![]() |
| Foto: Daffa Alkausar (magang) |
Waduk Jeulikat mulai dibangun pada tahun 2014 dan resmi beroperasi pada 2016. Pada masa awal pembukaan, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan lokal hingga luar daerah karena menawarkan pemandangan indah dan suasana tenang. Kawasan wisata tersebut juga dilengkapi fasilitas seperti bebek dayung, jembatan, dan taman bunga yang menjadi daya tarik utama pengunjung.
Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2019, aktivitas wisata di waduk tersebut terhenti total. Tidak ada lagi pengunjung, dan pengelolaan pun berhenti karena keterbatasan dana. Akibatnya, fasilitas rusak, tumbuhan liar menutupi sebagian area, dan waduk berubah menjadi kawasan sunyi tanpa aktivitas.
Salah seorang pengunjung asal Aceh Tamiang, Samsiah, mengaku kecewa setelah melihat langsung kondisi Waduk Jeulikat. “Waktu saya lihat di Google Maps itu bagus, tapi setelah datang ke lokasi, sangat mengecewakan. Sunyi, tidak terawat, dan tampak berantakan. Jadi saya tidak tertarik lagi,” ujarnya.
Kondisi waduk yang tidak terurus itu juga menimbulkan kekhawatiran warga sekitar. Minimnya pengawasan membuat kawasan tersebut berisiko menjadi lokasi berbahaya, bahkan sempat menelan korban jiwa akibat area yang tidak terjaga.
Penjaga waduk, Mirsa Arianda, menjelaskan bahwa Waduk Jeulikat bukan milik pemerintah daerah, melainkan milik pribadi. Hal tersebut membuat pengelolaan dan pembiayaan sepenuhnya bergantung pada pemilik. “Sebenarnya waduk ini bukan ditelantarkan, tapi berhenti beroperasi sejak pandemi karena tidak ada pengunjung. Setelah itu, dana pengelolaan habis, jadi tidak bisa lagi membayar petugas dan menjaga kebersihan,” jelasnya.
Mirsa menambahkan, pemilik waduk kini berencana menghidupkan kembali kawasan wisata tersebut. “Ada rencana untuk membangun ulang dan menata kembali area wisata ini. Kami menunggu waktu dan kondisi yang tepat agar bisa dikelola kembali secara aman dan baik,” ujarnya dengan optimistis.
Meski terbengkalai, Waduk Jeulikat masih menyimpan potensi besar. Pemandangan alam yang dikelilingi perbukitan hijau menawarkan keindahan yang layak dikembangkan kembali. Warga berharap agar Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat memberikan perhatian lebih, baik melalui kerja sama, pendampingan, maupun promosi wisata. “Dengan penataan ulang dan dukungan yang tepat, Waduk Jeulikat berpotensi kembali menjadi destinasi unggulan Lhokseumawe bukan hanya untuk rekreasi, tetapi juga sebagai sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat melalui usaha kecil dan layanan wisata,” harap salah satu warga sekitar.
Penulis: Intan Sarifah, Daffa Alkausar, Muhammad Iftal, Luthfiatil Syaqirah (magang)
Editor: Putri Ruqaiyah





