HEADLINE

Latest Post
Loading...

04 March 2020

Indonesia Negara Bertuhankan Keberagaman

Ilustrator.Net
Penulis: Hasanun Basri

Agama adalah sebuah kewajiban dan harus dimiliki, terlepas dari doktrin apa yang ditawarkan dan disuguhkan. Agama adalah jalan panjang yang menjurusi dan menunjuki kepada kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan hidup. Religiusitas-historisnya akan menghubungkan manusia dengan tatanan peraturan perintah-larangan dan rambu-rambu dari kehidupan.

Setiap wajah agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci berdasarkan fakta historis-filosofis bermaksud untuk menjelaskan makna hidup yang sesuai antropologi manusia dan kosmologi semesta, disamping itu agama juga sebagai pondasi dalam menentukan arah pijakan dalam berkehidupan kemana kita harus melangkah dan memerintah.

Setiap keyakinan atau kepercayaan yang diimani oleh masing-masing umat beragama pastinya manusia memiliki moralitas, etika hukum, gaya hidup yang tidak kalah penting juga. Meskipun di beberapa negara manusia tidak beragama, karena ada keraguan yang berlebihan terhadap kepercayaannya dan trauma masa lalu yang kian menghalusinasi setiap kerangka berpikirnya.

Berbalik dengan indonesia, di negara ini beragama adalah suatu kewajiban yang sudah tercantum dalam dasar hukum negara dan ini adalah amanat pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara yang harus ditaati dan diikuti bersama.

Agama dan keyakinan merupakan objek yang tidak bisa dipisahkan ibarat dua mata koin, karena keduanya tidak muncul dari alasan yang sama. Agama muncul sebagai aturan bagi umat manusia dengan beberapa media sebagai “Alat” pengaturnya, salah satunya Kitab Suci dan keyakinan muncul sebagai suatu sikap alamiah manusia dalam mempercayai sesuatu.

Dalam kehidupan bernegara kita sudah tentu memiliki bermacam-macam agama, suku, adat, ras, dan agama, karenanya tidak menutup kemungkinan kita akan menjalin hubungan dengan seseorang ataupun sekelompok orang yang berbeda dengan persepsi dan pemahaman terkhusus dalam keyakinan dan keimanan.

Sudah sepatutnya menggalakkan budaya toleransi antar agama agar kiranya dapat terwujud kerukunan dalam menghamba kepada doktrin yang telah ada. Toleransi adalah sebuah bentuk sikap dari adanya persinggungan hak individu dalam masyarakat atau hak masyarakat dalam negara, sehingga pada akhir-akhir ini memang banyak orang memberi makna toleransi yang rancu dan kaku terhadap agama sehingga membuat masyarakat tidak paham harus darimana dan bagaimana cara memulainya.

Toleransi bukanlah menyemarakan seluruh agama yang ada, melainkan dengan patuh terhadap agama sendiri dan selalu menghormati keyakinan orang lain. Meskipun kita mengetahui agama yang kita yakini adalah yang benar, setidaknya biarlah mereka tetap pada keyakinan masing-masing.

Berbicara islam, bahwa kehadiran islam sebagai rahmatal lil’alamin yang sangat menganjurkan agar umatnya hidup kultur qanaah dan tasamuh baik sesama muslim maupun terhadap agama yang berseberangan dengannya, agar tercipta kehidupan yang damai, rukun dan tentram. Islam sangat mengajarkan agar umatnya hidup saling memenuhi atau memperhatikan hak orang lain.

Pandangan islam yang demikian sangat logis, mengingat keesaan tuhan merupakan suatu keyakinan dasar bagi ahli kitab.

Telah banyak pernyataan Al-quran yang menjelaskan landasan utama dalam beragama, islam khususnya. lalu dapat megambil satu konklusi bahwa etika islam dalam hal hubungan antar agama sudah sangat sesuai tata norma dan tata nilai agama.

Perbedaan agama tidak perlu diperdebabatkan mengapa ada agama Kristen, Budha, Hindu, Islam serta berbagai suku dimuka bumi ini, karena hal itu merupakan ketentuan Allah SWT yang telah di tetapkan.

Pernyataan ini mengutip firman Allah dalam Al-quran pada surah Al-Maidah Ayat ke 48 yang berbunyi, “ Kapan allah mengkehendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah handak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu maka berloma-lombalah berbuat kebajikan.

Maka atas dasar itulah, jangan sekali-kali menghina satu sama lain meskipun keyakinan dan agama berbeda, tumbuhkanlah sikap toleransi sesama manusia dibenak jiwa kita karena dengan ini kita akan hidup.

Penulis adalah mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, anggota aktif di LPM Al-Kalam IAIN Lhokseumawe.
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.