”
“Kau hanya perlu menempel kedua tanganmu pada cermin.” 
Dengan ragu-ragu aku menempelkan kedua tanganku pada cermin tersebut dan dia pun juga ikut menempelkan kedua tangannya. Sejurus kemudian, muncullah sebuah cahaya putih terang yang melingkupi cermin tersebut. Tiba-tiba saja, tubuhku terasa sakit seolah jiwaku tertarik olehnya. Aku berjerit merasakan sakit yang menjalar seluruh tubuhku.
Aku terhenyak saat menyadari tempat yang berbeda. Aku melihat gadis itu berdiri depanku seolah ia sedang bercermin. Di mana aku sekarang? Aku kebingungan melihat keadaan sekitarku yang berbeda. Aku melangkah beberapa langkah ke depan seketika tubuhku tersengat listrik semacam ada perisai menghalangiku. Oh tidak! Apa yang terjadi padaku? Apa mungkin aku dalam cermin? Benar, aku berada dalam cermin. 
“Apa yang kau lakukan padaku? Keluarkan aku!” murkaku sambil menggedor cermin yang dihalangi oleh gelombang biru.
Gadis itu tersenyum bahagia karena kebebasannya, ia merenggangkan otot tangannya. “Akhirnya aku bebas.” Ia menghirup napas lalu mengeluarkannya. “Makasih kau sudah mengeluarkanku. Aku hutang budi padamu, tapi aku hanya bisa membalas ini saja. Aku harap kau bahagia di tempat barumu.” Setelah mengucapkan itu, dia melenggang pergi.
“Keluarkan aku dari sini!” jeritku.
***

Penulis | Tia Safarina
Editor  : Redaksi
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.