HEADLINE

Latest Post
Loading...

05 December 2024

Kulit Tan: Mengapa Tidak Masuk dalam Standar Kecantikan?

Foto: Pixabary.com

www.lpmalkalam.com- Standar kecantikan sering kali dipengaruhi oleh norma sosial, media, dan sejarah. Salah satu fenomena yang masih menjadi perbincangan adalah bagaimana kulit berwarna tan atau sawo matang sering kali dianggap kurang sesuai dengan standar kecantikan, terutama di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Di banyak wilayah, kulit cerah sering kali dikaitkan dengan status sosial tinggi dan kecantikan ideal. Pandangan ini berakar dari zaman kolonial, di mana kulit putih dianggap sebagai simbol kekuasaan dan kemakmuran. Akibatnya, industri kecantikan memasarkan produk pemutih kulit secara masif, mengesankan bahwa kulit cerah adalah prasyarat untuk dianggap menarik.

Namun, pandangan ini mulai mendapat kritik luas. Aktivis dan tokoh kecantikan berargumen bahwa standar kecantikan seperti ini diskriminatif dan merugikan keberagaman alami warna kulit manusia. Kampanye kesadaran tentang kecantikan inklusif kini mulai bermunculan. Beberapa merek kecantikan besar telah mengubah strategi pemasaran mereka untuk mendukung representasi berbagai warna kulit. Meski demikian, perjalanan menuju penerimaan penuh terhadap kulit tan masih panjang.

Masyarakat perlu terus didorong untuk mematahkan stigma lama ini, dan mengakui bahwa kecantikan sejati tidak dibatasi oleh warna kulit tertentu. Kecantikan adalah keberagaman, dan setiap individu berhak merasa percaya diri dengan warna kulit alami mereka.

Dengan perubahan persepsi dan peningkatan kesadaran, harapannya kulit tan tidak lagi dipinggirkan, tetapi diakui sebagai bagian dari keindahan manusia yang kaya akan variasi.


Oleh: Putri Ruqaiyah (Magang)

Editor: Redaksi

banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.