HEADLINE

Latest Post
Loading...

29 December 2017

Warung Kopi di Aceh Layaknya Kampus


Sembari bercerita soal Aceh ini memang tak jauh dari yang namanya warung kopi, umumnya saat belum adanya wifi di warung kopi para pelanggannya adalah dari kalangan bapak-bapak, bahkan minim sekali para pelanggannya adalah mahasiswa, namun sejak era digital semakin canggih dan hadirnya wifi, akhirnya banyak para pembisnis warung kopi menyediakan wifi di warung kopi tersebut, perubahan waktu yang juga menyebakan pemesatan yang begitu luas akhirnya yang rata-rata para pengunjung nya adalah kaum laki-laki kini pun ada banyak para perempuan sebagiannya adalah mahasiswi yang duduk di warung kopi memanfaat kan wifi sebagai sarana mencari tugas.

Ternyata jika di sandingkan dengan kampus di Aceh mungkin warung kopi bisa di sebut layaknya kampus sebab rata-rata kehadiran pengunjung yang datang ke warung kopi hampir sama dengan mahasiswa yang hadir ke kampus, beberapa hari yang lalu saya sempat berkunjung ke sebuah warung kopi yang tak jauh dari kampus, saya coba melihat beberapa pengunjung yang dominan dari mereka adalah mahasiswa, saya sempat bertanya kepada pemilik warung kopi tersebut, berapa banyak para pengunjung yang datang setiap harinya? kemudian beliau menjawab jika di perkirakan yang datang dari siang hari sampai sore hari itu sekitaran 200 orang sedangkan kalau malam hari mungkin sekitaran 150 orang.

Ekspektasi yang menjadi lawan realita sama seperti kita melihat ekspektasi mahasiwa di warung kopi dan mahasiswa di kampus, realitanya yang menjejaki tapak di warung kopi adalah banyak nya para gamer online dan sedikit lebihnya hanya ada kemungkinan 30% yang realitanya membuat tugas, dan kepentingan produktif. Bahkan ada yang mengatakan “warung kopi jejaknya para mahasiswa”. Tidak menjadi permasalahan jika tujuan itu adalah hanya sekedar datang duduk, minum dan bermain game, namun sangat di sayangkan karena mahasiswa sekarang ini senang berinvestasi ke warung kopi dengan bermain game.

Ada hal menarik beberapa hari yang lalu, yang biasa dominan di warung kopi adalah para gamer dan para-para mahasiwa yang sibuk mendownload film, saya melihat ada suatu kegiatan produktif yaitu bermain saham bahkan ada juga yang memanfaatkan waktunya membuat skripsi. Alternatif yang menjadi kritis membuat para mereka yang produktif semakin maju.

Kita mahasiswa memang di hadirkan dengan berbagai inovasi terbaru dan terbaik. Yang menjadi kolaborasi warung, kopi, dan wifi. Warung yang menjadi sarana dan kopi menjadi penikmat lidah namun yang paling miris wifi  sebagi tuan yang malah memperbudak kita, presentasenya menjadi meningkat ketika kita berlomba-lomba mencari wifi untuk streaming bahkan bermain game dan hal yang tidak bermanfaat lainnya. Bagaimana bisa kita menjadi maju kalau tuannya adalah robot padahal yang menciptakan nya adalah manusia.

Kaitan objektif yang menjadi efektif membuat wifi menjadi indikator yang relevan untuk masa kini dan masa depan. Bagaimana caranya mahasiswa yang duduk di warung kopi membuat iterpretasi yang bermanfaat terhadap diri sendiri bahkan untuk orang lain. Ada banyak dampak positif yang menjadi kajian baik untuk para penggemar warung kopi. Adalah murah yang menjadi tempat nyaman, dan fasilitas yang membangun akhirnya menjadi alternatif bagi para mahasiswa, jangan sampai warung kopi menjadi target dan kampus menjadi dilema.

Penulis adalah Arini Izzati, mahasiswi semester 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Prodi Ekonomi Syariah UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.